“Shane, sepertinya aku baru benar-benar kenal sama kamu. Kamu sungguh berwibawa, ya!” Yuna menatap Shane dengan mendengus dingin. Dia mundur kembali ke dalam lift, lalu melanjutkan, “Benar apa katamu. Aku sudah meninggalkan tempat ini, nggak seharusnya aku datang lagi. Aku akan segera pergi. Kalian juga nggak usah berantem lagi.”“Jangan!” Rainie merasa syok hendak menarik tangan Yuna. Namun, Yuna malah menepis tangannya.“Dia nggak berhak buat keputusan di sini!” Rainie merasa sangat marah. Dia menatap Yuna, lalu berkata, “Bukannya kamu ingin lihat ruanganku? Kenapa? Apa kamu nggak ingin cari barangmu lagi? Kamu nggak ingin lihat apa yang ingin kamu lihat?”Ucapan Rainie mengandung banyak godaan. Yuna tersenyum datar. “Tadi sih ingin, tapi sekarang aku nggak ingin lagi! Benar apa kata Pak Shane, ada banyak rahasia di dalam laboratorium. Nggak seharusnya aku banyak bertanya. Aku permisi dulu!”Seusai berbicara, Yuna langsung menekan tombol di dalam lift.“Jangan pergi!” Rainie berusah
Yuna merasa dirinya baru saja keluar dari kegelapan. Rasanya agak aneh ketika dia berhasil melihat cahaya terang di luar sana.Setelah berjalan ke luar gerbang, tampak pengawal Yuna masih senantiasa berjaga di luar sana. Begitu melihat keberadaan Yuna, mereka langsung menghampirinya. “Nyonya!”Yuna mengangguk sedikit kepalanya, lalu bertanya, “Apa ada yang terjadi selama aku di dalam?”“Tidak ada.” Para pengawal menggeleng mengisyaratkan semuanya aman-aman saja.Yuna sedikit mengangguk. “Ayo!”Saat ini, Yuna memalingkan kepalanya melirik gedung laboratorium sekilas. Cahaya matahari menyinari gedung itu. Cahaya matahari terasa sangat mencolok mata, tetapi Yuna tidak merasa hangat, melainkan merasa sangat dingin.Tak lama setelah Yuna pergi, Yuna menerima panggilan dari Juan. “Yuna, apa kamu baik-baik saja?” Juan sangat mencemaskannya.“Aku baik-baik saja.” Yuna mengurut keningnya. Dia hanya merasa agak capek. Perutnya sedikit bergerak seolah-olah si janin sedang merasa tidak tenang. Yun
Kabar kepulangan Brandon seharusnya adalah kabar bagus. Namun, Yuna tidak kelihatan lega, malah semakin penat lagi. Itu berarti kondisi tidaklah bagus.“Sepertinya dia tertular wabah penyakit. Aku masih belum ketemu sama dia. Aku nggak tahu kondisinya saat ini.” Yuna menyesap teh hangat yang dituang Juan tadi.“Wabah penyakit?” Tangan Juan yang sedang memegang teko teh pun berhenti. Dia mengerutkan keningnya, lalu bertanya, “Dia sudah pulang? Maksudku, dia pulang ke rumah?”“Nggak.” Yuna menggeleng. “Dia tahu masalah ini nggak sederhana. Dia memikirkan keselamatanku dengan anak-anak, jadi dia nggak pulang ke rumah dan nggak akan bertemu denganku. Sekarang dia juga nggak lagi di Kota Kanita. Seharusnya dia lagi cari tempat terpencil untuk memulihkan kondisinya.”“Oh.” Juan menghela napas, lalu meletakkan teko teh. Dia duduk di hadapan Yuna, lalu bertanya, “Apa rencanamu?”“Aku ingin pergi mencarinya.”Kening Juan spontan berkerut. “Apa kamu gila?”“Aku ingin cari tahu gimana kondisi wab
“Kalau begitu, kamu pakai pelindung diri. Wabah penyakit ini tidaklah sederhana. Menurutku, bisa jadi sumber penyakit itu adalah sejenis virus.” Juan menghela napas, lalu berkata.“Emm, aku juga merasa seperti itu.” Yuna mengangguk tanda dirinya setuju. “Aku merasa kemungkinan semua ini berhubungan dengan penelitian di laboratorium.”“Penelitian kalian?” Juan kembali merasa syok. Tetiba dia kepikiran dengan sesuatu. “Oh ya, jangan-jangan semua ini ulah … si Chermiko?”Juan kepikiran Chermiko yang selalu mengurung diri di dalam laboratorium. Jangan-jangan dialah pelakunya?Yuna pun tersenyum sembari menepuk keningnya. “Bukan! Dia nggak sehebat itu! Sepertinya dia sendiri juga nggak tahu!”“Apa kataku!” Juan menghela napas. Dia juga merasa pemikirannya sangat konyol.Juan tahu seberapa hebatnya bocah itu. Tidaklah memungkinkan bagi Chermiko untuk bisa menciptakan wabah penyakit yang merugikan seluruh orang di dunia.“Jadi, ada apa dengannya?” Juan menghela napas lega. Dia merasa seharusn
“Pak Tua!” Tetiba Yuna memanggilnya dengan wajah serius, “Masalah ini sangat penting! Apa kamu ingin melihat satu-satunya cucumu mati begitu saja!”Juan yang digalaki itu bagai anak kecil yang baru dinasihati saja, mengerucutkan bibirnya. Sebenarnya Juan juga merasa khawatir dengan Chermiko. Dia hanya sedang bersandiwara saja.“Kalau begitu … baiklah,” gumam Juan, “Laboratorium apaan itu! Malah melakukan hal seperti ini!”Sebenarnya Yuna juga berpikir seperti ini. Jika Yuna tahu penelitian itu akan melakukan hal yang membahayakan nyawa manusia, dia juga tidak akan bergabung dalam penelitian waktu itu.“Sebenarnya aku merasa laboratorium itu hanyalah salah satu markas mereka saja. Mereka seharusnya bukan hanya memiliki satu markas saja.” Setelah berpikir, Yuna pun berkata.“Apa?” Juan merasa syok.“Pengendalian keamanan di dalam negara kita cukup ketat. Sebenarnya aku curiga sumber virus kali ini memang berkaitan dengan laboratorium, hanya saja belum pasti virus itu berasal dari laborat
Dapat terlihat rasa gugup dari tatapan Shane. Dia mengangkat kepalanya. “Kalian jangan sentuh dia! Kalian pernah janji sama aku! Asalkan aku bekerja sama dengan kalian, kalian berjanji tidak akan melukainya!”“Tapi kamu tidak menurut. Jadi, jangan salahkan kami.” Si lelaki berdiri. Bentuk tubuhnya memang sangat kerdil. Dia bahkan melompat ketika menuruni bangku.Si lelaki berjalan ke hadapan Shane. Dia malah hampir setinggi dengan Shane yang sedang setengah berjongkok. Si lelaki menatap kedua mata Shane. Suara dengan bentuk tubuhnya sungguh bertolak belakang. Si lelaki terlihat bagai anak kecil yang masih belum berkembang sempurna saja.“Shane, jangan kira aku tidak tahu apa yang ada di benakmu! Kamu kira Setiawan Group yang kecil itu bisa menyelamatkan putramu?” Terdengar kekesalan dari ucapan si lelaki. Kedua mata di balik topeng itu kelihatan sangat galak.“Aku tahu mereka dan aku tidak bisa menyelamatkan putraku. Aku selalu mendengar ucapan kalian. Aku berbuat seperti ini juga demi
Saat Edgar sedang pulang untuk mengambil barang, tampak sebuah mobil sedang berhenti terlentang di depan rumahnya. Keningnya spontan berkerut.Fahrel menuruni mobil, lalu berlari ke sisinya dengan tersenyum menyanjung. “Kak Edgar, Kak ….”Meskipun Edgar merasa tidak sabar, pada akhirnya dia tetap menurunkan jendela mobilnya. “Ada masalah apa?”“Aku sungguh minta maaf atas masalah Bella. Semua itu salah Rainie. Aku sudah marahin dia! Awalnya aku ingin dia minta maaf langsung sama Bella, tapi belakangan ini dia sibuk sekali. Kak Edgar tenang saja, aku pasti akan beri pelajaran kepadanya. Bella, dia … baik-baik saja, ‘kan?” tanya Fahrel dengan penuh hati-hati.“Dia baik-baik saja,” balas Edgar dengan dingin, “Apa masih ada urusan lain?”Berhubung Edgar sudah berinisiatif untuk bertanya, Fahrel juga tidak berbasa-basi lagi. “Mengenai masalah vaksin ….”“Kita bahas masalah pekerjaan di kantor saja,” tolak Edgar dengan mentah-mentah. Kelihatan sekali dia tidak ingin membahas masalah itu.“Ak
“Kenapa aku mesti diam? Oh, sekarang kakakku sudah tiada, jadi begini caramu memperlakukan anggota keluarganya? Aku itu adik satu-satunya kakakku. Waktu itu, kamu sudah berjanji untuk menjagaku. Apa begini caramu menjagaku? Edgar, aku kira kamu sangat baik. Cih! Ternyata kamu sama saja dengan anggota pemerintahan yang lain, sama-sama berhati busuk.”“Oh, aku mengerti …. Kamu telah mencari istri baru, jadi kamu sudah melupakan istri lamamu, ‘kan? Apa kamu lupa kalau bukan karena kakakku melahirkan anak untukmu, mana mungkin dia akan kehilangan nyawanya? Sia-sia kakak memperlakukanmu dengan begitu baik. Kak, buka matamu lebar-lebar. Lelaki ini ….”“Fahrel!” Jeritan Edgar mengagetkan Fahrel. Semua omongan yang hendak dilontarkannya pun langsung ditelannya kembali.“Asal kamu tahu, kalau kamu omong kosong lagi, aku akan suruh pengacaraku untuk menggugatmu! Proyek vaksinasi dijalankan sesuai dengan prosedur. Kalau kamu merasa tidak puas, kamu bisa menyelidiki masalah ini atau menggugatku! J
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S