“Kasus yang itu agak spesial,” kata Liman dengan hati yang berat pula. Siapa yang tidak sedih melihat seorang gadis kecil yang lemah harus mengalami penderitaan akibat serangan virus.“Spesial kenapa? Di dalam sana banyak pasien yang umurnya sudah 60 sampai 70-an tahun, sedangkan mamanya pasti umur 30-an, ‘kan? Kenapa bisa mati?”“Itu karena dari awal mamanya memang mengidap kanker?” jawab Moses.Yuna, “….”“Mamanya anak itu menderita kanker stadium akhir, dan kebetulan terinfeksi virus ini juga. Kemungkinan tubuhnya memang sudah sangat lemah, makanya persebaran virusnya cepat. Nggak sampai dua hari sejak terinfeksi, dia langsung meninggal. Anak itu terus tinggal bareng sama mamanya, makanya dia juga terinfeksi. Tapi gejalanya lebih ringan seperti demam biasa. Sampai sekarang dia masih menjalani terapi,” jelas Liman. “Kalau kita bisa secepat mungkin menemukan antibodi untuk melawan virus ini, nggak cuma untuk anak itu saja, tapi semua pasien di sini, bahkan semua orang yang masih sehat
Ketika Shane baru saja kembali, kebetulan dia berpapasan dengan Rainie yang baru saja mau pergi. Rainie jadi kesal setiap kali bertemu dengan Shane semenjak pertemuan terakhir mereka. Ketika mereka saling melewati satu sama lain, tiba-tiba Rainie menghentikan Shane dan bertanya padanya, “Bos yang nyuruh kamu ketemu sama Yuna?”“Kenapa kamu nggak tanya langsung saja samadia?” balas Shane sinis.“Jangan kira aku nggak tahu apa yang kamu rencanakan. Kalian pikir dengan mengajak Yuna ke sini, kalian bisa menggantikan aku? Posisiku di lab ini nggak tergantikan sama siapa pun!”Dari sekolah sampai kerja, entah dalam bidang apa pun, Rainie selalu menjadi yang terbaik. Makanya dalam hati dia memandang rendah Yuna yang hanya seorang peracik parfum yang baru naik daun. Kalaupun dia juga mengerti tentang pengobatan tradisional dan benar belajar dari Juan, memangnya kenapa? Rainie sendiri ikut serta dalam penelitian virus ini dan kini virus tersebut telah menyebar ke seluruh dunia. Tentu saja Rain
“Sudah tahu Yuna itu peka banget terhadap obat-obatan, tapi kamu masih saja naruh obat di minumannya. Atau jangan-jangan kamu memang sengaja supaya dia tahu dan menukar gelasnya supaya dia bisa kabur?”“Kukira obatku nggak bakal disadari sama dia. Ini kesalahanku yang kurang mempertimbangkan dengan matang,” ucap Shane mengakui kesalahannya, tanpa menunjukkan sikap yang panik sedikit pun.Pria itu pun tak berbicara lagi, tapi mata yang terlihat di balik topengnya itu memancarkan sorotan yang mengerikan. Dia menatap Shane sesaat dan tertawa, “Coba kamu buka kotak itu dan lihat apa isinya! Aku kasih itu khusus untuk kamu!”Seketika mendengar itu, dari lubuk hati Shane muncul semacam firasat yang buruk. Dia pun membuka kotak itu dan melihat sebuah jari yang kecil, dengan darah yang sudah mengering. Namun dari bentuk dan ukurannya itu terlihat kalau itu adalah jari anak-anak.Sontak, Shane langsung mencengkeram kerah baju bosnya dan berkata, “Kamu sudah janji nggak akan nyakitin anakku!”Me
Sudah dua hari penuh Yuna tidur. Dia sedang fokus mengamati obat yang ada di depan matanya. Dia mengambil sebagian kecil dari obat itu dan memberikannya kepada tikus percobaan dengan sangat hati-hati. Kemudian Yuna meletakkan tikus itu ke dalam kotak observasi dan mengamatinya dengan saksama.Moses yang dari tadi berada di sampingnya bertanya, “Kamu yakin bakal ada efeknya ke tikus ini?”“Nggak.”“.…”“Justru karena belum yakin, makanya dilakukan eksperimen dulu di binatang. Kalau belum tahu efeknya bagaimana, mana mungkin dipakai di manusia.”Yuna sudah cukup familier dengan virus ini, tapi karena virusnya cerdas, ditambah dengan kondisi tubuh setiap orang yang berbeda, mungkin gejala yang keluar juga akan berbeda. Untuk lebih berhati-hati dan pasti, Yuna mengambil sampel virusnya dari setiap orang dan menaruhnya ke dalam tubuh tikus. Sama dengan manusia, tikus-tikus itu juga dipilih berdasarkan kondisi tubuh yang berbeda-beda. Cara ini bisa dibilang masih cukup akurat.Berdasarkan ge
“Jadi … maksud kamu, biarin saja virusnya bermutasi?” tanya Moses.Yuna menggeleng, “Maksudku, efek dari obat herbal itu adalah untuk menguatkan tubuh ketika organ mereka terserang, supaya tubuh bisa melawan balik. Setiap tubuh manusia itu punya kecerdasan mereka sendiri, makanya kenapa orang yang demam bisa sembuh tanpa harus makan obat. Masalahnya, virus ini merusak mekanisme pertahanan itu, dan obat yang lagi aku teliti sekarang berguna untuk memperbaikinya, supaya tubuh bisa melawan virus itu dengan sendirinya.”Yuna menjelaskannya dengan begitu serius, tapi tampaknya Moses tidak begitu paham. Setelah beberapa detik terdiam, Moses pun berkata, “Mimpi!”Bagi Moses, penjelasan itu hanyalah karangan belaka! Kalau memang tubuh memiliki mekanisme pertahanannya sendiri, untuk apa dokter diperlukan? Bukankah mereka meneliti berbagai macam obat tujuannya adalah untuk melawan virus tersebut? Memang benar, pengobatan tradisional itu tidak bisa diandalkan!Merasa tetap berada di sana hanya ak
Yuna bisa mengerti hal itu, tapi … bagaimana dengan Brandon? Meski ada Hanson dan petugas di rumah sakit yang menjaganya, mereka tidak begitu mengerti bagaimana menghadapi virus ini. Untung saja setidaknya Yuna masih diizinkan menggunakan ponsel.“Aku ngerti. Aku bakal tetap di sini.”“Aku paham bagi kamu dan keluarga, ini adalah hal yang sulit, tapi karena terdesak situasi, kuharap kita semua bisa saling mengerti. Aku sendiri juga nggak pulang ke rumah.”“Masa inkubasinya berapa lama?”“Dari yang aku lihat selama ini, kira-kira tujuh hari. Tapi statistik yang kami punya kurang lengkap karena kasus ini di dalam negeri juga terbatas, jadi aku nggak bisa menjamin, bisa jadi lebih lama dari tujuh hari.”Dengan kata lain, selama kurang lebih tujuh hari dari sekarang, Yuna tidak bisa meninggalkan tempat ini. Maka itu dia pun pergi ke kamar yang sudah disiapkan untuknya. Kamarnya memang tidak besar, tapi seperti yang Liman katakan, barang-barang kebutuhan dasar telah disiapkan. Di setiap kam
Saat ini Bella juga bingung mengapa ayahnya seakan berubah menjadi orang lain, tapi dia yakin perubahan sifat ayahnya itu pasti berkaitan dengan Rainie. Tanpa ada tempat untuk berlindung dan orang untuk bercerita, Bella terpaksa menghubungi Yuna.Sewaktu pertama kali Bella menghubungi Yuna, saat itu Yuna sedang fokus kepada Brandon, jadi dia tidak begitu memikirkan masalah Bella. Namun ketika diperhatikan lagi, sepertinya yang terjadi pada Edgar bukanlah perubahan sifat, tapi jauh lebih kompleks dari itu.“Kamu di mana sekarang? Bisa kasih aku lokasi yang jelas?” tanya Yuna.“Aku … aku lagi di depan toko boba yang ada di Jalan Tangkira. Kalau aku pulang, aku pasti bakal dikurung di kamar sama papaku. Aku ….”“Kamu tunggu saja di sana, nanti ada yang jemput kamu. Jangan takut, yang penting kamu ada tempat tinggal dulu, nanti baru kita ngobrol lagi pelan-pelan.”“Oke! Makasih ….”Yuna langsung mengakhiri panggilan sebelum Bella selesai berbicara. Dia tidak butuh ucapan terima kasih. Seor
Yuna baru bisa tenang setelah dia meneguk satu gelas air sampai habis. Setelah itu dia menarik napas dalam-dalam, tapi adegan yang terjadi dalam mimpi itu masih tak kunjung pergi dari pikirannya.Yuna mengerti bahwa kalaupun virus itu tidak membuat manusia berubah menjadi monster, tetap saja itu akan menjadi bayang-bayang yang menjulang di kehidupan manusia. Dengan melihat situasi di Asia Selatan saja sudah cukup jelas, tingkat infeksinya sangat serius. Bahkan pemerintah setempat sampai harus menyegel banyak wilayah guna mencegah penyebaran terus terjadi. Walau demikian, upaya mereka masih tetap tidak bisa menghentikan persebaran virusnya. Bahkan terkadang, virusnya bisa menyebar tanpa ada alasan yang jelas.Untuk saat ini, pengendalian virus di dalam negeri memang cukup baik dan dilakukan sejak awal, tapi … siapa yang tahu apa yang akan terjadi nanti! Kalau begini terus, tidak menutup kemungkinan wabah akan makin parah. Yuna tidak bisa tidur lagi membayangkan betapa sengsaranya banyak
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta