“Kalau kerjaan Papa sudah selesai, nanti Papa jemput. Kamu …. Selagi Papa nggak ada, kamu harus belajar menjaga diri sendiri, ya. Kan kamu sudah besar. Oke?”“Oke! Papa juga jaga diri, ya!”Kata-kata anaknya Shane itu membuat Shane tak kuasa menahan air matanya. Dia berusaha untuk tetap tegar dan berkata, “Nathan, kamu ….”Namun sebelum Shane selesai berbicara, tiba-tiba tampilan videonya menghilang.“Nathan! Nathan!”Shane sampai melompat ke monitor, tapi monitor hanya menampilkan layar hitam, bukan lagi wajah anaknya Shane yang menggemaskan.“Shane, waktumu sudah habis! Aku sudah penuhi janjiku, sekarang giliran kamu. Kuharap kamu nggak ingkar janji!”Shane terus memukul monitor seakan hal itu bisa membuat dia melihat anaknya lagi. “Lepasin anakku! Dia cuma anak kecil yang nggak tahu apa-apa! Apa pun yang kamu mau, akan kulakukan!”“Hehehehe … kamu pikir aku ini bodoh? Tanpa anak kamu sebagai sandera, apa kamu bakal menuruti kata-kataku? Shane, aku tahu betul seperti apa sifatmu itu
“Gimana keadaannya?” tanya Yuna.“Masih belum bangun,” jawab Hanson singkat.Masih belum siuman tapi setidaknya tidak berkembang ke arah yang lebih buruk, itu saja sudah merupakan pertanda baik. Yuna pun mengulurkan tangan untuk meraba nadi Brandon. Denyut nadinya cukup stabil, tapi terasa jauh lebih mengambang dibandingkan biasanya. Itu berarti tubuhnya sedang sangat lebah dan dalam kondisi yang kurang stabil. Virus yang ada di badan masih naik turun.Virus ini memang sedikit aneh dan pandai dalam menyembunyikan diri. Terkadang bisa dirasakan melalui denyut nadi, tapi terkadang juga tidak. Pada awalnya Yuna tidak mengerti dan mengira alau virus di tubuhnya itu sudah bersih. Hingga gejalanya kambuh lagi, Yuna baru sadar bahwa ternyata dugaannya itu salah. Dengan kata lain, virus ini seperti memiliki nyawanya sendiri. Dia bisa bersembunyi dan melawan.Setelah memeriksa nadi Brandon, Yuna mencuci tangan dengan alkohol dan memakai sarung tangan. Dia juga menatap Hanson yang dari tadi teru
“Maaf, aku lagi nggak ada waktu!”“Aku ada keperluan penting, lumayan mendesak!” ucap Shane seraya menarik pergelangan tangan Yuna.“Kamu tahu seberapa hebat kemampuan bertarungku. Kamu pasti nggak mau memaksa aku main kasar, ‘kan!”Mendengar itu, Shane perlahan melepaskan genggaman tangannya, dan Yuna pun langsung berbalik pergi. Namun tiba-tiba Shane bertanya, “Kamu nggak mau tahu rahasia di lab?”“Apa-apaan lagi ini?”“Apa kamu nggak mau tahu sebenarnya virus apa yang menjangkit Brandon?”Ucapan Brandon sangat menarik perhatian Yuna. Yang menjadi fokus utamanya adalah ternyata Shane juga tahu bahwa Brandon sedang tertular virus, padahal Yuna sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merahasiakannya. Harus diakui Yuna cukup tertarik. Saat ini Yuna masih tidak begitu bisa memercayai Shane, tapi dia tahu lebih banyak dan sudah sangat dekat dengan kebenarannya. Hanya saja … apakah Yuna harus percaya padanya? Mungkinkah Shane akan mengatakan sejujurnya, atau itu hanyalah sekadar perangkap?
“Lab itu cuma cabang. Institusi aslinya bukan di negara ini.”“Kalau lab yang ada di sini cuma cabang … berarti maksud kamu, institusi aslinya ada di luar negeri, begitu?” tanya Yuna.“Ya, dan dalang yang beroperasi di belakang layar jauh lebih hebat dari apa yang bisa kita bayangkan. Yuna, sebaiknya kamu jangan terus mencari tahu lebih jauh tentang wabah ataupun virus ini. Nggak ada untungnya buat kamu.”“Jadi kamu kasih tahu aku semua ini cuma untuk itu?”“Bukan! Aku mau membuat perjanjian sama kamu.”“Perjanjian apa?”“Kembalilah dan lanjutkan eksperimenku. Kamu bakal berhadapan dengan proyek yang jauh lebih dalam lagi. Tapi kamu jangan banyak tanya dan nggak perlu tahu apa yang kamu kerjakan. Cukup fokus menjalankan eksperimennya saja!”“Terus apa untungnya buatku?”“Kami bisa memberikan sampel virus yang menyerang Brandon. Dengan begitu, kamu mungkin bisa menemukan cara untuk menyembuhkan dia.”“Kenapa nggak langsung kasih obat penawarnya saja?”Sungguh menggelikan. Yuna kira seti
“Jawab pertanyaanku! Kelompok tertentu? Siapa yang kamu maksud?”Menghadapi sifat Yuna yang keras kepala, Shane hanya bisa mengangkat bahunya. Lalu dia menghela napas panjang dan menjawab, “Sudah jelas, awalnya itu ditargetkan ke orang Asia.”“Awalnya?”“Ya, tapi sekarang situasinya sudah di luar kendali! Kamu pasti sudah lihat penyebaran wabah ini yang begitu cepat dan nggak terkendali. Sampai detik ini, sudah ditemukan orang-orang dari tempat lain yang juga tertular virus ini. Ini berarti eksperimennya gagal dan virusnya sekarang menyerang tanpa pandang bulu. Orang-orang yang kerja di lab sekarang pasti sudah putus asa dan kehilangan kepercayaan satu sama lain. Beberapa produk yang kamu buat dulu jumlahnya memang nggak banyak, tapi efeknya manjur, nggak ada efek samping. Makanya bosku berharap kamu mau meneruskan eksperimennya.”Jika memungkinkan, sebenarnya Shane juga tidak ingin Yuna ikut campur dalam eksperimen ini. Namun apa daya, kemampuan Yuna sudah terlanjur menarik perhatian
Setidaknya si pramusaji merasa sedikit tenang mendengar Yuna akan mengganti kerusakannya, maka itu dia pun keluar dari menutup pintunya kembali.“Shane, keuntungan apa yang mereka kasih buat kamu sampai kamu mau jadi anjing pesuruh mereka?!”Bagaimanapun juga Yuna pernah menganggap Shane sebagai temannya dulu. Walau sekarang mereka memiliki perbedaan sudut pandang, Yuna masih berusaha sabar menghadapinya. Namun kata-kata yang tadi Shane katakan benar-benar menguji kesabaran Yuna sampai habis.Saat ini Brandon sedang terbaring tak sadarkan diri tanpa mengetahui bagaimana penyakitnya itu akan berkembang. Shane tahu Brandon sedang tersiksa, dan dia juga tahu virus apa yang menyerangnya. Tak masalah jika dia tidak mau menjenguk, tapi beraninya berkata seperti itu dan menjadikan kondisi Brandon sebagai alat untuk bertransaksi dengan Yuna!Meski sudah dilempari gelas dan dimaki oleh Yuna, Shane masih tetap tenang tanpa ada reaksi apa pun.“Keuntungan? Nggak ada. Mereka menyandera anakku,” ja
“Aku tahu nggak akan menang melawanmu, tapi aku juga tahu kalau aku nggak berhasil membujuk kamu, apa yang bakal mereka perlakukan padaku. Jadi … maaf!”“Kamu menaruh racun di air ini?”“Tenang saja, yang aku taruh cuma obat bius. Nggak akan berpengaruh kepada anak yang ada di perut kamu. Tapi kamu harus ikut aku .…”Ketika Shane baru saja berdiri, tiba-tiba tubuhnya terasa bergoyang. Pemandangan yang dia lihat di depan matanya pun seolah ikut berguncang.“Eh ….”“Kamu lupa, ya, kenapa bos kamu mau aku bekerja untuk dia? Aku ahlinya di bidang ini!”Semenjak pertama kali Yuna menyentuh gelasnya, dia sudah mencium ada aroma yang aneh dari airnya. Dari situ Yuna tahu ada pasti ada sesuatu yang dituangkan ke dalam minumannya. Shane tidak berbohong. Obat yang dia tuang ke dalam gelas itu tidak akan membahayakan kandungan, tapi hanya membuat orang yang meminumnya kehilangan kesadaran untuk sesaat. Di tengah-tengah percakapan berlangsung, diam-diam Yuna sudah menukar gelas mereka.“Kamu ….”S
“Jangan sela omonganku. Sekarang aku lagi jelasin hal penting ke kamu.”Yuna hanya mengangkat bahunya menanggapi perkataan itu. Dia tidak begitu peduli dengan sikap Moses terhadapnya. Dia juga tahu wabah ini bukanlah masalah kecil, dan tidak ada salahnya lebih berhati-hati. Setelah berusaha menahan keinginan untuk menguap ketika sedang mendengarkan ocehan dari Moses, sampai selesai akhirnya Yuna bisa mengganti pakaian.Saat ini Yuna ingin tahu sudah sejauh mana penelitian yang dilakukan oleh departemen ini terhadap wabah yang sedang terjadi, dan seberapa jauh perbedaannya dengan yang dia sendiri ketahui. Terlebih lagi, Yuna ingin tahu cara menangani yang mereka sebut-sebut ini sudah sampai sejauh mana.Setelah mengganti pakaian dan melakukan disinfeksi, Yuna pikir di dalam sana adalah sebuah tempat penelitian yang sangat luas, tapi ternyata hanya sebuah lorong yang kosong melompong. Moses berjalan di depan dan Yuna mengikutinya di belakang, sampai mereka tiba di depan lift yang sangat
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S