Pembawa acara yang tadi sudah ketar-ketir akhirnya menghela napas lega. Semua tamu yang ada di sana juga ikut tertawa.“Bu Yuna suka bercanda saja! Memang benar, mereka selalu menjadi sosok yang dijadikan panutan bagi juniornya, tetapi nggak semua orang bisa memahami setiap ilmunya dengan tepat. Menurut Bu Yuna, diri Ibu sendiri bisa memahaminya seberapa banyak?”Ada nada penuh tantangan di balik pertanyaan tersebut. Sebenarnya juga tidak bisa dikatakan sedang menantang Yuna, tujuan sang pembawa acara hanya untuk kepentingan acara dan membuat suasana jauh lebih seru.Karena adanya kejadian di awal tadi, para tamu mulai tampak antusias menunggu jawaban Yuna. Pertanyaan tersebut terdengar sederhana, tetapi kalau jawabannya terlalu berlebihan maka akan terasa sangat sombong.Namun kalau jawabannya nanti terkesan bertele-tele dan takut-takut, maka orang-orang akan merasa dia tidak memiliki kemampuan sehingga merasa tidak percaya diri.Yuna hanya tersenyum sambil menatap sang pembawa acara
“Dengan ibu siapa ini?” tanya sang pembawa acara dengan ramah. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Valerie.“Ibu?” panggil pembawa acara itu sekali lagi ketika melihat binar linglung di mata Valerie. Sahutan kedua membuat kesadaran Valerie kembali dan menatap sang pembawa acara sambil bergumam, “Aku ….”Satu kata pertama terucap dan Valerie baru menyadari bahwa suaranya menjadi serak. Dengan cepat perempuan itu berdeham dan menggenggam mikrofon dengan isi kepala yang mendadak kosong.Valerie sendiri tidak hanya satu kali ini saja berdiri di atas pentas dan di bawah lampu sorot. Dia kerap berada di atas pentas ketika menerima piagam dan juga berbagai pujian serta tepuk tangan dari orang-orang. Akan tetapi kali ini dia merasa gusar dan panik. Tangan dan kakinya dingin, tubuhnya juga tampak sedikit bergetar hebat.Bagaimana jika dia melakukan kesalahan saat mencoba parfum nanti? Bukankah hal itu akan menjadi sangat memalukan sekali? Dia tidak ingin merasakan hal itu!“Kemungkinan Ibu
Sudah sampai pada titik ini, dia akan sulit sekali untuk mundur. Tatapan para tamu membuat Valerie mau tidak mau harus menghadapi situasi ini. Dia mencoba menyemangati dirinya sendiri dalam hati bahwa ini hanya percobaan parfum saja.Dia hanya perlu berbicara beberapa kalimat dan menganalisis beberapa komponen dari bahan parfum tersebut. Tidak akan ada masalah besar yang terjadi kalau dia salah menebak.Meski begitu, rasa gugupnya juga tetap tidak bisa dikendalikan. Untuk mengambil selembar kertas dan pulpen saja tangannya sudah bergetar luar biasa hebat. Dia mencoba menghirup aroma tersebut dan mulai berusaha keras berpikir. Valerie akan menyampaikan komponen bahan utama dari parfum dan memperkirakan persentasenya.“Bu Valerie?”Panggilan sang pembawa acara kali ini disahuti dengan cepat oleh perempuan itu. “Saya pribadi lebih suka dengan parfum tipe ini. Biasanya saya lebih suka aroma elegan dan lembut, parfum ini bisa membuatku merasa tenang.”“Saya nggak tahu kalau pencipta aroma i
Dia mengangkat tangan perempuan itu dan mengecup telapak tangan Valerie dengan lembut.Sedetik kemudian ruangan acara dipenuhi oleh riuh tepuk tangan. Sedangkan Valerie yang ada di atas panggung justru menarik tangannya.Yang dilihat oleh orang-orang adalah Lawson mengecup punggung tangan Valerie. Akan tetapi hanya Valerie sendiri yang bisa merasakan kalau lelaki itu sempat menjulurkan lidahnya dan menjilat kulitnya.Gerakan Valerie sangat cepat ketika menarik telapak tangannya hingga membuat semua orang belum sempat menyadari apa yang sedang terjadi.Lidah lelaki itu bagaikan lidah milik kucing yang dipenuhi duri hingga bisa membuat hatinya ketar-ketir berantakan. Wajah Valerie terlihat memerah, tetapi dia tidak bisa berkata apa pun di hadapan begitu banyak orang. Dia hanya bisa menunduk dan tersenyum tipis seakan-akan Valerie tengah merasa malu karena baru saja dipuji.Hanya Yuna yang menyipitkan mata dan menatap Valerie dengan sorot curiga. Karena jaraknya cukup jauh, dia tidak bisa
Hari ini merupakan hari yang sangat menegangkan bagi Valerie. Dia nyaris jatuh ke dalam jurang tak berdasar yang begitu dalam. Akan tetapi di saat-saat paling genting, justru sosok Lawson yang menariknya.Perasaannya sangat berantakan ketika dalam perjalan pulang ke hotel. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan olehnya dengan kata-kata. Lawson menggenggam tangannya sepanjang perjalanan dan Valerie juga tidak menolaknya.Keadaan di dalam mobil sangat sunyi tanpa ada suara lain selain suara mobil. Udara di sekitar mereka seperti membuat Valerie tidak tenang. Perasaannya gusar dan panik hingga membuat kaki tangannya berubah dingin.Setibanya di hotel, Valerie turun dan digandeng masuk ke dalam lift oleh Lawson. Saat pintu lift tertutup, lelaki itu memutar tubuhnya dan menjepit tubuh Valerie di antara dinding lift.“Pak Lawson!” seru Valerie terkejut.“Valerie, hari ini aku sudah membantumu. Sepertinya kamu harus mengucapkan terima kasih padaku, bukan?” kata Lawson dengan sebelah tangan ya
Yuna bertanya tanpa suara, tetapi Edith tidak menjawabnya sama sekali. Dia terlihat fokus mendengarkan ucapan orang di seberang telepon sambil menganggukkan kepala tanda mengerti. “Baik, aku tahu. Iya, aku mengerti. Aku akan pergi sekarang juga, tenang saja.”Hingga sambungan telepon telah terputus, Yuna baru bertanya, “Kenapa? Mau ke sana?”“Iya, kantor ada membeli bahan dan minta aku untuk memeriksanya sebentar,” jawab Edith sambil mengangguk.“Kalau gitu aku temani kamu ke sana,” sahut Yuna.Tetapi perempuan itu justru menggelengkan kepalanya dan berkata, “Nggak perlu, katanya harus aku sendiri yang pergi dan nggak boleh membawamu.”Khawatir Yuna akan salah paham, Edith buru-buru lagi menambahkan, “Ini bukan masalah nggak percaya denganmu. Hanya saja terkadang masalahnya bukan muncul dari pihak perusahaan, tetapi dari klien yang terkadang ada saja permintaan yang aneh-aneh.”“Tapi nggak apa-apa, ada mobil kantor yang antar aku ke sana, ada sopir juga. Aku ke sana buat melihat-lihat
Rasanya begitu membahagiakan berada di pelukan Brandon. Yuna mendongak dan bertanya, “Kapan kamu sampainya?"Lelaki itu mendaratkan kecupan lembut di kening Yuna dan menjawab, “Coba tebak!”Yuna mendelik pada lelaki itu yang mencoba bermain tebak-tebakan dengannya. Setelah itu dia terlihat berpikir sebentar dan berkata, "Di hari aku berangkat, kamu juga ikut berangkat? Hanya saja waktunya berbeda. Mungkin kamu ambil penerbangan lebih sore?”Brandon tertawa mendengar tebakan perempuan itu. Dia memegang wajah Yuna dengan kedua tangannya dan mendaratkan kecupan dalam sambil berkata, “Pintar sekali!”“Karena waktu itu aku mencoba menghubungimu, tapi ponsel kamu mati. Walaupun sedang rapat, kamu nggak pernah mematikan ponselmu. Sepertinya waktu itu kamu lagi ada di pesawat?” tanya Yuna.Dia tidak menyangka kalau lelaki itu akan menyusulnya ke sini. Oleh karena itu, saat dia menghubungi Brandon, Yuna tidak terpikir bahwa lelaki itu akan datang.“Gimana cara aku memberikan hadiah buat kamu ya
“Memangnya cemburu harus lihat gender?!” balas Brandon.Tidak akan pernah bisa menang melawan seorang lelaki yang sedang cemburu buta.“Ok, aku merasa bangga bisa membuat Pak Brandon cemburu. Tapi ….” Yuna menghentikan ucapannya dan memegang wajah lelaki itu dengan kedua tangannya. Dia melanjutkan ucapannya sambil menatap lelaki itu, “Kita juga harus memikirkan orang lain. Aku telepon dia dan tanya keadaan dia untuk memastikan dia aman. Setidaknya kamu masih bisa di sini beberapa waktu.”Dengan cepat Yuna mendaratkan kecupan singkat di bibir Brandon. Setelah itu dia langsung menghubungi Edith. Brandon hanya diam saja diperlakukan seperti itu. Cara Yuna memperlakukannya membuat Brandon sulit untuk menolak.“Kak Edith, kamu sudah ada di mana? Gimana keadaan di sana?” tanya Yuna. Sebenarnya dia juga tidak tahu apakah klien yang ada di tempat tersebut merupakan klien mereka sungguhan. Akan tetapi, dia tetap harus memastikan keamanan temannya itu.“Kira-kira butuh waktu berapa lama lagi? Se