Rainie tidak menjawab, dia langsung berjalan pergi. Langkah kakinya semakin cepat lagi. Saking cepatnya, dia hampir saja menabrak Fahrel yang baru pulang.“Kenapa buru-buru?” Raut wajah Fahrel tampak muram. Dapat diketahui bahwa suasana hatinya sedang buruk. “Rainie, berhenti!”Rainie meliriknya sekilas. Dia tidak meladeni Fahrel, lalu melanjutkan langkahnya.“Rainie! Aku lagi ngomong sama kamu, kamu dengar tidak? Kenapa kamu semakin kurang ajar saja?” Fahrel sangatlah marah. Dia berjalan maju hendak menarik Rainie, tetapi tangannya malah ditarik oleh Susan. “Sudahlah, ada apa dengan kalian berdua? Kalian selalu bertengkar ketika bertemu. Padahal setahun juga baru ketemu beberapa kali saja!”“Semuanya karena kamu terlalu memanjakannya!” ucap Fahrel dengan kesal. Dia melihat putrinya telah memasuki mobil, dia pun tidak mengejar Rainie lagi. Dia menurunkan tangannya, lalu memaki, “Kalian semua memang kurang ajar!”Kedua mata Susan terbelalak. “Kamu marahi aku kurang ajar?”“Aku lagi mara
“Kalau dia tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, kenapa dia memperlakukan Setiawan Group dengan sebaik itu? Kenapa dia tidak memberikan proyek itu kepada adik iparnya sendiri? Bukankah seharusnya hubungannya lebih dekat sama aku? Dia melakukan semua pasti demi uang! Hanya saja, aku tidak tahu dari jalur mana mereka memberikan uang itu! Aku tahu tidak mungkin si Brandon itu baik hati! Dia itu orangnya licik!”Semakin dibicarakan, Fahrel merasa semakin emosi saja. Dia langsung berdiri. “Aku pergi cari dia dulu!”Baru saja Fahrel hendak melangkah pergi, dia menyadari istrinya malah menghalangi langkahnya. “Apa yang kamu lakukan? Jangan halangi aku! Meskipun kamu menghalangiku, aku tetap akan ke sana! Aku pasti akan beri pelajaran kepadanya! Si Edgar itu sungguh keterlaluan!”“Ngapain aku halangi kamu? Aku ingin pergi bersamamu!” Susan segera pergi mengambil tasnya, lalu berkata, “Benar apa katamu! Kita mesti minta penjelasan sama dia! Padahal selama ini kami selalu memperlakukan Bella den
“Rainie, kenapa kamu di sini?” Susan merasa kaget. Dia langsung berlari ke sisi Rainie.Kening Rainie tampak berkerut. “Kenapa kalian ke sini?”“Ada sedikit urusan. Bagaimana denganmu?” tanya Fahrel sembari berdeham.“Aku juga ada urusan!” Tanpa menoleh sama sekali, Rainie melihat ke sisi Bella. “Katakanlah, di mana tempat pensilku?”Bella mengangkat kedua tangannya, lalu menunjukkan wajah tidak berdaya. “Kak Rainie, aku benar-benar nggak ambil tempat pensilmu. Aku saja nggak tahu gimana bentuk tempat pensilmu. Lagi pula, untuk apa aku ambil tempat pensilmu?”“Siapa juga yang tahu untuk apa kamu ambil tempat pensilku? Siapa lagi kalau bukan kamu? Kata mamaku, belakangan ini cuma kamu saja yang datang ke rumahku!” balas Rainie dengan sinus.Ketika mendengar namanya, Susan pun tersenyum canggung. “Bella, tempat pensil Kak Rainie-mu hilang. Tempat pensil itu sangat berarti baginya. Memang tidak ada yang datang ke rumah, selain kamu. Tapi aku merasa kamu tidak mungkin mengambilnya. Apa … k
Susan memuji sembari ingin memamerkan jerih payahnya. Seandainya bukan berkat Susan, mana mungkin Bella bisa lebih kurus dan lebih bersemangat? Bella bahkan tidak kelihatan selemas dulu lagi.Pokoknya Edgar telah berutang banyak terhadap mereka! Edgar mesti memberi penjelasan kepadanya!“Kalau dia minum, mana mungkin dia akan seperti sekarang ini?” Rainie melirik Bella sekilas, lalu tersenyum dengan dingin.Bella melepaskan tangannya dari genggaman Susan, lalu menegakkan tubuhnya. Dia berjalan selangkah demi selangkah menatap wajah Rainie. “Jadi, aku semestinya bagaimana? Gimana Kak Rainie bisa tahu resep obat apa yang dibuka oleh dokter genius dan gimana khasiatnya? Kak Rainie ngerti teknik pengobatan, ya?”Susan yang berada di samping segera menjelaskan, “Rainie memang telah lama mempelajari ilmu pengobatan. Apa kamu lu ….”“Kak Rainie belajar ilmu pengobatan modern,” sela Bella, “Aku nggak tahu sejak kapan Kak Rainie belajar ilmu pengobatan tradisional? Hebat sekali!”“Siapa suruh k
“Apa kamu tidak pernah dengar? Setelah ada mama tiri, kamu akan punya papa tiri! Tidak peduli seberapa baiknya papamu kepadamu, tapi setelah kedatangan mama tiri di rumah ini, kehidupanmu juga tidak akan nyaman lagi!” Susan berusaha untuk membujuk Bella, “Kita juga tidak tahu apa yang ada di dalam hati wanita itu. Bisa jadi dia menyukai kekuasaan papamu. Kalau kamu tidak meningkatkan kewaspadaanmu, bagaimana dengan dirimu nanti?”“Iya!” Fahrel yang berada di samping menimpali, “Kenapa kamu tidak perhatian sama papamu? Apa kamu tidak merasa bersalah terhadap mamamu yang sudah meninggal itu?”“Mamaku sudah meninggal 20 tahunan. Aku rasa Mama pasti berharap Papa bisa hidup bahagia. Lagi pula ….” Bella tertegun sejenak, lalu menatap mereka berdua. “Om, Tante, sepertinya kalian terlalu ikut campur dalam masalah pribadi papaku? Kalau kalian keberatan, seharusnya kalian ngomong sama papaku, bukan sama aku.”“Kamu ….”Fahrel dan Susan saling bertukar pandang. Susan menarik lengan Bella. “Dasar
“Bella!” Edgar berlari sembari melempar tas kerjanya ke sofa. Dia berjongkok melihat putrinya dengan gugup.Kening Bella tampak terluka. Dia membuka sedikit matanya untuk melihat Edgar. “Pa ….”“Jangan bicara lagi! Papa akan bawa kamu ke rumah sakit!” Edgar sungguh panik saat ini.“Kak Rainie ….” Bella memalingkan kepalanya melihat ke atas tangga, lalu menunjuk ke sisi Rainie.Awalnya Rainie hendak melanjutkan langkahnya. Namun setelah mendengar suara Edgar, dia langsung berhenti. Dia yang sedang berdiri di atas malah ditunjuk oleh Bella.Edgar mengikuti arah yang ditunjuk Bella, lalu tampak keponakan yang tidak pernah dijumpainya selama bertahun-tahun.Ketika melihat tatapan Edgar, Rainie menggerakkan bibirnya. “Om.”“Hmph!” Edgar mendengus dingin. Dia tidak membalas, lalu membungkukkan tubuhnya mencoba untuk menggendong putrinya.Namun berhubung terlalu berat, Edgar tidak berhasil untuk menggendongnya. “Pelayan!” jerit Edgar.“Papa, aku baik-baik saja!” Bella meronta hendak berdiri.
Di dalam rumah sakit, luka Bella sudah diperban. Dia menatap ayahnya yang sibuk itu, lalu berkata, “Papa, aku baik-baik saja, serius!”Edgar duduk di samping ranjang, menatap sang putri dengan lembut. “Aku tahu.”“Jadi kenapa Papa ….”“Kamu butuh istirahat,” ucap Edgar, “Istirahatlah dengan baik. Jangan pikirkan apa pun. Serahkan semuanya sama Papa!”“Pa ….” Awalnya Bella hendak mengatakan sesuatu. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu mengurungkan niatnya.“Kenapa?” tanya Edgar dengan suara lembut.Edgar yang sekarang hanyalah seorang ayah yang ramah. Dia bukan lagi lelaki berwibawa dan galak seperti di saat bekerja.“Nggak kenapa-napa.” Bella tersenyum, lalu berkata, “Maaf telah membuatmu khawatir.”“Dasar bodoh! Kenapa kamu bicara seperti ini sama Papa?” Edgar menyelimuti Bella. Sebenarnya kondisi Bella tidak perlu sampai dirawat di rumah sakit. Hanya saja, Edgar bersikeras meminta dokter untuk memantau kondisinya. Dokter juga tidak berani menolak.“Papa, aku sudah sering membuatmu kha
Edgar masih ingat dengan Yuna. Dia pun mengangguk. “Kamu datang untuk jenguk Bella?”“Emm!” Yuna mengangguk, lalu berkata, “Dengar-dengar dia terluka dan dirawat di rumah sakit. Apa yang terjadi?”“Kak Yuna.” Bella yang sedang berbaring di atas ranjang pasien hendak membangkitkan tubuhnya. Namun, Yuna segera maju untuk menahannya. “Jangan asal bergerak! Berbaringlah!”“Aku baik-baik saja!” Wajah Bella merasa panas. Jelas-jelas dia baik-baik saja, tetapi dia malah dianggap sebagai orang yang sedang sakit parah saja. Bella malah dipaksa untuk beristirahat.“Padahal kamu terluka seperti ini, kamu malah bilang kamu baik-baik saja!” Yuna melihat cedera di kening Bella. Dia merasa lukanya tergolong cukup parah. Dia juga tidak tahu bagaimana ceritanya Bella bisa terluka seperti ini.“Aku baik-baik saja, cuma luka luar saja. Papa yang … maksa aku untuk dipantau selama beberapa hari ini.” Bella sungguh malu. Dia bagai anak yang telah melakukan kesalahan saja. Dia pun melirik ayahnya sekilas.“S
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S