Susan sungguh tidak menyangka Rainie akan semarah ini. “Rainie, Mama sudah pernah bilang, Bella itu hanya ….”“Hanya alat untuk menjalin hubungan baik dengan Edgar!” Rainie menimpali dengan kesal, “Aku sudah muak untuk mendengarnya. Apa kamu bisa ganti alasan lain! Sebenarnya di mana tempat pensilku?”“Mama ….” Susan menyeka air matanya. Dia tidak ingin menjelaskan hal yang tidak berguna, “Aku tidak tahu.”“Kamu kerjaannya cuma di rumah, apa mungkin kamu nggak tahu?” Rainie tidak percaya. “Apa kamu diam-diam masuk ke kamarku, lalu beresin barangku?”Kali ini Susan sungguh merasa takut. Sebelumnya Rainie memang pernah berpesan untuk tidak boleh masuk ke kamarnya, hanya saja Rainie sering tidak pulang ke rumah. Susan merasa kamar itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Nantinya kamar itu pasti akan sangat kotor. Jadi, Susan membuka pintu kamar dengan kunci cadangan, lalu membereskannya.Namun, Susan berani bersumpah bahwa dia tidak pernah melihat tempat pensil apa pun. Dia juga tidak bera
Rainie tidak menjawab, dia langsung berjalan pergi. Langkah kakinya semakin cepat lagi. Saking cepatnya, dia hampir saja menabrak Fahrel yang baru pulang.“Kenapa buru-buru?” Raut wajah Fahrel tampak muram. Dapat diketahui bahwa suasana hatinya sedang buruk. “Rainie, berhenti!”Rainie meliriknya sekilas. Dia tidak meladeni Fahrel, lalu melanjutkan langkahnya.“Rainie! Aku lagi ngomong sama kamu, kamu dengar tidak? Kenapa kamu semakin kurang ajar saja?” Fahrel sangatlah marah. Dia berjalan maju hendak menarik Rainie, tetapi tangannya malah ditarik oleh Susan. “Sudahlah, ada apa dengan kalian berdua? Kalian selalu bertengkar ketika bertemu. Padahal setahun juga baru ketemu beberapa kali saja!”“Semuanya karena kamu terlalu memanjakannya!” ucap Fahrel dengan kesal. Dia melihat putrinya telah memasuki mobil, dia pun tidak mengejar Rainie lagi. Dia menurunkan tangannya, lalu memaki, “Kalian semua memang kurang ajar!”Kedua mata Susan terbelalak. “Kamu marahi aku kurang ajar?”“Aku lagi mara
“Kalau dia tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, kenapa dia memperlakukan Setiawan Group dengan sebaik itu? Kenapa dia tidak memberikan proyek itu kepada adik iparnya sendiri? Bukankah seharusnya hubungannya lebih dekat sama aku? Dia melakukan semua pasti demi uang! Hanya saja, aku tidak tahu dari jalur mana mereka memberikan uang itu! Aku tahu tidak mungkin si Brandon itu baik hati! Dia itu orangnya licik!”Semakin dibicarakan, Fahrel merasa semakin emosi saja. Dia langsung berdiri. “Aku pergi cari dia dulu!”Baru saja Fahrel hendak melangkah pergi, dia menyadari istrinya malah menghalangi langkahnya. “Apa yang kamu lakukan? Jangan halangi aku! Meskipun kamu menghalangiku, aku tetap akan ke sana! Aku pasti akan beri pelajaran kepadanya! Si Edgar itu sungguh keterlaluan!”“Ngapain aku halangi kamu? Aku ingin pergi bersamamu!” Susan segera pergi mengambil tasnya, lalu berkata, “Benar apa katamu! Kita mesti minta penjelasan sama dia! Padahal selama ini kami selalu memperlakukan Bella den
“Rainie, kenapa kamu di sini?” Susan merasa kaget. Dia langsung berlari ke sisi Rainie.Kening Rainie tampak berkerut. “Kenapa kalian ke sini?”“Ada sedikit urusan. Bagaimana denganmu?” tanya Fahrel sembari berdeham.“Aku juga ada urusan!” Tanpa menoleh sama sekali, Rainie melihat ke sisi Bella. “Katakanlah, di mana tempat pensilku?”Bella mengangkat kedua tangannya, lalu menunjukkan wajah tidak berdaya. “Kak Rainie, aku benar-benar nggak ambil tempat pensilmu. Aku saja nggak tahu gimana bentuk tempat pensilmu. Lagi pula, untuk apa aku ambil tempat pensilmu?”“Siapa juga yang tahu untuk apa kamu ambil tempat pensilku? Siapa lagi kalau bukan kamu? Kata mamaku, belakangan ini cuma kamu saja yang datang ke rumahku!” balas Rainie dengan sinus.Ketika mendengar namanya, Susan pun tersenyum canggung. “Bella, tempat pensil Kak Rainie-mu hilang. Tempat pensil itu sangat berarti baginya. Memang tidak ada yang datang ke rumah, selain kamu. Tapi aku merasa kamu tidak mungkin mengambilnya. Apa … k
Susan memuji sembari ingin memamerkan jerih payahnya. Seandainya bukan berkat Susan, mana mungkin Bella bisa lebih kurus dan lebih bersemangat? Bella bahkan tidak kelihatan selemas dulu lagi.Pokoknya Edgar telah berutang banyak terhadap mereka! Edgar mesti memberi penjelasan kepadanya!“Kalau dia minum, mana mungkin dia akan seperti sekarang ini?” Rainie melirik Bella sekilas, lalu tersenyum dengan dingin.Bella melepaskan tangannya dari genggaman Susan, lalu menegakkan tubuhnya. Dia berjalan selangkah demi selangkah menatap wajah Rainie. “Jadi, aku semestinya bagaimana? Gimana Kak Rainie bisa tahu resep obat apa yang dibuka oleh dokter genius dan gimana khasiatnya? Kak Rainie ngerti teknik pengobatan, ya?”Susan yang berada di samping segera menjelaskan, “Rainie memang telah lama mempelajari ilmu pengobatan. Apa kamu lu ….”“Kak Rainie belajar ilmu pengobatan modern,” sela Bella, “Aku nggak tahu sejak kapan Kak Rainie belajar ilmu pengobatan tradisional? Hebat sekali!”“Siapa suruh k
“Apa kamu tidak pernah dengar? Setelah ada mama tiri, kamu akan punya papa tiri! Tidak peduli seberapa baiknya papamu kepadamu, tapi setelah kedatangan mama tiri di rumah ini, kehidupanmu juga tidak akan nyaman lagi!” Susan berusaha untuk membujuk Bella, “Kita juga tidak tahu apa yang ada di dalam hati wanita itu. Bisa jadi dia menyukai kekuasaan papamu. Kalau kamu tidak meningkatkan kewaspadaanmu, bagaimana dengan dirimu nanti?”“Iya!” Fahrel yang berada di samping menimpali, “Kenapa kamu tidak perhatian sama papamu? Apa kamu tidak merasa bersalah terhadap mamamu yang sudah meninggal itu?”“Mamaku sudah meninggal 20 tahunan. Aku rasa Mama pasti berharap Papa bisa hidup bahagia. Lagi pula ….” Bella tertegun sejenak, lalu menatap mereka berdua. “Om, Tante, sepertinya kalian terlalu ikut campur dalam masalah pribadi papaku? Kalau kalian keberatan, seharusnya kalian ngomong sama papaku, bukan sama aku.”“Kamu ….”Fahrel dan Susan saling bertukar pandang. Susan menarik lengan Bella. “Dasar
“Bella!” Edgar berlari sembari melempar tas kerjanya ke sofa. Dia berjongkok melihat putrinya dengan gugup.Kening Bella tampak terluka. Dia membuka sedikit matanya untuk melihat Edgar. “Pa ….”“Jangan bicara lagi! Papa akan bawa kamu ke rumah sakit!” Edgar sungguh panik saat ini.“Kak Rainie ….” Bella memalingkan kepalanya melihat ke atas tangga, lalu menunjuk ke sisi Rainie.Awalnya Rainie hendak melanjutkan langkahnya. Namun setelah mendengar suara Edgar, dia langsung berhenti. Dia yang sedang berdiri di atas malah ditunjuk oleh Bella.Edgar mengikuti arah yang ditunjuk Bella, lalu tampak keponakan yang tidak pernah dijumpainya selama bertahun-tahun.Ketika melihat tatapan Edgar, Rainie menggerakkan bibirnya. “Om.”“Hmph!” Edgar mendengus dingin. Dia tidak membalas, lalu membungkukkan tubuhnya mencoba untuk menggendong putrinya.Namun berhubung terlalu berat, Edgar tidak berhasil untuk menggendongnya. “Pelayan!” jerit Edgar.“Papa, aku baik-baik saja!” Bella meronta hendak berdiri.
Di dalam rumah sakit, luka Bella sudah diperban. Dia menatap ayahnya yang sibuk itu, lalu berkata, “Papa, aku baik-baik saja, serius!”Edgar duduk di samping ranjang, menatap sang putri dengan lembut. “Aku tahu.”“Jadi kenapa Papa ….”“Kamu butuh istirahat,” ucap Edgar, “Istirahatlah dengan baik. Jangan pikirkan apa pun. Serahkan semuanya sama Papa!”“Pa ….” Awalnya Bella hendak mengatakan sesuatu. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu mengurungkan niatnya.“Kenapa?” tanya Edgar dengan suara lembut.Edgar yang sekarang hanyalah seorang ayah yang ramah. Dia bukan lagi lelaki berwibawa dan galak seperti di saat bekerja.“Nggak kenapa-napa.” Bella tersenyum, lalu berkata, “Maaf telah membuatmu khawatir.”“Dasar bodoh! Kenapa kamu bicara seperti ini sama Papa?” Edgar menyelimuti Bella. Sebenarnya kondisi Bella tidak perlu sampai dirawat di rumah sakit. Hanya saja, Edgar bersikeras meminta dokter untuk memantau kondisinya. Dokter juga tidak berani menolak.“Papa, aku sudah sering membuatmu kha
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us