“Mereka itu sebenarnya dibilang misterius juga nggak, tapi nggak semua orang tahu tentang keberadaan mereka,” jelas Juan. “Sebenarnya kamu sudah dengar sendiri tadi. Mereka itu organisasi yang khusus meneliti berbagai macam fenomena aneh dan langka. Nggak cuma sebatas wabah saja, tugas mereka juga mencakup hal lain yang nggak bisa dijelaskan dengan ilmu sains.”“Hal supernatural maksudnya?!”“Bukan, bukan. Yang ada di Departemen X nggak cuma dokter saja, tapi ada berbagai pakar dari bidang lain juga, misalnya arsitek, polisi, dan lain-lain. Pokoknya apa pun yang kamu nggak kepikiran, di sana semuanya ada! Ngomong-ngomong, kamu juga diakui sebagai salah satu pakar.”“Makasih banyak, lho, guruku sayang!” balas Yuna dengan nada sarkas seraya memutar matanya.“Hehe … kalau soal hubungan aku sama mereka, itu sudah dari dulu banget! Kalau nggak salah waktu aku masih berumur 40-an tahun, aku direkrut sama mereka! Tapi kamu tahu sendiri seperti apa sifatku. Kalau aku harus kerja di tempat yang
Mereka berdua saling bertatapan satu sama lain, tapi tidak ada yang berbicara sehingga suasana terasa canggung.“Kamu … ngapain?” tanya Yuna“.…”“Kamu ngikutin aku?”“.…”Akan tetapi Stella masih tidak mau menjawab. Melihat Stella hanya menundukkan kepalanya dengan raut wajah yang cemas, Yuna pun memberanikan diri untuk bertanya lebih dalam lagi, “Ini demi Frans?”Seketika itu, akhirnya Stella mau mengangkat kepalanya dan menjawab, “Bukan, Pak Brandon sudah pulang?”“Hmm? Iya, kenapa?”“Aku boleh ketemu sama dia?”“Nggak boleh!” jawab Yuna dengan tegas. Bukan karena alasan apa, tapi kondisi Brandon saat ini sangat tidak memungkinkan dia untuk bertemu dengan siapa pun. Yuna bahan merahasiakan kondisi Brandon dari Amara karena khawatir kalau sampai Amara datang ke rumah sakit, dia juga akan tertular.“Kenapa nggak boleh? Aku cuma mau tanya beberapa pertanyaan e dia, itu saja. Sehabis itu aku langsung pergi.”“Kondisi Brandon sekarang ini lagi nggak memungkinkan dia untuk jawab pertanyaa
“Gimana kalau harus memilih salah satu?! Gimana kalau aku dan Pak Brandon berada di sisi yang berlawanan karena suatu konflik. Gimana … gimana kalau suatu hari kita jadi musuh ….”“Kamu nggak akan jadi musuhku!” sela Yuna. “Aku nggak akan bikin kalian jadi musuhku! Kamu bukan orang yang nggak punya akal sehat, apalagi Brandon. Andaikan suatu hari nanti kalian berdua berselisih karena perbedaan pendapat, pasti karena ada kesalahpahaman, dan aku bakal bantu kalian untuk menyelesaikan kesalahpahaman itu. Kalian berdua orang yang penting dalam hidupku, mana bisa aku memilih salah satu dari kalian?! Stella, aku tahu belakangan ini kamu lagi banyak pikiran, makanya kamu jadi gelisah. Tapi tolong percayalah sama aku, aku pasti bakal bantuin kamu!”Walau begitu, Stella tidak menenang seperti biasanya. Justru sebaliknya, dia malah mundur dan menggelengkan kepala seraya berkata, “Nggak, nggak mungkin. Dulu aku juga berpikir bahwa perasaan di antara kita bisa melewati semuanya, tapi sekarang aku
“Aku di sini!”Kebetulan saat itu juga Rainie baru saja datang. Namun anehnya, ketika melihat Rainie, amarah Edgar dalam sekejap mereda.“Rainie ….”“Om Edgar, aku mau ngomong sebentar soal lab baruku!”Edgar mengangguk dan segera mengikuti Rainie. Fahrel sempat terkejut dan berniat mengikuti mereka, tapi Rainie langsung mencegahnya, “Ini rahasia, aku cuma mau ngomong berdua saja sama Om Edgar!”Fahrel sungguh merasa tidak terima dengan perlakuan itu. Bagaimanapun juga dia adalah ayahnya Rainie, dan dia juga yang bertanggung jawab atas proyek vaksin yang akan mereka kerjakan. Namun Fahrel hanya bisa memendam perasaan itu dalam hati karena dia tidak berani mengutarakannya. Dia pun bisa melihat akhir-akhir ini Edgar lebih mau mendengar ucapan Rainie. Entah ada obat apa yang Rainie berikan kepada Edgar, tapi Fahrel tidak peduli selama dia sendiri bisa meraup keuntungan untuk diri sendiri.Walau begitu, Bella berbeda. Belakangan ini dia merasa ayahnya sedikit berbeda, tapi dia tidak bisa m
Walau pintu ruang kerja sudah tertutup rapat, Bella masih tidak menyerah. Dia berlari kecil ke depan pintu berniat untuk menguping apa yang sedang mereka bicarakan di dalam. Namun ketika Bella baru saja berada tepat di depan pintu, tiba-tiba pintunya terbuka dari dalam.Dengan kedua tangan bersilang di depan dada, Rainie menatap Bella sinis dan berkata padanya, “Kamu ini kenapa masih nggak mau nurut juga, sih? Om Edgar, gimana, nih?”“Keluar kamu!” Edgar menghardik.“Papa pasti diancam sama Rainie, ‘kan? Kenapa Papa jadi berubah kayak begini? Aku ini anak kandung Papa!”Bella yakin ayahnya pasti telah diguna-guna oleh Rainie, pasti! Maka itu dia ingin menyadarkan ayahnya agar ini tidak terus terjadi.Rainie sudah terlalu malas untuk meladeni Bella, maka dia hanya membalikkan badan dan berkata dengan senyum di wajahnya, “Terserah kalian sajalah. Toh, aku juga nggak buru-buru!”Kata-kata itu membuat emosi Edgar naik seketika. Dia langsung menarik tangan Bella dan menyeretnya keluar secar
“Aku Edgar.”“Terus aku siapa?” tanya Rainie sembari menunjuk batang hidungnya sendiri.“Tuanku,” jawab Edgar.“Bukan, kamu harus manggil aku Rainie. Aku ini memang tuanmu, jadi kamu harus menurut sama aku, tapi kalau lagi di luar, kamu harus manggil aku Rainie. Paham?”“Ya,” angguk Edgar.“Bagus!”Setelah itu Rainie mengulangi perintah yang dulu dia berikan sekali lagi untuk memperkuat ingatan Edgar. Kira-kira setelah satu jam berlalu, barulah mereka berdua keluar dari ruangan tersebut. Fahrel yang menunggu di luar sampai ketiduran mendengkur di sofa. Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang berseru, “Fahrel!”Suara itu begitu menggelegar hingga membuat Fahrel terjatuh dari sofa. Ketika Fahrel bangun dan mengelap air liurnya, refleks dia memanggil kakak iparnya itu, “Ya, Kak Edgar!”“Suruh anak buah kamu pergi ke tempat proyek untuk siap-siap. Labnya Rainie sebentar lagi mau pindah ke sana. Kerjakan secepatnya!”“Oke, aku kabarin anak buahku sekarang juga! Tapi, Kak Edgar, prosedurnya
“Sadar apa? Sadar sama kebusukan dan kelicikan kamu?” sahut Bella tanpa menoleh ke belakang. “Kalau itu maksud kamu, iya, aku baru sadar ternyata kakak sepupu yang tumbuh besar bersama dari kecil ternyata kayak begini sifat aslinya.”Rainie tidak peduli dengan sindiran Bella sedikit pun dan hanya membalasnya dengan tawa, “Terserah kamu mau ngomong apa. Memang yang namanya hukum alam itu yang kuat memangsa yang lemah. Masa begitu saja kamu nggak ngerti? Yang kuat bisa mendapatkan lebih banyak. Cuma orang yang mengandalkan kemampuan mereka sendiri yang bisa bertahan hidup!”“Apa iya? Kamu nggak pantas bilang begitu!”“Pantas atau nggak bukan kamu yang menentukan. Om Edgar, kayaknya belakangan ini Bella terlalu terpengaruh sama Yuna. Aku rasa Om harus mendidik Bella yang benar!”“Gimana mendidiknya?” Sungguh tak disangka Edgar malah bertanya seperti itu kepada Rainie.“Hmmm ….”Rainie mencoba untuk berpikir sejenak, sementara itu Rainie akhirnya mau menoleh ke belakang untuk melihat langs
“Kalau kerjaan Papa sudah selesai, nanti Papa jemput. Kamu …. Selagi Papa nggak ada, kamu harus belajar menjaga diri sendiri, ya. Kan kamu sudah besar. Oke?”“Oke! Papa juga jaga diri, ya!”Kata-kata anaknya Shane itu membuat Shane tak kuasa menahan air matanya. Dia berusaha untuk tetap tegar dan berkata, “Nathan, kamu ….”Namun sebelum Shane selesai berbicara, tiba-tiba tampilan videonya menghilang.“Nathan! Nathan!”Shane sampai melompat ke monitor, tapi monitor hanya menampilkan layar hitam, bukan lagi wajah anaknya Shane yang menggemaskan.“Shane, waktumu sudah habis! Aku sudah penuhi janjiku, sekarang giliran kamu. Kuharap kamu nggak ingkar janji!”Shane terus memukul monitor seakan hal itu bisa membuat dia melihat anaknya lagi. “Lepasin anakku! Dia cuma anak kecil yang nggak tahu apa-apa! Apa pun yang kamu mau, akan kulakukan!”“Hehehehe … kamu pikir aku ini bodoh? Tanpa anak kamu sebagai sandera, apa kamu bakal menuruti kata-kataku? Shane, aku tahu betul seperti apa sifatmu itu
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta