“Stella, jangan nangis!” kata Frans sembari menggenggam tangan Stella. “Kan aku sudah pulang.”Stella membentangkan kedua lengannya lebar-lebar dan memeluk Frans dari belakang. Ya, Frans sudah pulang! Setelah begitu lama tenggelam dalam kekhawatiran yang mendalam, akhirnya Frans kembali juga ke sisinya. Sudah sewajarnya Stella bahagia, tapi entah mengapa dia masih merasa sedih.Dengan tangannya yang besar, Frans mengelus wajah Stella, mulai dari alis matanya, sampai ke bibirnya, lalu dia bertanya, “Jadi kamu masih belum ketemu Brandon, ya?”“Aku nggak tahu dia di mana sekarang. Kamu bilang dia sudah pulang, tapi aku nggak dengar kabar apa pun tentang dia. Kayaknya Setiawan Group juga nggak mengumumkan apa-apa. Akhir-akhir ini Setiawan Group juga lagi berantakan, mereka bilang … kalau terjadi sesuatu sama Brandon di luar negeri, tapi direksi perusahaan terus menutupi berita itu.”“Terus, Yuna di mana?” tanya Frans.“Aku juga nggak tahu belakangan ini Kak Yuna lagi sibuk apa. Aku telepon
“Dia cuma bilang Kenzi ada di tempat yang sangat aman, yang pasti bukan dibawa ke tempatnya Amara. Tapi persisnya di mana … aku kurang tahu.”Sejujurnya Stella bukannya tidak tahu sama sekali. Saat bertemu dengan Yuna di jalanan, Stella kurang lebih bisa menebak ke mana Yuna pergi. Namun entah ada alasan apa, Stella tidak mau mengatakannya kepada Frans.“Hah ….” Entah hanya ilusi atau bukan, di balik tawa Frans tersirat sedikit ejekan. “Kamu bukannya berteman baik sama dia? Kamu sudah kenal dia lama banget, masa begitu saja nggak tahu?”“Aku jadi ribut sama dia gara-gara kamu,” kata Stella yang sudah mulai kesal karena sikap Frans. “Aku sendiri juga nggak suka ngorek-ngorek hal yang dia nggak mau ngomong.”“Jadi sekarang kamu menyalahkan aku? Mungkin lebih baik aku nggak usah pulang.”Seusai berkata demikian, Frans berdiri dan mengancingkan kemejanya kembali. Alhasil Stella jadi panik dan segera memeluknya dari belakang.“Nggak, jangan pergi!”Frans sudah bersusah payah untuk pulang, j
Atas permintaan Brandon, Dora dipindahkan ke kamar VIP yang berada persis di samping kamar Brandon. Bagi seorang anak kecil, kamar barunya ini tidak membawa terlalu banyak perbedaan selain memberikan suasana baru. Anak kecil sangatlah murni, mereka tidak tertarik dengan materi. Dora sudah bahagia asalkan dia bisa bersama dengan boneka kesayangannya.“Kak, kenapa aku pindah kamar?” tanya Dora.“Om yang tinggal di sebelah kamar kamu mau kamu merasa lebih nyaman. Apa kamu nggak suka kamar ini?”“Suka! Tapi kamar yang sebelumnya juga sudah enak!”Yuna spontan menghela napasnya ketika melihat senyuman Dora yang begitu polos. Pada awalnya Yuna sangat sedih melihat perbedaan antara kamar biasa dengan kamar VIP yang begitu jauh. Akan tetapi bagi Dora, rupanya itu tidak memberikan perbedaan yang berarti.“Beberapa hari ini kami tetap rajin makan obatnya?” tanya Yuna sambil mengecek suhu tubuhnya Dora. Sebelumnya Yuna sudah mengecek nadinya, dan tampaknya kondisi Dora sudah jauh membaik dibandin
Yuna harus mengakui kalau akhir-akhir ini dia terlihat cukup tenang. Akan tetapi dadanya terasa sesak dan sulit bernapas. Jika dibiarkan begitu terus, kemungkinan mentalnya juga akan ikut hancur. Namun di saat itu, lelaki itu datang.Kedatangannya bagaikan obat penenang bagi Yuna. Setiap dia melihat lelaki itu dan berbicara padanya serta menatapnya yang duduk dengan tenang dihadapannya dapat membuat perasaannya berubah tenang. Kejadian apa pun tidak akan membuatnya takut lagi.“Bagaimana rasanya hari ini?” tanya Yuna sambil duduk dan memegang denyut nadinya. Dia terbiasa melakukan hal itu dan Brandon juga tampak terbiasa menerimanya. Dia memberikan lengannya dan membiarkan Yuna merasakan denyut nadinya.Jari tangan perempuan itu terasa lembut. Dengan perlahan dia menekan pergelangan tangan lelaki itu dan ekspresinya terlihat serius. Yuna tidak banyak berbicara dan hanya merasakan setiap denyutan dari nadi Brandon. Beberapa menit kemudian, dia menarik tangannya dan menatap bola mata lel
Sudah ada banyak karyawan yang berdiri di kamar samping. Gadis yang tadi masih bisa melompat dengan girang, saat ini tengah terbaring dengan mengenakan masker oksigen dan kedua mata terpejam erat.Jantung Yuna mencelos dan dia melangkah maju dengan cepat. Orang yang di sekitar sana hampir menepis Yuna, tetapi ketika mengetahui bahwa itu Yuna, mereka menyingkir karena tahu perempuan itu hendak memeriksa denyut nadi Dora.Dia menekan bagian nadi gadis itu yang ringkih dan kecil. Denyutan nadi Dora terasa sangat lemah sekali. Hati Yuna tersentak seketika. Hal ini juga yang dia khawatirkan. Keadaan Brandon sebelumnya juga seperti ini.Dari penampilannya terlihat sudah jauh membaik. Sesuai dengan pengobatan modern, bisa dikatakan sudah seperti orang normal lainnya. Namun tidak sampai satu hari, kondisinya berubah memburuk. Ini adalah sisi menyeramkan dari penyakit ini.Penyakit ini terlihat seperti sudah berhasil diobati, tetapi dia bersembunyi di salah satu bagian dalam tubuh. Kemudian men
Masih ada beberapa orang yang tampak setengah tidak percaya dengan ucapannya, tetapi mereka juga tidak berani seratus persen memastikan.Sesungguhnya, penyakit kali ini sungguh sangat tidak normal. Mereka semua menganalisisnya cukup lama, tetapi tidak bisa mengatasinya. Awalnya mereka pikir tidak butuh waktu lama untuk bisa mengatasinya karena ada banyak orang berbakat tengah berkumpul.Namun sampai saat ini, mereka mulai menyadari bahwa penyakit ini seperti sebuah tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak hanya hal baru bagi mereka, tetapi merupakan kesulitan bagi seluruh dunia. Para dokter berbakat dan berprestasi di dunia tengah bersama-sama mengatasi kesulitan ini.“Tolong jangan mempersulit kami. Kalau karena kekerasan kepalamu ini yang menghambat pengobatan membuat pasien semakin parah, kamu bisa bertanggung jawab?”Orang tersebut tidak percaya dengan Yuna. Dengan tegas dia berkata,“Saya mengakui keberadaan dokter tradisional, tetapi di saat sekarang ini, akan s
“Tidak keburu lagi,” gumam orang yang ada di belakang Yuna. Dia langsung maju ke hadapan Dora. Yuna menahan tangannya, tetapi ingin dibalas oleh lelaki itu. Namun cengkeraman Yuna terasa sangat kuat.Semua orang mengenakan seragam dokter dan tidak leluasa untuk bergerak. Tubuh kecil Yuna ternyata menyimpan banyak kekuatan yang membuat dokter lelaki itu kewalahan.“Kenapa kalian diam saja?! Tolongin pasien!”“Sudah saya katakan jangan infus!” sahut Yuna. Dia sambil menepis tangannya dengan kuat hingga membuat dokter itu mundur beberapa langkah.Mungkin karena suaranya yang terlalu nyaring atau auranya yang terlalu kuat, semua orang yang ada di sana terdiam. Dokter Liman maju dan berkata, “Nyawa orang lebih penting.”“Saya tahu!” jawab Yuna penuh keyakinan.“Dokter Liman, tolong percaya dengan saya. Kasih saya dan Dora satu kesempatan. Saya akan tunjukkan hasilnya! Saya sangat mengerti dengan penyakit ini karena ini adalah akal dari penyakit ini! Jangan sampai tertipu! Cairan infus hany
“Baiklah, di sini akan diserahkan padamu. Kapan kamu bisa kasih hasil yang pasti?” ujar Liman setelah diam sejenak.“Hari ini!” jawab Yuna dengan pasti.Dari pengetahuannya tentang penyakit ini, virusnya tidak akan bertahan lama tanpa adanya obat apa pun. Ditambah dengan bantuan obat yang dia siapkan serta imunitas alami dalam tubuh manusia, seharusnya malam ini akan ada hasil.Liman menatap Yuna dalam-dalam dan menangkap keyakinan di kedua bola mata perempuan itu. Dia diam dan tidak berkata apa pun.“Dokter Liman …” ujar orang yang ada di sana.Meski perempuan itu terlihat sangat percaya diri, kalau terjadi sesuatu maka akan menjadi tanggung jawab bersama. Namun Dokter Liman hanya mengibaskan tangannya dan berkata,“Kalian lihat pasien lainnya dan perhatikan mereka. Jangan sampai ada kejadian serupa terjadi. Selalu siaga setiap saat.”Mereka kembali ke laboratorium dan melakukan proses steril sembari melepaskan seragamnya. Dokter yang sebelumnya ribut dengan Yuna menghampiri Liman dan