Dia mengangkat tangan perempuan itu dan mengecup telapak tangan Valerie dengan lembut.Sedetik kemudian ruangan acara dipenuhi oleh riuh tepuk tangan. Sedangkan Valerie yang ada di atas panggung justru menarik tangannya.Yang dilihat oleh orang-orang adalah Lawson mengecup punggung tangan Valerie. Akan tetapi hanya Valerie sendiri yang bisa merasakan kalau lelaki itu sempat menjulurkan lidahnya dan menjilat kulitnya.Gerakan Valerie sangat cepat ketika menarik telapak tangannya hingga membuat semua orang belum sempat menyadari apa yang sedang terjadi.Lidah lelaki itu bagaikan lidah milik kucing yang dipenuhi duri hingga bisa membuat hatinya ketar-ketir berantakan. Wajah Valerie terlihat memerah, tetapi dia tidak bisa berkata apa pun di hadapan begitu banyak orang. Dia hanya bisa menunduk dan tersenyum tipis seakan-akan Valerie tengah merasa malu karena baru saja dipuji.Hanya Yuna yang menyipitkan mata dan menatap Valerie dengan sorot curiga. Karena jaraknya cukup jauh, dia tidak bisa
Hari ini merupakan hari yang sangat menegangkan bagi Valerie. Dia nyaris jatuh ke dalam jurang tak berdasar yang begitu dalam. Akan tetapi di saat-saat paling genting, justru sosok Lawson yang menariknya.Perasaannya sangat berantakan ketika dalam perjalan pulang ke hotel. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan olehnya dengan kata-kata. Lawson menggenggam tangannya sepanjang perjalanan dan Valerie juga tidak menolaknya.Keadaan di dalam mobil sangat sunyi tanpa ada suara lain selain suara mobil. Udara di sekitar mereka seperti membuat Valerie tidak tenang. Perasaannya gusar dan panik hingga membuat kaki tangannya berubah dingin.Setibanya di hotel, Valerie turun dan digandeng masuk ke dalam lift oleh Lawson. Saat pintu lift tertutup, lelaki itu memutar tubuhnya dan menjepit tubuh Valerie di antara dinding lift.“Pak Lawson!” seru Valerie terkejut.“Valerie, hari ini aku sudah membantumu. Sepertinya kamu harus mengucapkan terima kasih padaku, bukan?” kata Lawson dengan sebelah tangan ya
Yuna bertanya tanpa suara, tetapi Edith tidak menjawabnya sama sekali. Dia terlihat fokus mendengarkan ucapan orang di seberang telepon sambil menganggukkan kepala tanda mengerti. “Baik, aku tahu. Iya, aku mengerti. Aku akan pergi sekarang juga, tenang saja.”Hingga sambungan telepon telah terputus, Yuna baru bertanya, “Kenapa? Mau ke sana?”“Iya, kantor ada membeli bahan dan minta aku untuk memeriksanya sebentar,” jawab Edith sambil mengangguk.“Kalau gitu aku temani kamu ke sana,” sahut Yuna.Tetapi perempuan itu justru menggelengkan kepalanya dan berkata, “Nggak perlu, katanya harus aku sendiri yang pergi dan nggak boleh membawamu.”Khawatir Yuna akan salah paham, Edith buru-buru lagi menambahkan, “Ini bukan masalah nggak percaya denganmu. Hanya saja terkadang masalahnya bukan muncul dari pihak perusahaan, tetapi dari klien yang terkadang ada saja permintaan yang aneh-aneh.”“Tapi nggak apa-apa, ada mobil kantor yang antar aku ke sana, ada sopir juga. Aku ke sana buat melihat-lihat
Rasanya begitu membahagiakan berada di pelukan Brandon. Yuna mendongak dan bertanya, “Kapan kamu sampainya?"Lelaki itu mendaratkan kecupan lembut di kening Yuna dan menjawab, “Coba tebak!”Yuna mendelik pada lelaki itu yang mencoba bermain tebak-tebakan dengannya. Setelah itu dia terlihat berpikir sebentar dan berkata, "Di hari aku berangkat, kamu juga ikut berangkat? Hanya saja waktunya berbeda. Mungkin kamu ambil penerbangan lebih sore?”Brandon tertawa mendengar tebakan perempuan itu. Dia memegang wajah Yuna dengan kedua tangannya dan mendaratkan kecupan dalam sambil berkata, “Pintar sekali!”“Karena waktu itu aku mencoba menghubungimu, tapi ponsel kamu mati. Walaupun sedang rapat, kamu nggak pernah mematikan ponselmu. Sepertinya waktu itu kamu lagi ada di pesawat?” tanya Yuna.Dia tidak menyangka kalau lelaki itu akan menyusulnya ke sini. Oleh karena itu, saat dia menghubungi Brandon, Yuna tidak terpikir bahwa lelaki itu akan datang.“Gimana cara aku memberikan hadiah buat kamu ya
“Memangnya cemburu harus lihat gender?!” balas Brandon.Tidak akan pernah bisa menang melawan seorang lelaki yang sedang cemburu buta.“Ok, aku merasa bangga bisa membuat Pak Brandon cemburu. Tapi ….” Yuna menghentikan ucapannya dan memegang wajah lelaki itu dengan kedua tangannya. Dia melanjutkan ucapannya sambil menatap lelaki itu, “Kita juga harus memikirkan orang lain. Aku telepon dia dan tanya keadaan dia untuk memastikan dia aman. Setidaknya kamu masih bisa di sini beberapa waktu.”Dengan cepat Yuna mendaratkan kecupan singkat di bibir Brandon. Setelah itu dia langsung menghubungi Edith. Brandon hanya diam saja diperlakukan seperti itu. Cara Yuna memperlakukannya membuat Brandon sulit untuk menolak.“Kak Edith, kamu sudah ada di mana? Gimana keadaan di sana?” tanya Yuna. Sebenarnya dia juga tidak tahu apakah klien yang ada di tempat tersebut merupakan klien mereka sungguhan. Akan tetapi, dia tetap harus memastikan keamanan temannya itu.“Kira-kira butuh waktu berapa lama lagi? Se
Di saat keromantisan di antara kedua insan tersebut sedang bermekaran, suara ponsel milik Yuna menghancurkan semuanya. Dia mengambil ponselnya dan menerima panggilan tersebut.“Halo?”“Yuna, aku sudah balik dan lagi beli makan di bawah. Kamu mau makan apa?” tanya Edith.Sedetik kemudian Yuna tersadar dan dengan cepat dia mendorong tubuh Brandon untuk mendudukkan tubuhnya. “Ng-nggak perlu, aku nggak lapar.”“Oh, kamu sudah tidur ya? Aku sudah mau sampai.”“Ok!” jawab Yuna sambil mematikan sambungan telepon. Dia tersadar dan dengan tergesa-gesa bangkit berdiri sambil mendorong tubuh Brandon dan berkata, “Cepat, cepat! Edith sudah mau naik! Kamu buruan pergi! Jangan sampai dia ketahuan!”Yuna sibuk merapikan pakaiannya dan mengambil luaran lelaki itu untuk diserahkan pada Brandon. Gerakannya terhenti dan mendapati lelaki itu hanya duduk diam di sana dengan wajah menggelap.“Sudah, aku tahu aku yang salah hari ini. Tapi nggak ada cara lain. Kamu tahu sendiri kalau kita nggak boleh ketahuan
Jantung Yuna nyaris saja melompat keluar dari tempatnya. Nyaris sekali mereka berdua saling bertemu! Senyumannya mendadak terlihat sedikit terpaksa dan tidak alami.“I-iya!”Melihat senyuman kaku di wajah Yuna membuat Edith berdiri di hadapannya dan memandangi perempuan di depannya ini dengan kepala menyamping. Jari tangan Edith menunjuk wajah Yuna dan berkata, “Ada yang aneh!”“Mana ada yang aneh! Kamu yang bilang sudah mau sampai. Aku pikir aku juga harus membukakan pintu buat kamu, jadi aku sekalian lihat kamu sudah sampai apa belum. Lihat! Perhitunganku tepat bukan?” kata Yuna panjang lebar. Dia berusaha menutupi rasa gusarnya dengan berceloteh.Yuna menerima barang bawaan yang dibawa oleh Edith kemudian berbalik masuk ke kamar. “Beli makanan enak apa saja nih?”“Nggak ada jatah kamu!” kata Edith.“Jangan pelit dong!” Yuna meletakkan barang bawaan Edith ke atas meja dan membukanya. Di dalam kantong plastik tersebut berisi sop, kue dan juga nasi. Aromanya sangat menggiurkan, tetapi
“Benarkah?” tanya Edith dengan nada curiga.Yuna menarik napas dalam-dalam dan mendorong bahu Edith dan berkata, “Percaya sedikit dong! Hilangkan ‘kah’ di akhir pertanyaan kamu! Pokoknya seperti itu!”“Aku dulu nggak menyadari kalau ternyata kamu hobi gosip juga. Aku lebih suka kamu yang diam, cuek dan emosian. Buruan pergi mandi! Setelah itu gantian aku yang mandi!”“Kamu pasti ketahuan dan sesuai dengan tebakanku sebelumnya, makanya bersikap seperti ini. Ya sudah, aku nggak mau memperpanjang masalah dengan anak kecil!” kata Edith sambil berbalik masuk ke kamar mandi.Yuna hanya terdiam dan diam-diam menghela napas lega karena berhasil mengelabui Edith. Akan tetapi, dia dan Brandon harus ekstra hati-hati selama ada di kota ini dan jangan sampai ketahuan.Buru-buru Yuna mengeluarkan ponselnya saat teringat akan lelaki itu. Terlihat pesan singkat dari Brandon yang berisi, “1808.”Angka itu merupakan nomor kamar milik lelaki itu. Yuna terbahak dan mengirimkan stiker pada lelaki itu. Dia
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta