Steve langsung berjalan ke lantai dua. Dia tidak tahu di mana keberadaan kamar utama. Hanya saja, pintu kamar ruangan lain dalam keadaan terbuka, cuma ada satu ruangan yang pintunya ditutup dengan rapat. Setelah dipikir-pikir, Steve merasa pasti ada sesuatu di dalam ruangan itu.Tanpa berpikir panjang, Steve langsung berjalan masuk ke kamar itu. Ketika tangannya hampir menyentuh gagang pintu, langkah Steve pun terhenti.Jika ruangan ini adalah kamar utama, jika kitab rahasia disimpan di dalam sana, ruangan ini pasti dipasang banyak perangkap.Brandon adalah orang yang sangat waswas. Entah ada berapa banyak perangkap dipasang di dalam dan di luar rumah. Jadi, tidak mungkin tidak ada perangkap di tempat penyimpanan barang berharga.Steve kembali mengulurkan tangannya untuk membuka gagang pintu. Dia sungguh terkejut ketika menyadari pintu dalam keadaan tidak dikunci. Semua ini terasa sangat mencurigakan.Setelah dipikir-pikir, Steve tidak mungkin pulang dengan tangan kosong. Dia mengeluar
Dengan berpikir seperti ini, Steve memutuskan untuk langsung mencobanya. Dia pun memutar kata sandi yang diingatnya waktu itu.Steve memutar beberapa kali ke kiri dan beberapa kali ke kanan dengan penuh hati-hati. Dia sungguh takut akan menyentuh perangkap lainnya. Hingga terdengar suara “krak”, Steve pun langsung tersenyum. Akhirnya pintu brankas berhasil dibuka!Baru saja Steve hendak membuka pintu brankas, tiba-tiba tangannya malah terhenti. Dia langsung memiringkan tubuhnya, lalu mengambil tongkatnya untuk mengadang tembakan dari sebelah kiri dan kanan ….Terdengar suara “swoosh”, lalu tampak dua anak panah tajam memelesat di depan brankas. Melihat anak panah itu, kening Steve pun langsung berkeringat dingin.Nyaris!Ternyata memang ada perangkap di depan brankas ini. Ini barulah gaya Brandon! Steve membukanya, lalu tampak sebuah buku di dalamnya. Dia pun merasa sangat gembira saat ini.Ini! Ini kitabnya!Buku yang diletakkan di dalam kamar, dikunci di dalam brankas, dan dipasang b
Pengurus rumah segera mengangguk, lalu membalas, “Benar, benar apa kata Tuan Steve! Kami memang bersalah atas kehilangan barang Nyonya Amara. Apa barangnya … sudah ditemukan?”Setelah terdiam sejenak, pengurus rumah menyadari cincin di tangan Steve. Dia pun menghela napas lega.Steve mengangguk. “Emm, sudah ditemukan! Aku akan antar cincin ini kepada mamaku. Kalian bereskan lagi, siapa tahu kalian bisa menemukan barang hilang lainnya.”“Iya, benar apa kata Tuan Steve! Kami akan merenungkan kesalahan kami. Kami pasti akan memeriksa dengan teliti.” Pengurus rumah bersikap sangat sungkan. Sikapnya membuat Steve merasa lebih nyaman. Apalagi sekarang barang sudah di tangan Steve. Dia merasa girang ingin segera meninggalkan rumah. “Sudah, aku pergi dulu. Kamu … renungkan kesalahanmu!”Pengurus rumah membungkukkan badannya, mengantar kepergian Steve dengan tersenyum. Saat dia menegakkan tubuhnya, tidak tampak lagi senyuman di wajahnya.Di dalam mal, Amara menarik Yuna untuk memasuki toko bar
“Siapa lagi kalau bukan om kamu yang bodoh itu!” Amara kelihatannya sangat marah. “Cari cincin saja selama itu. Tapi untungnya, cincin sudah ditemukan …. Katanya, jatuh di dalam celah sofa. Aku tidak merasa aku menjatuhkannya, haish!”“Baguslah kalau sudah ditemukan. Sekarang waktunya juga pas. Setelah dia datang, Nenek bisa langsung pergi nonton,” ucap Brandon sambil melihat jam tangannya.Amara mengangguk. “Untung saja ada kalian yang menemani Nenek. Kalau tidak, Nenek pasti akan panik sendiri.”Tak lama kemudian, Steve sudah menampakkan batang hidungnya. Dia tahu mereka sedang berada di kafe. Jadi, dia pun segera menyusul. Begitu pintu didorong, Steve langsung berjalan ke arah mereka. “Ma, sudah ketemu.”Sambil berbicara, Steve mengeluarkan sebuah cincin, lalu menyerahkannya kepada Amara. “Ma, ini, ‘kan?”“Iya, iya, cincin ini tidak pernah terlepas dari tanganku. Aku malah menghilangkannya. Aku memang semakin ceroboh saja!” Amara segera mengambil cincin, lalu memasangnya ke jarinya.
Di vila Monica.Baru saja Monica pulang, dia pun kedengaran ada suara dari dapur. Saat Monica berjalan ke dapur, dia pun menyadari ternyata Hanny sedang berada di dalam sana. Raut wajah Monica langsung berubah muram. “Kenapa kamu berada di dalam sana?”Suara itu mengejutkan Hanny. Tangan yang sedang memegang tutup panci tampak gemetar. Uap panas dari dalam panci mengepul keluar mengenai tangan Hanny. Dia pun merasa kepanasan dan refleks berteriak.“Ceroboh sekali!” Monica berkata dengan sangat tidak senang, “Keluarlah!”“Maaf.” Belakangan ini sepertinya Hanny selalu minta maaf dan selalu membuat kerepotan saja. Tak lama kemudian, Hanny dengan patuhnya keluar dari dapur sambil menyuguhkan semangkuk sup.Sup itu tampak masih beruap. Hanya saja, aromanya cukup wangi.“Apa itu?” tanya Monica dengan mengernyitkan keningnya.“Aku … aku masak sup buat Kakak,” balas Hanny dengan suara kecil. Dia tidak berani bertatapan dengan kakaknya. Dia memasak sup juga demi menebus kesalahannya.“Siapa sur
“Sup apaan itu? Aku nggak mau!” tolak Monica sambil menatap semangkuk sup di hadapannya. Sup itu kelihatannya sangat keruh, seperti sup herbal saja. Hanya saja, aromanya cukup wangi, meningkatkan selera makannya. Monica pun bertanya, “Sup apa?”Mendengar pertanyaan Monica, Hanny langsung merasa sangat gembira. Dia segera membalas, “Sup ayam herbal. Sup ini berkhasiat sebagai penambah darah. Kakak sedang mengalami cedera, perlu menutrisi tubuh.”“Penambah darah?” Monica melirik Hanny sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengecek keaslian ucapannya. Ternyata Hanny tidak sedang berbohong. “Kenapa kamu tahu sup ayam herbal bisa berkhasiat sebagai penambah darah?”“Sebelumnya aku melihatnya ketika menonton sinetron,” balas Hanny dengan segera, “Aku lihat di dapur ada bahannya, jadi aku masakin buat Kakak. Saat ini, nggak ada orang di dapur. Kakak tenang saja, nggak ada yang melihatku.”Mengenai hal ini, Monica tentu tidak mencemaskannya. Selain beberapa pembantu pribadi yang berasal d
Setelah Monica kembali ke kamarnya, Hanny baru menegakkan tubuhnya. Dia mengambil mangkuk kosong ke dalam dapur, membuka kran air, lalu mencuci mangkuknya.Hanny mencuci dengan sangat bersih dan lambat. Setelah itu, dia meletakkan mangkuk ke dalam rak. Hanny mengamati ruangan dapur dengan saksama. Setelah menyadari tidak meninggalkan jejak, Hanny kembali ke kamar kecilnya.Ruangan bawah tanah sangatlah gelap, tetapi Hanny sudah terbiasa dengan lingkungan seperti ini. Dia duduk di sudut ruangan. Cahaya matahari memancar sedikit di bagian ujung kakinya. Dia hanya perlu mengulurkan kakinya sedikit dan dia pun bisa merasakan sentuhan hangat itu. Kedua tangan Hanny memeluk kedua lutut sambil menggenggam erat cincin yang sudah berubah wujud itu. Akhirnya cincin itu bisa dimiliki oleh Hanny, sayangnya cincin sudah berubah wujud.Tidak ada satu pun barang milik Hanny di dunia ini. Tak peduli itu orang, barang, ataupun yang lain, Hanny tidak seharusnya memiliki harapan dan tidak seharusnya ber
“Oke.” Monica menyetujuinya dengan sangat cepat. “Sampai jumpa nanti malam!”Setelah Monica mengakhiri panggilannya, Steve pun merasa sedikit ragu.Sesuai logika, Monica seharusnya bersikap sangat gembira. Dia memang telah menyetujui permintaan Steve, tetapi dia malah menyetujuinya dengan begitu cepat. Reaksinya … emm, sungguh di luar dugaan Steve.Entah kenapa Steve merasa Monica yang hari ini sangatlah penurut. Namun setelah dipikir-pikir, Monica memang adalah wanita yang susah untuk ditebak. Jadi, tidaklah aneh jika dia bersikap seperti ini.Dengan berpikir seperti ini, Steve pun menyingkirkan keraguan di hatinya. Dia berjalan ke kamar mandi dengan bersiul. Dia ingin mandi, bercukur, bersiap-siap untuk negosiasi nanti malam. Steve sudah tidak sabar untuk menyambut kehidupan barunya!…Jam enam malam.Steve berangkat menuju hotel tempat janjiannya dengan Monica. Saat dia hendak keluar rumah, kebetulan Clara memasuki rumah. Sosok girang Steve spontan membangkitkan rasa penasaran di ha
Dengan kata lain, CCTV pun tidak menangkap adegan di mana Rainie melarikan diri. Dalam situasi seperti ini hanya ada dua kemungkinan. Pertama, ada pengkhianat yang bersekongkol dengan Rainie, yang tidak hanya membuat Rainie menghindari pengawasan CCTV tapi juga menghindari pantauan semua orang. Kedua … dia benar-benar bisa menghilang!Apa pun kemungkinannya, tidak ada yang berani menyimpulkan sebelum mereka mendapatkan hasil pemeriksaan yang jelas. Edgar tidak mungkin bisa mendapatkan hasilnya hanya dalam waktu satu hari. Karena itu mereka pun bubar setelah menemui jalan buntu. Hasil tes DNA kedua anak itu juga kebetulan sudah keluar. Ketika melihat hasil tesnya, dalam sekejap Brandon langsung ingin meneteskan air mata. Kedua anak itu benar adalah anak kandungnya. Kedua anak kembar yang belum pernah dia temui semenjak mereka dilahirkan di dunia ini akhirnya sudah berada di sisinya kini. Namun demikian, Brandon masih diterpa oleh perasaan yang rumit. Anaknya sudah kembali, tetapi Yuna m
“Siapa pun bisa, berarti aku juga bisa?” tanya Fred datar tetapi berisikan ancaman.Di saat itu Rainie sadar kalau dia sudah salah bicara. Lantas dia pun segera menundukkan kepalanya dan membungkuk seraya berkata, “Nggak, bukan itu maksudku! R20 sepenuhnya akan kuserahkan padamu. Terserah kamu mau pakai ke siapa. Aku … aku mana berani pakai R20 ke kamu ….”“Nggak apa-apa, aku cuma asal ngomong saja. Kalaupun kamu mau pakai R20 itu ke aku, apa kamu bisa? Sebenarnya kamu lumayan juga. Aku rasa kamu bisa berguna untukku. Untuk sekarang kamu tinggal di sini dulu saja. Nanti aku minta anak buahku untuk siapkan kamar. Tapi demi keamanan kamu sendiri, jangan pergi ke mana-mana. Mengerti?”“Iya. Mulai hari ini aku akan mengikuti perintahmu!”Merasa puas dengan sikap yang Rainie tunjukkan padanya, Fred memanggil anak buahnya untuk membawa Rainie pergi ke kamarnya. Sesudah Rainie pergi dari kantornya, senyum sinis di wajahnya itu sirna. Dia membuka botol kecil itu untuk melihat apa isinya karena
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung