Bagaimanapun juga, tempat penelitian mereka baru saja digeledah oleh pihak kepolisian. Walau mereka tidak berhasil menemukan apa pun, tempat itu telah menjadi pusat perhatian mereka. Apalagi mereka berada di ibu kota, bisa menemukan ruang bawah tanah rahasia di rumah sakit tua bukanlah hal yang mudah. Hanya di sinilah mereka bisa bersembunyi tanpa ketahuan oleh siapa pun.“Sulit apanya! Aku lihat memang kamu saja yang nggak mau berusaha! Kalau kamu nggak mau carikan tempat yang lebih layak, anakmu ….”“Ini nggak ada hubungannya dengan anakku! Membunuh dia ngga akan mengubah apa pun. Aku sudah berusaha sebisaku, apalagi eksperimen kita sudah sampai di tahap akhir. Ini sudah tempat yang paling pas untuk bersembunyi. Kalau kita pindah tempat lagi cuma bakal menghambat eksperimen kita!”Shane menjawab dengan lugas karena khawatir pria itu akan menyakiti anaknya. Shane sudah berutang banyak kepada anaknya, dan dia tidak ingin anaknya harus terus menderita lebih jauh lagi. Sebaliknya, pria i
Melihat Brandon yang terbaring lelap di atas kasur membuat Yuna mengerutkan keningnya dengan erat. Dia memeriksa denyut nadi Brandon dan sesekali melihat rona wajahnya.Begitu Yuna selesai memeriksa, Hanson bertanya, “Gimana keadaannya?”“Mungkin virusnya bermutasi.”“Kok bisa?!”“Dia nggak bisa terus di sini. Aku harus bawa dia pergi ke tempat lain,” kata Yuna.“Nggak, nggak bisa. Brandon bilang dia nggak mau pergi dari tempat ini sampai dia sembuh total, atau dia bakal nularin penyakitnya.”“Memang benar bakal menular, tapi kalau di sini terus malah akan membahayakan nyawa dia sendiri. Virus ini sudah mulai bermutasi. Kalau nggak dikontrol dengan baik, entah bakal jadi apa nantinya. Siapa yang tahu virusnya nanti bakal bermutasi lagi jadi lebih berbahaya. Peralatan yang kubawa ke sini juga nggak lengkap, jadi aku harus pindahin dia ke tempat yang lebih memadai untuk bisa kuobati!”Sikap tegas yang Yuna ambil bukan atas dasar keinginan sesaat, karena kondisi yang harus dia hadapi saat
Selama perjalanan, semua orang selalu siap siaga, karena bagaimanapun juga mereka masih tidak mengerti bagaimana virus itu bekerja. Mereka hanya mendengar di dalam negeri ada seorang spesialis yang meneliti tentang virus tersebut, bahkan vaksinnya juga sedang dikembangkan, tapi untuk sementara masih tidak diproduksi.Alasan mereka memilih rumah sakit kecil yang berada di sudut kota adalah karena khawatir banyak orang yang akan tertular jika Brandon di bawa ke rumah sakit pusat kota. Alasan kedua adalah karena dengan kuasa yang dimiliki keluarga Setiawan, rumah sakit kecil pun tak jadi masalah karena mereka tetap bisa mengerahkan tenaga medis dan perlengkapan yang dibutuhkan.Semua dikerjakan dengan sangat ketat tanpa ada kemungkinan untuk terjadi kebocoran informasi. Bahan orang yang dipilih untuk mengantar Brandon ke rumah sakit juga adalah pengawal yang setia padanya. Selama perjalanan, gejala yang dialami Brandon masih cukup stabil. Dia hanya mengalami demam tinggi dan tak sadarkan
“Lihat, deh. Mama bikin semua masakan kesukaan kamu waktu kecil. Ada iga sapi, ikan masak kecap, sama sup sayur bening.”Raut wajah Rainie langsung berubah ketika topik beralih ke masa kecilnya. Susan yang menyadari perubahan ekspresi anaknya pun langsung mengganti pembicaraan, “Mama nggak tahu kamu masih suka yang mana. Kalau kamu nggak mau makan, kasih tahu Mama saja kamu mau makan apa, nanti Mama suruh pembantu yang masak!”“Nggak usah, makan juga cuma untuk mengisi perut doang!” balas Rainie dengan nada yang terdengar sangat tidak antusias.Reaksi dingin dari anaknya membuat Susan yang semula begitu bersemangat langsung padam seketika. Dengan raut wajah canggungnya itu dia menatap sang suami. Fahrel menatap balik Susan seolah sedang memberi isyarat kepada Susan dan berkata dalam hatinya, “Untuk apa mengungkit masa kecilnya? Jelas-jelas Rainie tidak suka itu!”Sejak mereka pulang dari rumah Edgar hari itu, mereka bertiga mengobrol cukup dalam. Fahrel dan Susan baru tahu bahwa ternya
Seketika itu juga Fahrel langsung membisu, karena dia tidak berani dan tidak akan bisa menanggung itu semua! Kalau sampai proyek yang diberikan Edgar itu menghilang, lebih baik dia mati saja daripada harus hidup dalam kesulitan!“Rainie, bukan itu maksud Papa. Papa cuma khawatir sama keselamatan kamu,” ujar Fahrel.“Keselamatan? Waktu aku baru umur empat tahun, aku dan Bella sama-sama jatuh ke kolam, tapi kalian malah nolongin Bella duluan. Apa waktu itu Papa peduli sama keselamatanku?”Susan menjawab, “Waktu itu bukannya mau mementingkan Bella daripada kamu, tapi Bella posisinya lebih dekat, jadi pasti dia yang ditolong duluan. Bukannya bermaksud mengabaikan kamu, tapi ….”“Cukup. Aku nggak bermaksud apa-apa, toh aku masih hidup sekarang,” jawab Rainie ketus. “Aku sudah kenyang! Oh ya, satu lagi. Aku bikin perjanjian sama Edgar demi kepentinganku sendiri, bukan kalian. Jadi kalian nggak perlu berterima kasih! Dan juga … jangan kira hubungan kita membaik cuma karena apa yang terjadi ke
“Akhirnya balik juga kamu!” ujar pria yang sedang membelakangi Rainie.“Ya,” sahut Rainie.“Gimana?”“Tendernya sebentar lagi mau diadakan ulang, dan proyek itu dipastikan bakal jatuh ke tangan Fahrel. Dengan begitu, pusat penelitian kita bisa langsung ditempatkan persis di lokasi proyek itu. Aku sudah ngecek sebelum datang ke sini. Peralatannya lengkap, lingkungannya juga cukup bagus. Kita juga dapat banyak suntikan dana dari pemerintah, ini bantuan yang berharga banget untuk kita.”“Bagus!” seru pria itu dengan perasaan yang amat puas. “Tapi kenapa lama banget! Apa nggak bisa langsung diserahkan ke Fahrel saja?”“Nggak bisa, tetap harus sesuai prosedur, atau nanti bakal menimbulkan kecurigaan yang merugikan kita,” jelas Rainie.“Kalian ini memang menyusahkan!”“Apa kamu lupa kalau kamu sudah bukan penduduk negeri ini lagi. Dari dulu kamu sudah jadi warga negara Swiss. Kita rekan satu negara.”“Kamu? Apa kamu pantas? Kamu pikir dengan jadi warga negara Swiss, kamu setara dengan kaum n
“Kalau kamu membunuhku, apa kamu sudah mikir gimana caranya kamu jelasin ke Bos nanti?”“Memangnya kamu sepenting itu?” tanya balik Shane.“Kalau begitu coba saja.”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Maju sini, bunuh aku kalau memang berani!”Tiba-tiba situasi menjadi sunyi senyap. Yang bisa terdengar hanyalah suara napas mereka berdua. Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan sorot mata yang penuh dengan amarah.Setelah cukup lama waktu berlalu, akhirnya Shane berkata, “Kalau eksperimen ini berhasil, apa hasil akhirnya?”“Kamu kan investor terbesar, masa begitu saja nggak tahu? Berarti bisnis kamu gagal.”Tanpa memedulikan sindiran dari Rainie, Shane terus bertanya, “Chermiko itu R18, berarti pasti ada R1, R2, dan seterusnya sampai R17. Gimana dengan mereka?”“Imajinasi kamu ternyata hebat juga, ya!”“Kamu pasti tahu tentang itu!”Shane mencengkeram leher Rainie makin erat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Kendati demikian, dengan wajahnya yang memerah itu Rainie menjawab,
Rainie rela bekerja demi bosnya karena bosnya itu memiliki sesuatu yang Rainie inginkan. Namun situasinya tentu berbeda bagi Shane. Apakah pantas merelakan apa pun yang dimiliki saat ini hanya demi anak sendiri? Hal itulah yang tidak bisa Rainie pahami.Sama halnya seperti melihat masa lalu Rainie dan Bella, yang diperlakukan begitu berbeda semata-mata hanya demi keuntungan. Kedua orang tua Rainie tega mengesampingkan Rainie, anak kandung sendiri, demi keuntungan pribadi dan malah menyelamatkan keponakan mereka terlebih dahulu. Andai saja waktu itu Rainie kurang beruntung, mungkin saat itu dia sudah mati.Jika Rainie mati, apakah kedua orang tuanya akan berduka? Mungkin … tapi berduka hanya untuk sesaat saja, setelah itu mereka akan kembali menjalani kehidupan sehari-hari. Karena kejadian itulah, Rainie tidak lagi percaya dengan hubungan keluarga, yang ada hanyalah untung dan rugi.“Kamu nggak mengerti apa itu cinta, dan seperti apa rasanya dicintai! Kamu itu monster!” tukas Shane semb
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S