Dari tadi Steve membuka speaker ponselnya. Setelah selesai menelepon, dia sengaja menggoyangkan ponsel ke depan penjaga pintu. “Gimana?”Majikan sudah bersuara. Penjaga pintu tentu akan membiarkan Steve masuk.Steve mengendarai mobilnya dengan perlahan. Dia merasa sangat lega sekarang. Tempat tinggal Brandon sangatlah susah untuk dimasuki, terkecuali di saat Brandon sedang berada di rumah. Jika tidak, siapa pun tidak diizinkan untuk masuk. Namun sekarang, Steve bisa memasuki rumah dengan terang-terangan.Begitu masuk ke dalam rumah, tampak pembantu sedang sibuk untuk mencari cincin. Steve pun berkata, “Kalian pergi sana, biar aku cari sendiri saja!”“Tapi … Tuan sudah berpesan agar kami membantumu untuk mencari cincin.” Pembantu menunjukkan ekspresi serbasalah.“Nggak usah! Kalian juga nggak tahu gimana bentuk cincin itu. Brandon memang percaya sama kalian, tapi bukan berarti aku percaya. Cincin mamaku itu adalah barang berharga keluarga kami. Gimana kalau ada yang memendam niat jahat,
Steve langsung berjalan ke lantai dua. Dia tidak tahu di mana keberadaan kamar utama. Hanya saja, pintu kamar ruangan lain dalam keadaan terbuka, cuma ada satu ruangan yang pintunya ditutup dengan rapat. Setelah dipikir-pikir, Steve merasa pasti ada sesuatu di dalam ruangan itu.Tanpa berpikir panjang, Steve langsung berjalan masuk ke kamar itu. Ketika tangannya hampir menyentuh gagang pintu, langkah Steve pun terhenti.Jika ruangan ini adalah kamar utama, jika kitab rahasia disimpan di dalam sana, ruangan ini pasti dipasang banyak perangkap.Brandon adalah orang yang sangat waswas. Entah ada berapa banyak perangkap dipasang di dalam dan di luar rumah. Jadi, tidak mungkin tidak ada perangkap di tempat penyimpanan barang berharga.Steve kembali mengulurkan tangannya untuk membuka gagang pintu. Dia sungguh terkejut ketika menyadari pintu dalam keadaan tidak dikunci. Semua ini terasa sangat mencurigakan.Setelah dipikir-pikir, Steve tidak mungkin pulang dengan tangan kosong. Dia mengeluar
Dengan berpikir seperti ini, Steve memutuskan untuk langsung mencobanya. Dia pun memutar kata sandi yang diingatnya waktu itu.Steve memutar beberapa kali ke kiri dan beberapa kali ke kanan dengan penuh hati-hati. Dia sungguh takut akan menyentuh perangkap lainnya. Hingga terdengar suara “krak”, Steve pun langsung tersenyum. Akhirnya pintu brankas berhasil dibuka!Baru saja Steve hendak membuka pintu brankas, tiba-tiba tangannya malah terhenti. Dia langsung memiringkan tubuhnya, lalu mengambil tongkatnya untuk mengadang tembakan dari sebelah kiri dan kanan ….Terdengar suara “swoosh”, lalu tampak dua anak panah tajam memelesat di depan brankas. Melihat anak panah itu, kening Steve pun langsung berkeringat dingin.Nyaris!Ternyata memang ada perangkap di depan brankas ini. Ini barulah gaya Brandon! Steve membukanya, lalu tampak sebuah buku di dalamnya. Dia pun merasa sangat gembira saat ini.Ini! Ini kitabnya!Buku yang diletakkan di dalam kamar, dikunci di dalam brankas, dan dipasang b
Pengurus rumah segera mengangguk, lalu membalas, “Benar, benar apa kata Tuan Steve! Kami memang bersalah atas kehilangan barang Nyonya Amara. Apa barangnya … sudah ditemukan?”Setelah terdiam sejenak, pengurus rumah menyadari cincin di tangan Steve. Dia pun menghela napas lega.Steve mengangguk. “Emm, sudah ditemukan! Aku akan antar cincin ini kepada mamaku. Kalian bereskan lagi, siapa tahu kalian bisa menemukan barang hilang lainnya.”“Iya, benar apa kata Tuan Steve! Kami akan merenungkan kesalahan kami. Kami pasti akan memeriksa dengan teliti.” Pengurus rumah bersikap sangat sungkan. Sikapnya membuat Steve merasa lebih nyaman. Apalagi sekarang barang sudah di tangan Steve. Dia merasa girang ingin segera meninggalkan rumah. “Sudah, aku pergi dulu. Kamu … renungkan kesalahanmu!”Pengurus rumah membungkukkan badannya, mengantar kepergian Steve dengan tersenyum. Saat dia menegakkan tubuhnya, tidak tampak lagi senyuman di wajahnya.Di dalam mal, Amara menarik Yuna untuk memasuki toko bar
“Siapa lagi kalau bukan om kamu yang bodoh itu!” Amara kelihatannya sangat marah. “Cari cincin saja selama itu. Tapi untungnya, cincin sudah ditemukan …. Katanya, jatuh di dalam celah sofa. Aku tidak merasa aku menjatuhkannya, haish!”“Baguslah kalau sudah ditemukan. Sekarang waktunya juga pas. Setelah dia datang, Nenek bisa langsung pergi nonton,” ucap Brandon sambil melihat jam tangannya.Amara mengangguk. “Untung saja ada kalian yang menemani Nenek. Kalau tidak, Nenek pasti akan panik sendiri.”Tak lama kemudian, Steve sudah menampakkan batang hidungnya. Dia tahu mereka sedang berada di kafe. Jadi, dia pun segera menyusul. Begitu pintu didorong, Steve langsung berjalan ke arah mereka. “Ma, sudah ketemu.”Sambil berbicara, Steve mengeluarkan sebuah cincin, lalu menyerahkannya kepada Amara. “Ma, ini, ‘kan?”“Iya, iya, cincin ini tidak pernah terlepas dari tanganku. Aku malah menghilangkannya. Aku memang semakin ceroboh saja!” Amara segera mengambil cincin, lalu memasangnya ke jarinya.
Di vila Monica.Baru saja Monica pulang, dia pun kedengaran ada suara dari dapur. Saat Monica berjalan ke dapur, dia pun menyadari ternyata Hanny sedang berada di dalam sana. Raut wajah Monica langsung berubah muram. “Kenapa kamu berada di dalam sana?”Suara itu mengejutkan Hanny. Tangan yang sedang memegang tutup panci tampak gemetar. Uap panas dari dalam panci mengepul keluar mengenai tangan Hanny. Dia pun merasa kepanasan dan refleks berteriak.“Ceroboh sekali!” Monica berkata dengan sangat tidak senang, “Keluarlah!”“Maaf.” Belakangan ini sepertinya Hanny selalu minta maaf dan selalu membuat kerepotan saja. Tak lama kemudian, Hanny dengan patuhnya keluar dari dapur sambil menyuguhkan semangkuk sup.Sup itu tampak masih beruap. Hanya saja, aromanya cukup wangi.“Apa itu?” tanya Monica dengan mengernyitkan keningnya.“Aku … aku masak sup buat Kakak,” balas Hanny dengan suara kecil. Dia tidak berani bertatapan dengan kakaknya. Dia memasak sup juga demi menebus kesalahannya.“Siapa sur
“Sup apaan itu? Aku nggak mau!” tolak Monica sambil menatap semangkuk sup di hadapannya. Sup itu kelihatannya sangat keruh, seperti sup herbal saja. Hanya saja, aromanya cukup wangi, meningkatkan selera makannya. Monica pun bertanya, “Sup apa?”Mendengar pertanyaan Monica, Hanny langsung merasa sangat gembira. Dia segera membalas, “Sup ayam herbal. Sup ini berkhasiat sebagai penambah darah. Kakak sedang mengalami cedera, perlu menutrisi tubuh.”“Penambah darah?” Monica melirik Hanny sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengecek keaslian ucapannya. Ternyata Hanny tidak sedang berbohong. “Kenapa kamu tahu sup ayam herbal bisa berkhasiat sebagai penambah darah?”“Sebelumnya aku melihatnya ketika menonton sinetron,” balas Hanny dengan segera, “Aku lihat di dapur ada bahannya, jadi aku masakin buat Kakak. Saat ini, nggak ada orang di dapur. Kakak tenang saja, nggak ada yang melihatku.”Mengenai hal ini, Monica tentu tidak mencemaskannya. Selain beberapa pembantu pribadi yang berasal d
Setelah Monica kembali ke kamarnya, Hanny baru menegakkan tubuhnya. Dia mengambil mangkuk kosong ke dalam dapur, membuka kran air, lalu mencuci mangkuknya.Hanny mencuci dengan sangat bersih dan lambat. Setelah itu, dia meletakkan mangkuk ke dalam rak. Hanny mengamati ruangan dapur dengan saksama. Setelah menyadari tidak meninggalkan jejak, Hanny kembali ke kamar kecilnya.Ruangan bawah tanah sangatlah gelap, tetapi Hanny sudah terbiasa dengan lingkungan seperti ini. Dia duduk di sudut ruangan. Cahaya matahari memancar sedikit di bagian ujung kakinya. Dia hanya perlu mengulurkan kakinya sedikit dan dia pun bisa merasakan sentuhan hangat itu. Kedua tangan Hanny memeluk kedua lutut sambil menggenggam erat cincin yang sudah berubah wujud itu. Akhirnya cincin itu bisa dimiliki oleh Hanny, sayangnya cincin sudah berubah wujud.Tidak ada satu pun barang milik Hanny di dunia ini. Tak peduli itu orang, barang, ataupun yang lain, Hanny tidak seharusnya memiliki harapan dan tidak seharusnya ber
Karena semuanya terjadi begitu mendada, tidak ada orang yang tahu apa yang terjadi sebenarnya. Setelah Fred mengatur semuanya sesuai dengan rencananya, dia pergi ke kamar di mana sang Ratu berada. Dia mengutus orang kepercayaannya untuk berjaga, menjamin supaya kondisi kesehatan Ratu tetap prima. Namun dua hari terakhir tiba-tiba kondisinya memburuk.Awalnya Fred bahkan curiga sang Ratu bersekongkol dengan Yuna karena mereka berdua sama-sama jatuh sakit. Namun setelah dipikirkan lagi, mereka tidak punya alasan yang cukup meyakinkan untuk itu. Terlebih lagi mereka berdua juga sudah tidak berada di tempat yang sama. Tidak mungkin mereka bisa berkomunikasi dalam bentuk apa pun.Begitu masuk, Fred melihat Ratu yang terbaring lemas di atas ranjang. Dia menghampiri sang Ratu, membungkukkan badannya dan berkata dengan santun. “Yang Mulia? Yang Mulia?”Kelopak mata Ratu terlihat ada sedikit pergerakan, tetapi dia tidak membuka matanya entah karena memang tidak kuat, atau karena dia tidak ingin
Rainie duduk di pojokan seorang diri, berpikir mengapa Fred melakukan ini, dan mengapa dia mengumumkannya secara mendadak. Fred sendiri tahu ini terlalu mendadak, tetapi mau bagaimana lagi. Tubuh sang Ratu terus melemah dan sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Sejak awal Fred sudah tahu kalau kondisi kesehatan sang Ratu kurang baik, makanya dia mau menyelesaikan eksperimennya secepat mungkin, dan mencari tubuh pengganti yang sehat secara fisik. Tetapi dia malah menemui masalah yang berkepanjangan sampai detik ini. Sementara itu kesehatan sang Ratu terus memburuk. Meski sudah diobati oleh sekelompok dokter terpercaya pun, yang namanya penuaan memang tidak bisa dicegah. Organ-organ tubuhnya kian melemah. Proses penuaan yang dialami oleh sang Ratu membuat Fred ketakutan. Sekarang dia masih cukup sehat, tetapi sebentar lagi dia juga akan memasuki usia tua dan tubuhnya juga pasti perlahan akan ikut melemah.Semua orang sama di hadapan hidup dan mati. Tidak ada seorang pun yang bisa me
Saat Rainie bilang begitu, ekspresi yang terlihat di wajah Fred langsung berubah menjadi serius.“Ikut aku!” katanya.Rainie terus berjalan mengikuti Fred, mereka masih berada di lantai yang sama, tetapi mereka masuk ke sebuah ruangan lain. Selagi Rainie menutup kembali pintu ruangan itu, Fred duduk dan bertanya padanya, “Obat yang tadi kamu bilang itu maksudnya obat yang bisa bikin badan jadi nggak kelihatan?”“Iya! Tadi aku baru dapat kabar, kemungkinan dalam dua hari ini aku bisa dapat resepnya. Bukanya aku nggak mau kerja di lab, tapi aku takut kelewatan informasi penting.”“HP-mu ada di sini,” kata Fred. “Kalau ada apa-apa, aku bakal kasih tahu kamu segera.”“Tapi …,” Rainie berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada bicara yang pelan, “Cuma aku yang bisa mengendalikan pikirannya. Dia cuma mendengar perintahku. Aku takut kalau bukan aku, nanti bakal berpengaruh ke hipnotisnya. Bisa saja dia jadi sadar dan aku gagal dapat resepnya.”“Rainie, kamu sudah berani mengancamku, ya?”Se
“….”Berbagai macam protes dapat mereka dengar di sana. Rianie juga mengernyit tidak menyangka dia akan dipanggil secara tiba-tiba begini. Namun, Fred mengangkat kedua tangannya meminta mereka semua untuk tetap tenang, lalu dia berbicara, “Karena eksperimen ini sangat rumit dan mudah terjadi kesalahan, jadi mulai sekarang kalian semua harus bersiap-siap yang baik. Alasan lainnya … aku pernah bilang aku paling nggak suka dikhianati, dan orang yang bermulut ember. Jadi untuk menjamin keberhasilan eksperimen ini, tolong kerja sama dari kalian semua. Tapi jangan khawatir, soal kebutuhan dasar seperti makan dan minum pasti sudah kusiapkan. Tapi dengan syarat, semua perangkat komunikasi akan kusita sebentar!”Begitu Fred selesai berbicara, langsung ada orang yang maju dan menyerahkan semua barang bawaannya. Ponsel Rainie juga tentunya disita. Sebenarnya, sebelum ini pun, semua yang masuk ke lab tidak diperkenankan untuk membawa perangkat komunikasi apa pun, jadi kebanyakan yang disita kali i
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam