“Sudah tahu Yuna itu peka banget terhadap obat-obatan, tapi kamu masih saja naruh obat di minumannya. Atau jangan-jangan kamu memang sengaja supaya dia tahu dan menukar gelasnya supaya dia bisa kabur?”“Kukira obatku nggak bakal disadari sama dia. Ini kesalahanku yang kurang mempertimbangkan dengan matang,” ucap Shane mengakui kesalahannya, tanpa menunjukkan sikap yang panik sedikit pun.Pria itu pun tak berbicara lagi, tapi mata yang terlihat di balik topengnya itu memancarkan sorotan yang mengerikan. Dia menatap Shane sesaat dan tertawa, “Coba kamu buka kotak itu dan lihat apa isinya! Aku kasih itu khusus untuk kamu!”Seketika mendengar itu, dari lubuk hati Shane muncul semacam firasat yang buruk. Dia pun membuka kotak itu dan melihat sebuah jari yang kecil, dengan darah yang sudah mengering. Namun dari bentuk dan ukurannya itu terlihat kalau itu adalah jari anak-anak.Sontak, Shane langsung mencengkeram kerah baju bosnya dan berkata, “Kamu sudah janji nggak akan nyakitin anakku!”Me
Sudah dua hari penuh Yuna tidur. Dia sedang fokus mengamati obat yang ada di depan matanya. Dia mengambil sebagian kecil dari obat itu dan memberikannya kepada tikus percobaan dengan sangat hati-hati. Kemudian Yuna meletakkan tikus itu ke dalam kotak observasi dan mengamatinya dengan saksama.Moses yang dari tadi berada di sampingnya bertanya, “Kamu yakin bakal ada efeknya ke tikus ini?”“Nggak.”“.…”“Justru karena belum yakin, makanya dilakukan eksperimen dulu di binatang. Kalau belum tahu efeknya bagaimana, mana mungkin dipakai di manusia.”Yuna sudah cukup familier dengan virus ini, tapi karena virusnya cerdas, ditambah dengan kondisi tubuh setiap orang yang berbeda, mungkin gejala yang keluar juga akan berbeda. Untuk lebih berhati-hati dan pasti, Yuna mengambil sampel virusnya dari setiap orang dan menaruhnya ke dalam tubuh tikus. Sama dengan manusia, tikus-tikus itu juga dipilih berdasarkan kondisi tubuh yang berbeda-beda. Cara ini bisa dibilang masih cukup akurat.Berdasarkan ge
“Jadi … maksud kamu, biarin saja virusnya bermutasi?” tanya Moses.Yuna menggeleng, “Maksudku, efek dari obat herbal itu adalah untuk menguatkan tubuh ketika organ mereka terserang, supaya tubuh bisa melawan balik. Setiap tubuh manusia itu punya kecerdasan mereka sendiri, makanya kenapa orang yang demam bisa sembuh tanpa harus makan obat. Masalahnya, virus ini merusak mekanisme pertahanan itu, dan obat yang lagi aku teliti sekarang berguna untuk memperbaikinya, supaya tubuh bisa melawan virus itu dengan sendirinya.”Yuna menjelaskannya dengan begitu serius, tapi tampaknya Moses tidak begitu paham. Setelah beberapa detik terdiam, Moses pun berkata, “Mimpi!”Bagi Moses, penjelasan itu hanyalah karangan belaka! Kalau memang tubuh memiliki mekanisme pertahanannya sendiri, untuk apa dokter diperlukan? Bukankah mereka meneliti berbagai macam obat tujuannya adalah untuk melawan virus tersebut? Memang benar, pengobatan tradisional itu tidak bisa diandalkan!Merasa tetap berada di sana hanya ak
Yuna bisa mengerti hal itu, tapi … bagaimana dengan Brandon? Meski ada Hanson dan petugas di rumah sakit yang menjaganya, mereka tidak begitu mengerti bagaimana menghadapi virus ini. Untung saja setidaknya Yuna masih diizinkan menggunakan ponsel.“Aku ngerti. Aku bakal tetap di sini.”“Aku paham bagi kamu dan keluarga, ini adalah hal yang sulit, tapi karena terdesak situasi, kuharap kita semua bisa saling mengerti. Aku sendiri juga nggak pulang ke rumah.”“Masa inkubasinya berapa lama?”“Dari yang aku lihat selama ini, kira-kira tujuh hari. Tapi statistik yang kami punya kurang lengkap karena kasus ini di dalam negeri juga terbatas, jadi aku nggak bisa menjamin, bisa jadi lebih lama dari tujuh hari.”Dengan kata lain, selama kurang lebih tujuh hari dari sekarang, Yuna tidak bisa meninggalkan tempat ini. Maka itu dia pun pergi ke kamar yang sudah disiapkan untuknya. Kamarnya memang tidak besar, tapi seperti yang Liman katakan, barang-barang kebutuhan dasar telah disiapkan. Di setiap kam
Saat ini Bella juga bingung mengapa ayahnya seakan berubah menjadi orang lain, tapi dia yakin perubahan sifat ayahnya itu pasti berkaitan dengan Rainie. Tanpa ada tempat untuk berlindung dan orang untuk bercerita, Bella terpaksa menghubungi Yuna.Sewaktu pertama kali Bella menghubungi Yuna, saat itu Yuna sedang fokus kepada Brandon, jadi dia tidak begitu memikirkan masalah Bella. Namun ketika diperhatikan lagi, sepertinya yang terjadi pada Edgar bukanlah perubahan sifat, tapi jauh lebih kompleks dari itu.“Kamu di mana sekarang? Bisa kasih aku lokasi yang jelas?” tanya Yuna.“Aku … aku lagi di depan toko boba yang ada di Jalan Tangkira. Kalau aku pulang, aku pasti bakal dikurung di kamar sama papaku. Aku ….”“Kamu tunggu saja di sana, nanti ada yang jemput kamu. Jangan takut, yang penting kamu ada tempat tinggal dulu, nanti baru kita ngobrol lagi pelan-pelan.”“Oke! Makasih ….”Yuna langsung mengakhiri panggilan sebelum Bella selesai berbicara. Dia tidak butuh ucapan terima kasih. Seor
Yuna baru bisa tenang setelah dia meneguk satu gelas air sampai habis. Setelah itu dia menarik napas dalam-dalam, tapi adegan yang terjadi dalam mimpi itu masih tak kunjung pergi dari pikirannya.Yuna mengerti bahwa kalaupun virus itu tidak membuat manusia berubah menjadi monster, tetap saja itu akan menjadi bayang-bayang yang menjulang di kehidupan manusia. Dengan melihat situasi di Asia Selatan saja sudah cukup jelas, tingkat infeksinya sangat serius. Bahkan pemerintah setempat sampai harus menyegel banyak wilayah guna mencegah penyebaran terus terjadi. Walau demikian, upaya mereka masih tetap tidak bisa menghentikan persebaran virusnya. Bahkan terkadang, virusnya bisa menyebar tanpa ada alasan yang jelas.Untuk saat ini, pengendalian virus di dalam negeri memang cukup baik dan dilakukan sejak awal, tapi … siapa yang tahu apa yang akan terjadi nanti! Kalau begini terus, tidak menutup kemungkinan wabah akan makin parah. Yuna tidak bisa tidur lagi membayangkan betapa sengsaranya banyak
Pertanyaan yang begitu sederhana, tapi bagi gadis itu terasa begitu sulit untuk dijawab.“Nggak ada, Dora cuma punya Mama ….”“Kamu jangan bilang begitu. Kan masih ada Kakak di sini, terus juga ada dokter dan perawat yang baik. Mereka semua suka dan sayang sama kamu.”Akhirnya Dora kembali tersenyum ketika mendengar itu.“Iya!” sahutnya.Akan tetapi ketika dia mengangguk, cairan merah mengalir dari hidungnya dan perlahan turun mengalir sampai ke bibir. Yuna kaget dan langsung mengambil tisu untuk mengelap, sedangkan Dora hanya diam saja melihat Yuna. Sepertinya Dora tidak merasakan sesuatu yang membuatnya tak nyaman.“Dora, kamu mimisan!” kata Yuna seraya mengelap darah di wajah Dora. Namun darahnya merembes ke tisu. Jadi Yuna mengambil tisu dan mengelapnya lagi berulang kali. Yuna juga menekan bel, dan tak lama kemudian para perawat pun datang. Mereka segera menyiapkan kapas, perban, dan peralatan lainnya untuk menangani Dora.Akhirnya darah yang terus mengalir dari hidung Dora berhas
Moses yang dari tadi diam saja akhirnya angkat bicara, “Tempat penelitian vaksinnya sudah lama dibangun, seharusnya sekarang sudah beroperasi. Kalau nggak salah dengar, beberapa waktu lalu baru saja tendernya selesai. Mungkin sebentar lagi akan ada peneliti spesialis yang diangkat untuk ditugaskan di sana. Setidaknya dalam hal pencegahan, vaksin bisa memberi dampak yang pasti.”“Kalau begitu, vaksinnya sudah ada? Apa bisa diandalkan? Apa sudah lolos uji klinis, atau ada data tentang efek sampingnya ke manusia?” tanya Yuna.“Yang mengurus vaksin itu beda departemen dengan kita, jadi aku juga kurang tahu. Tapi kalau memang sudah beroperasi, pastinya sudah diuji klinis, jadi nggak perlu khawatir tentang itu. Aku kasih tahu ini semua untuk kasih tahu, kalau kita semua juga berjuang, bukan cuma kamu seorang saja,” tutur Liman. “Aku ngerti kekhawatiran kamu, tapi jangan sampai kamu jadi gegabah. Semuanya harus kita kerjakan satu per satu. Tujuan akhir kita adalah membasmi virus ini sampai tu