Brandon dulu berpikir kalau dia hanyalah tempat bagi Yuna untuk berlindung, dia adalah pelabuhan di mana Yuna bisa beristirahat sejenak di tengah perjalanannya. Namun kemudian Brandon baru menyadari bahwa Yuna jauh lebih hebat dari apa yang Brandon sangka selama ini. Makin dalam Brandon mengenali pribadi Yuna, makin besar pula cintanya.“Nggak ada lagi. Aku nggak sehebat apa yang kamu bilang.”“Nggak, kamu memang sehebat itu!” kata Brandon seraya menarik tangannya.Sungguh disayangkan tempat di mana mereka berada saat ini tidak pas. Kalau saja tempat dan situasi mendukung, Brandon sudah memeluk erat dan mencium Yuna.Setelah beberapa saat mereka berdua lalui dalam kesunyian, tiba-tiba Brandon bertanya, “Kenzi apa kabarnya?”“Kamu masih ingat anakmu?”Yuna pikir Brandon sudah lupa dengan anaknya. Sejak mereka berdua akhirnya bisa bertemu lagi hingga detik ini, Brandon tidak pernah sedikit pun mengungkit tentang Kenzi.“Dia kan anakku, mana mungkin aku bisa lupa.”“Kenzi aku titipkan di
“Stella, jangan nangis!” kata Frans sembari menggenggam tangan Stella. “Kan aku sudah pulang.”Stella membentangkan kedua lengannya lebar-lebar dan memeluk Frans dari belakang. Ya, Frans sudah pulang! Setelah begitu lama tenggelam dalam kekhawatiran yang mendalam, akhirnya Frans kembali juga ke sisinya. Sudah sewajarnya Stella bahagia, tapi entah mengapa dia masih merasa sedih.Dengan tangannya yang besar, Frans mengelus wajah Stella, mulai dari alis matanya, sampai ke bibirnya, lalu dia bertanya, “Jadi kamu masih belum ketemu Brandon, ya?”“Aku nggak tahu dia di mana sekarang. Kamu bilang dia sudah pulang, tapi aku nggak dengar kabar apa pun tentang dia. Kayaknya Setiawan Group juga nggak mengumumkan apa-apa. Akhir-akhir ini Setiawan Group juga lagi berantakan, mereka bilang … kalau terjadi sesuatu sama Brandon di luar negeri, tapi direksi perusahaan terus menutupi berita itu.”“Terus, Yuna di mana?” tanya Frans.“Aku juga nggak tahu belakangan ini Kak Yuna lagi sibuk apa. Aku telepon
“Dia cuma bilang Kenzi ada di tempat yang sangat aman, yang pasti bukan dibawa ke tempatnya Amara. Tapi persisnya di mana … aku kurang tahu.”Sejujurnya Stella bukannya tidak tahu sama sekali. Saat bertemu dengan Yuna di jalanan, Stella kurang lebih bisa menebak ke mana Yuna pergi. Namun entah ada alasan apa, Stella tidak mau mengatakannya kepada Frans.“Hah ….” Entah hanya ilusi atau bukan, di balik tawa Frans tersirat sedikit ejekan. “Kamu bukannya berteman baik sama dia? Kamu sudah kenal dia lama banget, masa begitu saja nggak tahu?”“Aku jadi ribut sama dia gara-gara kamu,” kata Stella yang sudah mulai kesal karena sikap Frans. “Aku sendiri juga nggak suka ngorek-ngorek hal yang dia nggak mau ngomong.”“Jadi sekarang kamu menyalahkan aku? Mungkin lebih baik aku nggak usah pulang.”Seusai berkata demikian, Frans berdiri dan mengancingkan kemejanya kembali. Alhasil Stella jadi panik dan segera memeluknya dari belakang.“Nggak, jangan pergi!”Frans sudah bersusah payah untuk pulang, j
Atas permintaan Brandon, Dora dipindahkan ke kamar VIP yang berada persis di samping kamar Brandon. Bagi seorang anak kecil, kamar barunya ini tidak membawa terlalu banyak perbedaan selain memberikan suasana baru. Anak kecil sangatlah murni, mereka tidak tertarik dengan materi. Dora sudah bahagia asalkan dia bisa bersama dengan boneka kesayangannya.“Kak, kenapa aku pindah kamar?” tanya Dora.“Om yang tinggal di sebelah kamar kamu mau kamu merasa lebih nyaman. Apa kamu nggak suka kamar ini?”“Suka! Tapi kamar yang sebelumnya juga sudah enak!”Yuna spontan menghela napasnya ketika melihat senyuman Dora yang begitu polos. Pada awalnya Yuna sangat sedih melihat perbedaan antara kamar biasa dengan kamar VIP yang begitu jauh. Akan tetapi bagi Dora, rupanya itu tidak memberikan perbedaan yang berarti.“Beberapa hari ini kami tetap rajin makan obatnya?” tanya Yuna sambil mengecek suhu tubuhnya Dora. Sebelumnya Yuna sudah mengecek nadinya, dan tampaknya kondisi Dora sudah jauh membaik dibandin
Yuna harus mengakui kalau akhir-akhir ini dia terlihat cukup tenang. Akan tetapi dadanya terasa sesak dan sulit bernapas. Jika dibiarkan begitu terus, kemungkinan mentalnya juga akan ikut hancur. Namun di saat itu, lelaki itu datang.Kedatangannya bagaikan obat penenang bagi Yuna. Setiap dia melihat lelaki itu dan berbicara padanya serta menatapnya yang duduk dengan tenang dihadapannya dapat membuat perasaannya berubah tenang. Kejadian apa pun tidak akan membuatnya takut lagi.“Bagaimana rasanya hari ini?” tanya Yuna sambil duduk dan memegang denyut nadinya. Dia terbiasa melakukan hal itu dan Brandon juga tampak terbiasa menerimanya. Dia memberikan lengannya dan membiarkan Yuna merasakan denyut nadinya.Jari tangan perempuan itu terasa lembut. Dengan perlahan dia menekan pergelangan tangan lelaki itu dan ekspresinya terlihat serius. Yuna tidak banyak berbicara dan hanya merasakan setiap denyutan dari nadi Brandon. Beberapa menit kemudian, dia menarik tangannya dan menatap bola mata lel
Sudah ada banyak karyawan yang berdiri di kamar samping. Gadis yang tadi masih bisa melompat dengan girang, saat ini tengah terbaring dengan mengenakan masker oksigen dan kedua mata terpejam erat.Jantung Yuna mencelos dan dia melangkah maju dengan cepat. Orang yang di sekitar sana hampir menepis Yuna, tetapi ketika mengetahui bahwa itu Yuna, mereka menyingkir karena tahu perempuan itu hendak memeriksa denyut nadi Dora.Dia menekan bagian nadi gadis itu yang ringkih dan kecil. Denyutan nadi Dora terasa sangat lemah sekali. Hati Yuna tersentak seketika. Hal ini juga yang dia khawatirkan. Keadaan Brandon sebelumnya juga seperti ini.Dari penampilannya terlihat sudah jauh membaik. Sesuai dengan pengobatan modern, bisa dikatakan sudah seperti orang normal lainnya. Namun tidak sampai satu hari, kondisinya berubah memburuk. Ini adalah sisi menyeramkan dari penyakit ini.Penyakit ini terlihat seperti sudah berhasil diobati, tetapi dia bersembunyi di salah satu bagian dalam tubuh. Kemudian men
Masih ada beberapa orang yang tampak setengah tidak percaya dengan ucapannya, tetapi mereka juga tidak berani seratus persen memastikan.Sesungguhnya, penyakit kali ini sungguh sangat tidak normal. Mereka semua menganalisisnya cukup lama, tetapi tidak bisa mengatasinya. Awalnya mereka pikir tidak butuh waktu lama untuk bisa mengatasinya karena ada banyak orang berbakat tengah berkumpul.Namun sampai saat ini, mereka mulai menyadari bahwa penyakit ini seperti sebuah tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak hanya hal baru bagi mereka, tetapi merupakan kesulitan bagi seluruh dunia. Para dokter berbakat dan berprestasi di dunia tengah bersama-sama mengatasi kesulitan ini.“Tolong jangan mempersulit kami. Kalau karena kekerasan kepalamu ini yang menghambat pengobatan membuat pasien semakin parah, kamu bisa bertanggung jawab?”Orang tersebut tidak percaya dengan Yuna. Dengan tegas dia berkata,“Saya mengakui keberadaan dokter tradisional, tetapi di saat sekarang ini, akan s
“Tidak keburu lagi,” gumam orang yang ada di belakang Yuna. Dia langsung maju ke hadapan Dora. Yuna menahan tangannya, tetapi ingin dibalas oleh lelaki itu. Namun cengkeraman Yuna terasa sangat kuat.Semua orang mengenakan seragam dokter dan tidak leluasa untuk bergerak. Tubuh kecil Yuna ternyata menyimpan banyak kekuatan yang membuat dokter lelaki itu kewalahan.“Kenapa kalian diam saja?! Tolongin pasien!”“Sudah saya katakan jangan infus!” sahut Yuna. Dia sambil menepis tangannya dengan kuat hingga membuat dokter itu mundur beberapa langkah.Mungkin karena suaranya yang terlalu nyaring atau auranya yang terlalu kuat, semua orang yang ada di sana terdiam. Dokter Liman maju dan berkata, “Nyawa orang lebih penting.”“Saya tahu!” jawab Yuna penuh keyakinan.“Dokter Liman, tolong percaya dengan saya. Kasih saya dan Dora satu kesempatan. Saya akan tunjukkan hasilnya! Saya sangat mengerti dengan penyakit ini karena ini adalah akal dari penyakit ini! Jangan sampai tertipu! Cairan infus hany
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta