“Sudah, jangan cerewet! Nggak mirip dengan kamu waktu baru datang!” balas Edith dengan raut kesal.“Yang penting kamu nggak keberatan dengan bajuku saja! Pakailah! Waktunya sudah mepet dan sudah waktunya kita pergi.”Yuna tertawa mendengar ucapan perempuan itu. Kalau bukan karena mereka buru-buru dengan waktu, dia ingin sekali bertanya pada Edith bagaimana sikapnya waktu pertama kali datang.Mereka tetap dijemput oleh mobil Rolls Royce yang membuat Edith juga terkejut. Dia sudah terkejut ketika melihat mobil ini di bandara. Kantornya benar-benar totalitas sekali!Edith sudah lama sekali bekerja dan sering melakukan perjalanan dinas. Tidak pernah sekali pun mendapatkan perlakuan istimewa seperti ini. Biasanya mobil yang digunakan hanya sedan biasa.Saat tiba di hotel, dia bahkan sengaja menghubungi Samuel untuk memastikan apakah kantornya akan menjemput orang penting lainnya. Jawaban atasannya tersebut membuatnya tenang karena mengatakan bahwa perusahaan sangat mementingkan acara ini da
Valerie mengenakan terusan gaun yang indah dengan dandanan yang membuatnya terlihat sangat cantik. Penampilan perempuan itu menampilkan sisi terbaik yang dimiliki olehnya. Akan tetapi, dia tidak berani masuk sendiri ke acara tersebut.Di hadapan begitu banyak perusahaan ternama dan orang-orang berpengaruh, kedatangan perwakilan VL benar-benar tanpa persiapan sekali. Seharusnya dia berdiri di sisi Lawson dan sudah pasti bisa membuat nilainya bertambah, tetapi sekarang dia hanya seorang diri saja. Siapa yang bisa menganggap keberadaannya di tempat tersebut?Membayangkan dirinya akan diabaikan ketika turun dari mobil membuatnya sangat sesak dan tidak terima. Valerie menghubungi Lawson tanpa henti dari dia masuk ke dalam mobil hingga detik ini. Akan tetapi hasilnya nihil dan tidak ada yang menerima panggilannya. Jelas sekali lelaki itu tidak ingin menerima panggilan dari dirinya.“Bu Valerie, kalau masih nggak pergi, Ibu akan telat,” ujar sang sopir mengingatkan.“Kenapa kamu yang panik?!
Rok milik Valerie yang memang sangat pendek ditambah tadi dia sempat berlari kecil membuat roknya tertarik ke bawah. Ujung pakaian dalamnya terlihat jelas dan membuat wajahnya seketika memerah malu. Tanpa berpikir lebih panjang lagi, dia mengangkat tas tangannya dan menutupi bagian dada sambil melangkah cepat masuk ke ruang acara. ***Edith dan Yuna mengelilingi acara pameran tersebut dan menyapa para tamu sekilas. Edith mengenalkan beberapa orang kenalannya pada Yuna. Setelah selesai, mereka baru berhenti untuk istirahat sejenak. Meski hanya kegiatan menyapa saja, keduanya terlihat cukup lelah.Acara pameran tersebut masih belum dimulai dan dia merasa sedikit mulai tumbang. Ternyata memang benar bahwa hal yang paling melelahkan dari meneliti produk adalah bersosialisasi.Mereka mencari sudut yang sedikit lebih sepi dan berdiri di sana sambil memegang sebuah piring kecil di tangannya yang berisi berbagai kue kecil. Keduanya memutuskan untuk menunggu acara di mulai di posisi mereka. S
Edith terdiam dan mendengar setiap kalimat yang diceritakan oleh Yuna dengan serius.“Aku benar-benar nggak melihat dari sisi mana kamu sedang marah,” kata Edith.Yuna terbahak dan berkata, “Nggak harus berwajah marah baru bisa dibilang marah. Aku dan kamu mewakili perusahaan untuk menghadiri acara ini. Untuk apa aku menjelekkan wajahku demi orang nggak penting? Memangnya aku gila?”“Hahahaha!” Edith tertawa karena ucapan Yuna.“Marah sih tetap marah, tapi nggak ada gunanya kalau marah saja. Lebih baik aku balas dengan caraku, kita lihat saja siapa yang akan tetap tertawa sampai akhir nanti,” ujar Yuna dengan penuh keyakinan.Edith mengangguk sambil tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sekarang kesan Yuna di matanya bertambah satu tingkat lagi dan membuatnya semakin mengagumi perempuan itu.“Aku ada satu pertanyaan,” ujar Edith dan menahan kalimatnya dengan ekspresi ragu-ragu.“Nggak apa-apa, tanya saja,” kata Yuna dengan kedua alis terangkat ke atas.Sekarang dia juga menganggap Edith
Pemikiran seperti itu membuatnya memutuskan untuk tidak mencari sosok Lawson lagi. Sudah pasti tidak akan ketemu lelaki itu. Meski ketemu, lelaki itu juga belum tentu akan menggubrisnya. Kecuali ….Mengingat ucapan lelaki itu saat di hotel membuat jantungnya berdegup cepat. Lelaki itu hanya menginginkan tubuhnya saja, bukan tulus dari hati! Valerie harus menjaganya karena hanya akan menjadi milik Logan.Produk baru yang dipajang di atas pentas akan diperkenalkan oleh pembawa acara profesional. Pembawa acara itu yang akan mengumumkan sang pembuat dan juga ide serta inspirasinya. Selain itu akan ada perkenalan top notes, middle notes dan back notes.Pembuat parfum itu juga akan menyarankan bahwa parfum tersebut lebih cocok digunakan oleh orang-orang yang seperti apa dan juga ada sesi tanya jawab. Akan diminta beberapa orang untuk mencium setiap tipe parfum. Orang-orang itu akan diminta untuk mengungkapkan kesan dan pesan mereka.Valerie tidak ingin naik ke pentas. Bukan karena dia tidak
Pembawa acara yang tadi sudah ketar-ketir akhirnya menghela napas lega. Semua tamu yang ada di sana juga ikut tertawa.“Bu Yuna suka bercanda saja! Memang benar, mereka selalu menjadi sosok yang dijadikan panutan bagi juniornya, tetapi nggak semua orang bisa memahami setiap ilmunya dengan tepat. Menurut Bu Yuna, diri Ibu sendiri bisa memahaminya seberapa banyak?”Ada nada penuh tantangan di balik pertanyaan tersebut. Sebenarnya juga tidak bisa dikatakan sedang menantang Yuna, tujuan sang pembawa acara hanya untuk kepentingan acara dan membuat suasana jauh lebih seru.Karena adanya kejadian di awal tadi, para tamu mulai tampak antusias menunggu jawaban Yuna. Pertanyaan tersebut terdengar sederhana, tetapi kalau jawabannya terlalu berlebihan maka akan terasa sangat sombong.Namun kalau jawabannya nanti terkesan bertele-tele dan takut-takut, maka orang-orang akan merasa dia tidak memiliki kemampuan sehingga merasa tidak percaya diri.Yuna hanya tersenyum sambil menatap sang pembawa acara
“Dengan ibu siapa ini?” tanya sang pembawa acara dengan ramah. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Valerie.“Ibu?” panggil pembawa acara itu sekali lagi ketika melihat binar linglung di mata Valerie. Sahutan kedua membuat kesadaran Valerie kembali dan menatap sang pembawa acara sambil bergumam, “Aku ….”Satu kata pertama terucap dan Valerie baru menyadari bahwa suaranya menjadi serak. Dengan cepat perempuan itu berdeham dan menggenggam mikrofon dengan isi kepala yang mendadak kosong.Valerie sendiri tidak hanya satu kali ini saja berdiri di atas pentas dan di bawah lampu sorot. Dia kerap berada di atas pentas ketika menerima piagam dan juga berbagai pujian serta tepuk tangan dari orang-orang. Akan tetapi kali ini dia merasa gusar dan panik. Tangan dan kakinya dingin, tubuhnya juga tampak sedikit bergetar hebat.Bagaimana jika dia melakukan kesalahan saat mencoba parfum nanti? Bukankah hal itu akan menjadi sangat memalukan sekali? Dia tidak ingin merasakan hal itu!“Kemungkinan Ibu
Sudah sampai pada titik ini, dia akan sulit sekali untuk mundur. Tatapan para tamu membuat Valerie mau tidak mau harus menghadapi situasi ini. Dia mencoba menyemangati dirinya sendiri dalam hati bahwa ini hanya percobaan parfum saja.Dia hanya perlu berbicara beberapa kalimat dan menganalisis beberapa komponen dari bahan parfum tersebut. Tidak akan ada masalah besar yang terjadi kalau dia salah menebak.Meski begitu, rasa gugupnya juga tetap tidak bisa dikendalikan. Untuk mengambil selembar kertas dan pulpen saja tangannya sudah bergetar luar biasa hebat. Dia mencoba menghirup aroma tersebut dan mulai berusaha keras berpikir. Valerie akan menyampaikan komponen bahan utama dari parfum dan memperkirakan persentasenya.“Bu Valerie?”Panggilan sang pembawa acara kali ini disahuti dengan cepat oleh perempuan itu. “Saya pribadi lebih suka dengan parfum tipe ini. Biasanya saya lebih suka aroma elegan dan lembut, parfum ini bisa membuatku merasa tenang.”“Saya nggak tahu kalau pencipta aroma i
“Oh ya? Kenapa kamu yakin begitu aku belum pernah coba?”Rainie pun berjalan mendekat dan menaruh minuman yang ada di nampannya ke atas meja. Minuman itu dikemas di dalam pot berbahan tanah liat yang memiliki desain kuno, tidak seperti minuman modern yang dikemas di dalam botol beling.“Karena ini alkohol khas negara saya. Pangeran pasti belum pernah lihat.”“Aku sudah sering bolak balik ke sini dan sudah coba banyak makanan khas kalian. Kamu yakin aku belum pernah coba?”“Saya yakin pasti belum, karena ini khas daerah kampung halaman saya.”“Oh, begitu ya?”“Minuman ini sudah ada bahkan waktu saya baru lahir. Papa saya menyimpannya di bawah tanah dari baru dikeluarkan sekarang. Aromanya saya jamin pasti harum. Apabila Pangeran nggak keberatan, boleh dicoba sedikit,” kata Rainie seraya menuangkannya.Benar seperti yang Rainie katakan. Begitu tutup dibuka, aroma sedapnya langsung memenuhi satu ruangan. Ross juga menghirupnya dan mengakui kalau itu adalah minuman yang bagus.“Pangeran b
Rainie menari napas panjang dan mengetuk pintu. Tak lama, dia mendengar suara seseorang yang berkata dengan logan kental Yuraria, “Masuk.”Rainie sekali lagi memastikan kalau semuanya baik-baik saja, lantas dia pun masuk ke dalam sambil membawakan minuman yang tersaji di atas nampan.“Pangeran Ross,” sapa Rainie dengan santun seraya membungkuk. Pengalaman kuliah di luar negeri membuatnya cukup fasih dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Yuraria.Ross mengenakan pakaian rumah dan sedang sibuk membaca berkas di mejanya. Dan di sisi sebelahnya terdapat berbagai macam kudapan, serta gelas yang terisi setenga oleh wine. Sepertinya, apa yang Rainie bawakan untuknya sudah tidak diperlukan lagi.“Ada apa?” tanya Ross seraya memperhatikan sosok Rainie, tetapi dia hanya melihat sekilas saja seakan penampilan Rainie tidak mempan untuk menarik perhatiannya.“Pangeran Ross, saya pelayan yang bekerja di kedutaan ini. Pak Fred menugaskan saya untuk membawakan minuman.”“Oh, Fred?”“Iya, Pak F
“Oke, kalau begitu aku kasih kamu waktu satu jam. Beresan semua pekerjaan kamu, habis itu mandi dan ganti baju, terus datang ke kantorku. Kamu kukasih tugas baru.”Rainie terkejut dan tidak begitu mengerti apa masudnya, tetapi dia tetap menjawab, “Oke.” ***Tak lama waktu berselang, Rainie sudah datang ke kantornya Fred dengan gaun panjang yang dibawakan oleh anak buahnya Fred. Bagian belakang yang memang didesain terbuka memperlihatkan tubuh Rainie yang menggoda. Namun di sisi lain pakaian seperti itu membuat Rainie merasa tidak nyaman. Dia biasanya tidak suka memakai pakaian yang terbuka, tetapi kali ini terpaksa karena ini adalah perintah langsung dari Fred.Rainie merasa seperti menjadi pekerja sosial yang diminta untuk menjamu klien. Pengalaman ini benar-benar membuat Rainie merasa tidak nyaman. Yang bisa dia tawarkan kepada orang lain adalah kecerdasan dan bakatnya. Tak pernah sekali pun dia berpikir untuk menawarkan tubuhnya kepada orang lain.“Bagus juga! Oke, coba kamu jelask
“Pak Fred, bukannya mau banyak tanya, tapi aku harus tahu jelas untuk bisa tahu di mana letak masalahnya. Badan cewek dan cowok itu berbeda. Usia juga punya pengaruh yang besar. Kalau sudah tua, wajar kalau detak jantungnya melambat. Walaupun dari luar kelihatannya sehat, tapi di dalam badannya sudah ada bibit penyakit. Nggak menutup kemungkinan terkena serangan jantung. Tapi kalau nggak ada penyakit kronis dan tiba-tiba sakit, mungkin ….”“Nggak mungkin serangan jantung! Dia masih muda,” ujar Fred menyela sebelum Rainie selesai menjelaskan.“Masih muda juga bisa saja tiba-tiba kena serangan jantung. Cewek dan cowok juga beda, terus ada juga faktor kesehatan fisik dan lain-lain ….”“Nggak ada hubungannya sama itu semua. Dia bukan cowok, umurnya juga nggak tua, nggak ada penyakit kronis atau patogen lainnya. Selama ini dia juga sehat-sehat saja,” kata Fred. Hampir saja dia bilang kalau orang itu adalah Yuna. “Apa ada kemungkinan dia ini cuma pura-pura mati untuk mengelabui aku? Apa ada
Rainie terlihat bicara apa adanya, dan mengejutkannya Fred pun tidak marah. Dia hanya mengangguk sebagai tanggapan dan meminta Rainie untuk keluar bersamanya.“Soal obat menghilang itu nggak perlu terburu-buru. Aku tahu itu pasti butuh waktu yang lumayan lama, aku cuma mau kamu kerja yang serius saja,” katanya seraya menaruh satu tangannya di atas bahu Rainie. Lalu seraya menekan tangannya, dia berkata dengan suara lirih, “Sekarang aku punya satu tugas penting untuk kamu. Kalau kamu bisa menyelesaikan tugas ini, aku bisa kasih kamu kebebasan untuk melakukan eksperimen apa pun yang kamu mau di lab ini!”“Maksud Pak Fred … hipnotis?”“Betul. Yang ini lebih penting, aku mau selesai secepat mungkin! Kalau malam ini apa bisa selesai?”“.…”Rainie tidak bisa memberi kepastian. Untuk menghipnotis Shane saja, Rainie harus mengerahkan usaha yang tidak sedikit. Dan hipnotisnya terhadap Shane bisa berhasil karena Rainie tahu kepribadian Shane seperti apa. Namun untuk melakukan hipnotis kepada ora
Fred sungguh tidak percaya. Dia membuka matanya lebar-lebar, berpikir apa jangan-jangan otaknya yang justru bermasalah. Dia sudah menyusun rencananya dengan baik agar Ross pergi dari tempat ini. Setidaknya itu akan memberikan waktu baginya untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada di sini. Namun hasil akhirnya malah Fred sendiri yang disuruh pergi, dan justru apa yang Ross katakan dirasa lebih masuk akal. “Pangeran Ross, itu juga sudah saya pertimbangkan sebenarnya. Tapi ….”“Oh, ternyata kamu sendiri memang mau pergi, ya! Sudah kuduga kamu memang yang paling setia. Sepertinya rumor-rumor yang ada di luar sana nggak benar. Kebetulan, ini bisa jadi kesempatan yang bagus untuk membuktikan kesetiaan amu. Fred, kalau memang kamu sendiri mau pergi, ya pergilah! Di sini biar aku yang urus, kamu nggak perlu khawatir! Nanti aku juga kirim dua orang pengawal untuk kamu. Kujamin kamu pasti baik-baik saja. Aku mewakili mamaku dan segenap rakyat Yuraria mengucapkan terima kasih banyak untukmu!”“.…”
“Oh, sudah pasti nggak akan ada yang menyalahkan aku, karena aku tahu siapa orang yang lebih pas daripada aku!”“Siapa itu?” tanya Fred. Melihat senyuman yang mencurigakan dari Ross membuat Fred merasa tidak nyaman, dia lantas melanjutkan, “Tapi siapa pun itu, nggak ada yang lebih pas dari Pangeran! Karena Pangeran ….”Namun sayang sekali, sebelum Fred selesai berbicara, atau lebih tepatnya Ross emmang tidak memberikan kesempatan bagi Fred untuk berbicara, dia disela.“Fred!”“Eh …? Ada apa, Pangeran?”“Kamu orangnya!” kata Ross tersenyum seraya perlahan mendekatinya. “Kamu orang yang paling dipercaya sama mamaku, jadi cuma ucapanmu yang bisa membujuknya. Kamu juga yang paling mengerti dia, jadi kurasa nggak ada orang lain yang paling cocok selain kamu! Nggak ada yang berharap jadi seperti ini, dan aku yakin kamu pasti sangat mengkhawatirkan dia. Bukankah begitu, Fred?”Seketika itu Fred langsung tak bisa berkata-kata dan syok ketika ditanya balik oleh Ross. Sebenarnya Ross hanya mengg
“Kalau begitu coba kamu kasih tahu gimana caranya aku bisa cari mamaku?”“Seperti yang saya bilang tadi, lebih baik kita cari beberapa orang saja yang memang bisa dipercaya untuk melakukan pencarian secara diam-diam. Sebaiknya orang yang punya hubungan dekat yang bisa membujuk beliau. Kalau nggak, meskipun ketemu, belum tentu Yang Mulia mau pulang.”Ross mengangguk sembari mendengarkan Fred. “Oke, kita ikuti apa saranmu. Tapi kayaknya orang yang cocok dengan kriteria tadi cuma aku saja, ya?”“Pangeran? Benar juga! Memang cuma Pangeran Ross yang paling cocok untuk itu. Tapi Pangeran bilang di sini cuma beberapa hari saja. Sekarang waktunya sudah nggak banyak. Kalau kita umumkan Pangeran sudah pulang ke Yuraria, mereka pasti nggak akan tahu. Dengan begitu Pangeran bisa mencari Yang Mulia secara diam-diam dengan lebih leluasa. Dan andaikan Yang Mulia sudah ketemu, pastinya cuma Pangeran yang bisa membujuk. Kalau nggak bisa juga, mau nggak mau Pangeran membawa Yang Mulia pulang dengan paks
“Saya tahu Pangeran pasti marah besar sama saya, tapi sekarang yang paling penting adalah keselamatan Yang Mulia. Kita harus mencari tahu keberadaan beliau secepatnya. Apabila Yang Mulia sudah kembali dengan selamat, saya rela dihukum seperti apa pun. Saya mengakui ini kelalaian saya.”“Oke, coba kasih tahu aku gimana caranya kita cari mamaku?” tanya Ross dengan tenang dan tatapan dingin.“Menurut saya cara terbaik adalah dengan melakukan pencarian menyeluruh di sekitar kota ini.”“Jadi kamu mau aku meminta bantuan dari pemerintah setempat?”“Tentu saja nggak! Masalah ini nggak boleh sampai diketahui sama pihak pemerintah sini. Justru makin sedikit orang yang tahu, makin bagus.”“Fred, kamu anggap tempat ini apa? Apa kamu pikir ini negara kita sendiri? Kamu pikir negara ini akan membiarkan kamu melakukan apa pun yang kamu mau?” tanya Ross sembari memukul meja dengan keras.Fred terkejut, tetapi dia tetap memberanikan diri melanjutkan, “Pangeran Ross, saya tahu ini agak memaksa, tapi co