Edgar masih ingat dengan Yuna. Dia pun mengangguk. “Kamu datang untuk jenguk Bella?”“Emm!” Yuna mengangguk, lalu berkata, “Dengar-dengar dia terluka dan dirawat di rumah sakit. Apa yang terjadi?”“Kak Yuna.” Bella yang sedang berbaring di atas ranjang pasien hendak membangkitkan tubuhnya. Namun, Yuna segera maju untuk menahannya. “Jangan asal bergerak! Berbaringlah!”“Aku baik-baik saja!” Wajah Bella merasa panas. Jelas-jelas dia baik-baik saja, tetapi dia malah dianggap sebagai orang yang sedang sakit parah saja. Bella malah dipaksa untuk beristirahat.“Padahal kamu terluka seperti ini, kamu malah bilang kamu baik-baik saja!” Yuna melihat cedera di kening Bella. Dia merasa lukanya tergolong cukup parah. Dia juga tidak tahu bagaimana ceritanya Bella bisa terluka seperti ini.“Aku baik-baik saja, cuma luka luar saja. Papa yang … maksa aku untuk dipantau selama beberapa hari ini.” Bella sungguh malu. Dia bagai anak yang telah melakukan kesalahan saja. Dia pun melirik ayahnya sekilas.“S
Ketika mengungkit dokter genius, Yuna pun kepikiran dengan Chermiko. Entah bagaimana kondisinya saat ini? Haish!“Kalau begitu, apa papamu menyelidiki masalah ini?” tanya Yuna kembali.“Aku nggak tahu.” Bella menggeleng. Dia juga tidak jelas. “Saat dia tahu, dia merasa sangat syok dan marah. Tapi kemudian dia nggak mengatakan apa-apa lagi. Mungkin karena dia melihat kondisiku sudah semakin membaik. Jadi, dia nggak permasalahin masalah ini lagi.”Yuna menggeleng. “Nggak mungkin!”Edgar sangat menyayangi putrinya. Buktinya, sekarang Bella hanya mengalami luka luar saja, dia malah memaksa Bella untuk dirawat di rumah sakit. Apalagi Bella sudah keracunan dalam waktu lama, mana mungkin Bella tidak menyelidikinya?Edgar tidak mengungkitnya, mungkin dia sedang menyelidikinya secara diam-diam? Atau bisa jadi Edgar sedang menyusun rencana lain?Yuna juga telah melihat contoh dari diri Brandon. Lelaki yang kelihatannya sangat tenang malah akan kelihatan menakutkan ketika melakukan balas dendam.
Tetiba tidak terdengar suara apa-apa dari ujung telepon. Bagus! Pasti Kenzi telah berbuat sesuatu!Yuna menghela napas tanda dirinya tidak berdaya. “Kenzi, bisa nggak kamu memperlakukan kakekmu dengan lebih baik?”“Aku sudah cukup baik!” balas Kenzi dengan cepat. Dia merasa dirinya adalah seorang anak baik.“Dasar bocah tengik! Kamu lari ke mana lagi! Hei, kenapa kamu ambil ponselku? Kamu ….” Dapat terdengar suara jeritan Juan dari ujung telepon.“Mama ….” Sepertinya Kenzi sedang berbicara sama Juan.Disusul terdengar suara sindiran Juan. “Mama kepalamu! Mamamu lagi sibuk, tidak ada waktu untuk urus kamu! Kalau mamamu tahu kamu ngompol di ranjangku, dia pasti akan pukul bokongmu! Mama pula ….”“Mama ….”Kenzi mengulangi ucapannya. Saat ini Juan baru merespons. “Hah?”Disusul, terdengar suara panggilan Yuna. “Halo?”“Pak Tua …,” panggil Yuna.“Apa kamu sudah sampai di Asia Selatan? Hmph? Sinyalnya bagus juga!” Juan mengira Yuna sudah pergi ke Asia Selatan.“Nggak, aku masih di Kanita,”
Yuna menyadari bahwa ada yang sedang menyadap ponselnya. Sebelumnya Yuna pernah memasang aplikasi anti retas di ponselnya. Jika terdapat tanda-tanda ada yang memasuki ponselnya, dia pun akan menerima notifikasi. Yuna masih ingat dia pernah mentertawakan Brandon ketika Brandon memasang aplikasi ini ke ponselnya.Saat itu, Yuna merasa dirinya hanyalah seorang peracik aroma. Siapa juga yang akan menyadap ponselnya, ditambah lagi dia juga tidak memiliki rahasia apa-apa di ponselnya. Namun kali ini, Yuna sungguh kagum dengan kepintaran Brandon.Setelah panggilan diakhiri, Yuna menatap ponsel di tangannya. Seandainya ada yang menyadap ponselnya, itu berarti pembicaraannya dengan Juan dan Brandon sudah diketahui. Yuna tidak boleh menunggu lagi. Dia harus turun tangan sekarang.Yuna memutar arah mobilnya. Dia pergi membeli ponsel baru, lalu memasang nomor baru. Kemudian, Yuna menggunakan nomor baru itu untuk menghubungi nomor baru Brandon waktu itu. Namun, tidak ada yang menjawab.Mungkin Bran
Lelaki itu berbicara dengan sangat sungkan. Sepertinya tidak memungkinkan seandainya Yuna bersikeras membawa anggotanya untuk menerobos ke laboratorium.Yuna memiringkan kepalanya. “Kalian tunggu di sini saja. Aku akan segera kembali.”“Nyonya!” Pengawal masih saja tidak tenang.“Tenang saja!” Yuna mengangkat salah satu tangannya, lalu membalas dengan datar. Dia melihat ke dalam sekilas. Meskipun di dalam sangatlah berbahaya, Yuna tetap harus menerobos ke dalam!Yuna masuk ke dalam pintu gerbang. Pintu di belakang pun ditutup. Suasana di dalam gedung laboratorium terasa sangat dingin.Sebelumnya ketika Delon dan Yuna masih di laboratorium, pintu gerbang tidak akan ditutup rapat di siang hari. Ada juga orang-orang yang keluar masuk di depan sana. Meskipun tidak tergolong ramai, setidaknya terasa hawa manusia. Namun sekarang … gedung ini bagai gedung telantar saja.Yuna menengadah kepala menatap gedung sekilas, lalu masuk ke dalam.Baru saja memasuki gedung, tampak Rainie yang mengenakan
Setelah melewati depan ruang laboratorium, tidak kelihatan batang hidung siapa pun di dalam. Instrumen di dalam sana masih lengkap. Hanya saja, tempat ini tergolong telantar. Yuna dapat melihat banyak debu di atas sana.Kemudian, Yuna melanjutkan langkahnya. Tempat Yuna berhenti sekarang adalah kamar Delon sebelumnya.Dulu saat sibuk dengan penelitian, Delon bahkan tidak sempat untuk pulang ke rumah, terpaksa tinggal di laboratorium. Pangkat yang lebih tinggi seperti Yuna dan Delon memiliki ruangan istirahatnya sendiri.Sekarang Delon sudah tiada. Pintu kamarnya terbuka lebar. Namun, isinya malah kosong melompong, tidak ada satu pun dokumen di atas meja.Yuna melangkah maju. Tetiba terdengar suara dari belakang. “Kamar Pak Delon sudah dibersihkan dengan sangat bersih. Seharusnya barangmu nggak ada di dalam sana?”Yuna memalingkan kepalanya, lalu tampak Rainie yang entah sejak kapan berdiri di dekatnya.Biasanya Yuna selalu meningkatkan kewaspadaannya. Dia tidak mungkin tidak menyadarin
“Gimana kita bisa mengetahuinya sebelum penelitian berhasil? Mungkin rugi itu cuma menurutmu saja?” balas Rainie.Pada saat ini, terdengar suara bunyi lift. Mereka pun telah tiba.Yuna tidak membalas lagi. Pintu lift dibuka. Baru saja Yuna hendak melangkah keluar, malah tampak seseorang berdiri di luar sana menghalangi langkah mereka berdua.“Shane?” Yuna merasa kaget.Setelah melihat keberadaan Shane, kening Rainie tampak berkerut. “Shane, apa lagi yang ingin kamu lakukan?”“Bu Yuna sudah bukan anggota laboratorium lagi. Tidak seharusnya dia berada di sini.” Shane tidak menjawab pertanyaan Rainie. Shane menatap Yuna, lalu berkata sepatah demi sepatah.Yuna berusaha memendam amarah di hatinya. Dia juga sedang menatap Shane. “Aku datang untuk mengambil barangku yang ketinggalan di sini. Kenapa? Memangnya nggak boleh, ya, Bos?”Yuna sengaja menekankan kata terakhirnya. Sebenarnya apa yang ingin dilakukan Shane? Kenapa dia selalu menghalanginya?“Ketinggalan apa? Hingga perlu ambil di sin
“Shane, sepertinya aku baru benar-benar kenal sama kamu. Kamu sungguh berwibawa, ya!” Yuna menatap Shane dengan mendengus dingin. Dia mundur kembali ke dalam lift, lalu melanjutkan, “Benar apa katamu. Aku sudah meninggalkan tempat ini, nggak seharusnya aku datang lagi. Aku akan segera pergi. Kalian juga nggak usah berantem lagi.”“Jangan!” Rainie merasa syok hendak menarik tangan Yuna. Namun, Yuna malah menepis tangannya.“Dia nggak berhak buat keputusan di sini!” Rainie merasa sangat marah. Dia menatap Yuna, lalu berkata, “Bukannya kamu ingin lihat ruanganku? Kenapa? Apa kamu nggak ingin cari barangmu lagi? Kamu nggak ingin lihat apa yang ingin kamu lihat?”Ucapan Rainie mengandung banyak godaan. Yuna tersenyum datar. “Tadi sih ingin, tapi sekarang aku nggak ingin lagi! Benar apa kata Pak Shane, ada banyak rahasia di dalam laboratorium. Nggak seharusnya aku banyak bertanya. Aku permisi dulu!”Seusai berbicara, Yuna langsung menekan tombol di dalam lift.“Jangan pergi!” Rainie berusah
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta