Home / Romansa / Istri Keempat / 06. Berbeda

Share

06. Berbeda

Author: Asia July
last update Last Updated: 2021-03-16 18:34:25

Saat Airin pulang ke rumah, dia dikejutkan dengan adanya sebuah mobil yang tampak familiar terparkir di depan rumahnya.

Jangan-jangan...! batin Airin dengan tubuh mematung sesaat. Membayangkan si juragan beristri tiga itu tengah duduk di sofa ruang tamunya yang sederhana. Badan Airin sekarang dipenuhi keringat dan debu, jadi dia buru-buru berjalan mengendap ke bagian belakang rumah untuk mencuci kaki serta tangannya pada air yang mengucur dari kendi.

Dari arah pintu belakang, Yuniarti berjalan tergopoh-gopoh mendekati putri sulungnya itu. "Ririn! Ririn!" panggilnya.

Airin menoleh. Kalau sang ibu sudah bersikap seperti itu, pasti dugaan Airin tadi benar.

"Ada apa, Bu?" sahut Airin kemudian.

Ketenangan gadis itu tampak sangat kontras dengan kegelisahan yang tercetak dengan jelas di wajah ibunya.

"Ayo cepat! Tuan Sakha sudah nunggu kamu dari tadi. Sudah Ibu bilang hari ini ndak usah ke ladang! Kamu malah bandel. Mana baru sembuh lagi. Duhhh! Ayo-ayo!"

Pemandangan seperti ini bukan lagi hal aneh Airin lihat semenjak dia mengatakan setuju untuk menikah dengan Tuan Sakha. Ibunya seolah selalu panik dan gelisah setiap hari.

Airin sebenarnya tidak suka melihat itu. Kenapa Ibu malah seperti ini? Bukankah seharusnya dia merasa tenang sekarang? Karena sebentar lagi semua masalah hutang keluarga mereka akan terlunasi dan hidup mereka juga akan terjamin.

Tapi, seberapa pun Airin mencoba untuk menenangkan ibunya, semua usaha dan ucapannya tidak pernah mempan. Bahkan Airin rela bangun pagi-pagi dan tidur lebih malam dari biasanya untuk menggunakan berbagai macam jenis perawatan kulit terlebih dahulu, hanya untuk membuat ibunya tenang.

"Apa Mawar sama Melati ada di rumah?" tanya Airin ketika Yuniarti menghelanya masuk ke dapur dan membantu Airin melepas semua perlengkapan berladangnya.

"Mawar lagi di rumah Bibi, mengambil jamu yang Ibu pesan. Melati belum pulang sekolah, katanya hari ini juga ada les," jawab Yuniarti.

Airin mengangguk mengerti. Mereka berdua kemudian masuk ke kamar Airin. Beruntung ruang tamu dan pintu kamar Airin disekat oleh kelambu, jadi ketika Airin masuk, tamu yang duduk di sofa tidak akan melihatnya kecuali hanya sekelebatan bayangan dari kelambu yang tipis.

Airin pasrah saja saat ibunya mendorong tubuhnya masuk ke kamar mandi.

Setelah memastikan tubuhnya bersih kembali dari keringat dan debu, Airin ke luar. Samar dia mendengar suara deru mobil menjauh. Apa Tuan Sakha sudah pergi? batin Airin. Bagus kalau begitu. Airin tidak perlu repot-repot menemuinya. Lagian, untuk apa dia mati-matian menghindari lelaki itu di ladang hari ini hanya untuk bertemu dengannya di rumah? Rasanya usaha Airin di ladang tadi begitu sia-sia.

Dan jangan bilang Tuan Sakha datang ke rumahnya membawa serta ketiga istrinya.

Kedua netra bulat Airin melebar. Dia lantas segera menaiki ranjang dan melongok dari jendela ke luar untuk memastikan dugaannya. Sayang sekali mobil itu sudah tidak lagi ada di tempat Airin melihatnya tadi.

***

Sakha duduk di dalam sebuah ruangan yang dinding-dindingnya tampak kusam oleh cat yang memudar, sofa tua tempatnya duduk juga terasa tidak nyaman. Meja di hadapannya tampak rapuh dimakan usia, untungnya masih cukup mampu menopang tiga cangkir teh yang masih mengepulkan asap tipis di atasnya.

Dan juga, setidaknya... ruangan itu bersih dan juga harum. Sakha mencium aroma bunga mawar yang tersamarkan oleh aroma teh yang manis. Saat itulah Sakha kemudian melihat, ada sebuah vas bunga berisi bunga mawar segar diletakkan di atas meja nakas di sampingnya sofanya.

Jamal, yang sepertinya menyadari pandangan Sakha pun berkata, "Ah itu... apa bunganya ngenganggu Tuan? Saya bisa-"

"Tidak," potong Sakha cepat, karena tahu apa yang akan Jamal katakan selanjutnya. Dia pasti bakal bilang akan menyingkirkan vas bunga itu. Terlalu berlebihan, pikir Sakha. "Saya suka aromanya," kata Sakha lagi.

Jamal menghela napas lega. "Itu Ririn," katanya.

Mendengar nama itu, Sakha pun menoleh pada lelaki paruh baya itu.

"Itu Ririn yang taruh di sana. Dia suka mawar, makanya hampir sepenjuru rumah ini dipenuhi sama aroma mawar yang dia taruh di vas seperti itu," lanjut Jamal.

Setelah mendengar itu, Galih-asisten Sakha yang duduk di sampingnya-mencondongkan badan sedikit ke tuannya lalu berbisik, "Ririn itu anaknya yang kapan hari pingsan di ladang."

Pantesan saja saat itu Sakha mencium samar aroma yang familiar ini, walau samar karena tertutup oleh bau matahari dan keringat juga aroma jagung yang baru dipetik. Sakha mengangguk mengerti. "Di mana gadis itu sekarang?" tanyanya kemudian, merujuk pada calon istrinya, bukan spesifik pada Airin.

Tapi sepertinya Jamal salah mengartikan. "Sebentar lagi dia ke sini," jawabnya, sambil melirik gelisah ke arah kelambu yang menutupi pintu penghubung dengan ruang tamu.

Saat Sakha juga menoleh ke sana, samar dia melihat sekelebatan bayangan lewat dari sana dan masuk ke sebuah ruangan dengan langkah cepat sekali.

Galih menyentuh lengan Sakha pelan, lalu menyodorkan ponsel ke arahnya. "Ada telepon, Tuan," kata Galih.

Setelah mengangkat telepon itu dan berbicara dengan orang di seberang sana, Sakha menyadari bahwa dia tidak punya waktu banyak jadi dia pamit lebih dulu dan menyuruh Galih mengurus sisanya, seperti biasa.

"Lah, saya nanti pulangnya sama siapa, Tuan?" tanya Galih, menemani Sakha ke teras, bersama Jamal yang juga ikut di belakangnya.

"Kamu bisa naik ojek, saya buru-buru!" sahut Sakha kemudian pergi begitu saja mengendarai mobilnya.

Galh hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menatap kepergian tuannya yang tidak berperasaan itu.

"Lho, Tuan Sakha mana?" tanya Yuniarti yang keluar dari pintu.

"Beliau ada urusan penting mendadak, Bu, jadi harus pamit duluan. Maaf," jawab Galih dengan sopan.

Yuniarti tampak kecewa, kemudian mempersilakan tamunya itu masuk kembali ke dalam.

"Padahal Ririn baru saja selesai bersiap-siap," kata Yuniarti.

Galih mengernyitkan dahinya. "Ririn?" beo Galih.

Yuniarti dan Jamal pun saling pandang sesaat. "Iya, Galih. Kami sudah bermusyawarah dan Ririn setuju untuk dinikahi oleh Tuan Sakha," jawab Jamal.

Ekspresi Galih tampak terkejut. "Tapi-"

Saat itulah kemudian kelambu tersibak, seorang perempuan ke luar dan melangkah pelan menghampiri mereka. Saat mata bulatnya yang lebar itu bertemu dengan Galih, tatapannya tampak terkejut.

Galih justru mengernyit, menatap wanita itu dengan pandangan menyipit. Tampangnya tampak familiar, tapi Galih merasa tidak pernah melihatnya sebelumnya. "Siapa, ya?" tanya Galih kemudian, menoleh ke arah Jamal.

Jamal tertawa. "Masa kamu ndak kenal padahal setiap hari bertemu di ladang? Ini Ririn, Galih."

Raut muka Galih semakin melongo. Perempuan cantik di hadapannya ini adalah Airin?

Penampilannya sangat jauh berbeda dari saat dia berada di ladang.

Galih memang hanya perlah melihat Airin di ladang. Yang melekat di benaknya adalah perempuan lusuh berbaju gembrong dengan caping lebar dan selendang hitam panjang kotor untuk menutupi mulut dan hidungnya dari debu. Galih tidak menyangka, perempuan yang sama juga ada di hadapannya saat ini. Airin mengenakan baju sederhana bermotif bunga mawar dengan rok panjang berwarna merah muda. Dia tampak seperti bunga yang baru saja mekar.

"Ini calon istri Tuan?" tanya Galih sekali lagi, untuk memastikan.

Jamal dan Yuniarti sama-sama mengangguk.

Galih menggeleng pelan lalu mengalihkan pandang, apa dia baru saja terpesona oleh calon istri tuannya sendiri?

"Di mana Mawar dan Melati?" tanya Galih kemudian.

Saat menanyakannya, Galih tidak melihat senyum miring perempuan yang kini duduk di hadapannya.

Sudah kuduga, Tuan mesum itu mengincar adik-adikku, batin Airin masam.

*to be continued*

A/N : Pasti pada nggak sabar yaaa sama pertemuan Airin dan Sakha 😜

Karena di awal sudah Asia wanti-wanti bahwa cerita ini adalah slow burn romance, yang artinya alurnya agak lambat, Asia harap pembaca sekalian bisa sabar menunggu dan terus mengikuti kelanjutannya hehehehehehe...

- ❤ ASIA JULY

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mutmainah Abdul Salam
keren! suka!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Keempat   07. Malam Terakhir Si Gadis

    Airin benar-benar tidak setuju dengan gagasan bahwa dia akan pindah ke rumah calon suaminya lebih awal dari yang dia prediksikan. Airin memang sudah tahu bahwa pasti akan datang hari di mana dia harus meninggalkan rumah ini dan tinggal bersama seorang suami dan tiga istrinya yang tidak Airin kenal.Bagaimana nasibku nanti? batin Airin. Bahkan hanya dengan memikirkannya saja sudah sudah membuat dia mumet."Ndak apa, Nak. Toh kita masih di satu desa. Nanti kalau ada apa-apa, kamu kan bisa pulang ke rumah ini," kata Yuniarti menenangkan sembari membantu Airin merapikan baju-baju yang kemudian dia masukkan ke dalam koper.Tadi sore, Galih sudah menjelaskan pada keluarganya bahwa lusa adalah hari pernikahan Airin dengan Sakha. Namun, hari ini Airin diperintahkan untuk datang ke rumah suaminya sebab acara adat nanti akan diadakan di sana, pegelarannya akan dilaksanakan cukup besar karena itu sekaligus juga acara untuk meng

    Last Updated : 2021-03-16
  • Istri Keempat   08. Calon Istri Baru vs Istri Lama

    Dia seperti sebuah kuncup mawar. Sakha sudah memutuskan untuk memetiknya dan merawat kuncup mawar di dalam vas bunga dengan bebungaan yang lain. Dan di dalam vas itu, Sakha memperlakukan setiap bunga dengan cara yang sama dan adil.Tapi, kuncup mawar ini masih belum mekar, siapa yang tahu keindahan macam apa yang dia miliki di dalam? Dan siapa yang bisa menjamin, bahwa Sakha tidak akan tertarik pada keindahan yang dimiliki bunga itu?Hal inilah yang dikhawatirkan oleh ketiga istri Sakha ketika mereka duduk berhadap-hadapan di ruang tamu dengan seorang gadis muda yang akan menjadi saudari mereka untuk berbagi suami. Gadis itu jelas masih lugu dan tampak sangat lemah, tapi dia dengan berani dan dipenuhi ketenangan balas menatap ke arah ketiga wanita yang jauh lebih tua darinya. Yang mana hal itu membuat mereka merasa risi sekaligus juga merasa tidak dihormati.Sementara itu, Airin dengan tatapan datarnya menilai satu per satu i

    Last Updated : 2021-03-16
  • Istri Keempat   09. Sudah Sah?

    Galih memberi tahu Airin bahwa akad nikah Airin dengan Tuan Sakha akan dilaksanakan pada pagi hari. Airin pun mandi seperti biasa, luluran, dan tidak lupa juga menggunakan serangkaian perawatan kulit yang dia bawa dari rumah. Semenjak semalam, makanan selalu dibawakan ke ruangannya, entah kenapa. Airin merasa belum apa-apa dia sudah tersisihkan.Tapi bukankah itu bagus?Ya, karenanya Airin tidak perlu berhadapan dengan ketiga istri Sakha yang lain.Pukul tujuh, selesai sarapan dan meminum jamu yang ibunya titipkan pada pembantu di rumah ini dan dibawa beserta sarapannya, Airin bingung kenapa tidak ada satu pun orang yang datang menemuinya. Pagi yang dimaksud Galih itu sekarang, kan?Airin pun hanya duduk di atas ranjang, menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat, menunggu seseorang untuk datang mengetuk dan memberitahunya bahwa sudah saatnya untuk bersiap-siap.Tapi tidak ada.

    Last Updated : 2021-03-16
  • Istri Keempat   10. Malam Pertama

    Langkah lelaki itu mantap, tidak ada keraguan yang tampak. Sekalipun dia tengah memasuki sebuah kamar wanita yang baru pertama kali ditemuinya, tapi dia bersikap biasa saja.Tentu saja, dia sudah terbiasa,batin Airin dengan sinis.Sakha berhenti di tengah kamar, memandang lurus ke arah ranjang di mana Airin berada. Mereka sama-sama tidak bisa melihat wajah satu sama lain dengan jelas karena kelambu transparan yang terpasang di sekeliling ranjang bertiang empat itu.Airin juga memilih untuk bungkam. Bahkan bergerak saja dia tidak. Sakha mungkin tengah berpikir bahwa dia telah menikahi seorang patung alih-alih manusia. Airin lalu terkekeh tanpa sadar.Suara tawa wanita itu menarik perhatian Sakha. “Kenapa?” tanyanya.Airin yang mendengar suara berat bernada rendah itu pun tersadar dari tawanya, dia langsung mengatupkan bibirnya rapat kembali, ekspresinya kemudian berubah dingin.

    Last Updated : 2021-03-16
  • Istri Keempat   11. Tidak Sesuai Harapan

    Dengan langkah tergopoh-gopoh, Galih menghampiri ruang kerja tuannya. Rumah sudah sepi saat itu dan dia ditelepon Sakha untuk menemuinya di ruang kerja saat itu juga. Galih pikir ada sesuatu yang darurat telah terjadi jadi dia buru-buru datang ke sini.Saat pintu ruang kerja Galih buka, Sakha tengah berdiri sembari bersandar di kusen jendela, menatap ke arah luar di mana suasana tampak begitu gelap oleh minimnya lampu karena sudah pada dimatikan.Sekalipun sudah menyadari kehadiran asistennya itu, Sakha masih diam saja dan tidak menoleh sedikit pun pada Galih.Dan sikap Sakha itu membuat Galih gugup, setelah seharian ini dia selalu kena semprot, apa belum selesai juga? Padahal tadi sebelum kembali ke rumahnya Galih sempat berharap bertemu dengan Airin akan mampu meredakan emosi tuannya yang melonjak naik.Lalu apakah itu artinya Tuan Sakha belum bertemu dengan Ririn? batin Galih.Lama

    Last Updated : 2021-03-16
  • Istri Keempat   12. Saling Bersandiwara

    Lampu telah dimatikan, jendela sudah ditutup, gorden dan kelambu telah diturunkan. Kamar itu kini berada dalam remang-remang yang dibalut kesunyian malam, satu-satunya sumber cahaya berasal dari ventilasi udara di atas jendela, dan satu-satunya suara yang dia dengar hanya suara serangga malam—bahkan desingan angin pun tidak ada.Airin mencoba untuk tidur, menyamankan dirinya di atas ranjang empuk itu dengan memeluk guling juga berbolak-balik guna mencari posisi yang tepat. Tapi, sekalipun dia telah berbaring dengan nyaman, kantuk tidak kunjung menghampirinya. Ini sama seperti kejadian di malam kemarin dan Airin punya banyak hal untuk dilakukan besok, dia tidak akan punya waktu untuk tidur selain pada malam hari.Sakha benar-benar tidak kembali lagi ke kamar, melupakan malam pengantin mereka yang seharusnya menjadi malam sakral. Namun ketidakhadiran pria itu justru disyukuri oleh Airin.Beberapa menit berlalu, mata Airin telah

    Last Updated : 2021-03-16
  • Istri Keempat   13. Tantangan Di Atas Ranjang

    Apa mereka akan melakukan ritual malam pengantin mereka atau tidak?Karena Airin sudah nyaris melepaskan pertahannya sekarang. Dia ingin segera menjauh dari hadapan suaminya ini dan tidak lagi dekat-dekat dengannya. Karena kedekatan mereka yang tidak seberapa ini saja sudah membuat jantung Airin berdetak dengan tidak normal. Airin tidak menyukai respon tubuhnya yang tidak biasa itu.Jadi sekali lagi dia berkata, "Ayo kita tidur, Tuan."Dan rupanya, aksinya itu berhasil, karena kemudian Sakha langsung menjauh darinya."Kenapa kau tetap memanggilku Tuan? Kau bukan lagi seorang pekerja di ladangku melainkan istriku sendiri.""Saya ... belum terbiasa dengan panggilan lain," jawab Airin, tersenyum malu-malu.Tapi tentu saja senyum itu hanya dibuat-buat.Memangnya dia harus memanggil Sakha dengan sebutan apa? Karena nyaris seluruh penduduk desa ini memanggilnya dengan

    Last Updated : 2021-03-16
  • Istri Keempat   14. Terlanjur Basah

    "Bagaimana kalau saya bilang bahwa yang Tuan Sakha bilang itu memang benar? Bahwa Tuan ... bukan satu-satunya pria yang pernah menyentuh saya."Sesaat setelah perkataan itu keluar dari bibir Airin, Sakha terdiam menatapnya.Sedangkan Airin tersenyum penuh kemenangan. Kali ini rencananya pasti berhasil. Sakha pasti akan langsung ke luar dan meninggalkannya lagi dalam keadaan marah seperti tadi dan pasti akan berpikir-pikir ulang untuk mendatanginya. Lalu setelah itu dia akan mencari pelipur lara ke istri-istrinya yang lain.Senyum Airin semakin mengembang saat melihat Sakha mengalihkan pandang kemudian turun dari ranjang, melangkah menuju pintu."Tuan mau ke mana?" tanya Airin, pura-pura terdengar sedih, bahkan matanya mulai berkaca-kaca. Padahal di dalam dia bersorak kegirangan.Sakha kemudian menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh, dia menjawab dengan suara berat, "Aku lupa mengunci pintu

    Last Updated : 2021-03-18

Latest chapter

  • Istri Keempat   EXTRA PART 15 - Keluarga

    Beberapa bulan kemudian.Satu per satu impian Airin selama ini akhirnya tercapai. Tidak lama setelah dia lulus dari kuliah, dia berhasil membuka sebuah brand dan toko parfum hasil buatan dan racikannya sendiri, yang selama ini selalu dia idam-idamkan untuk lakukan. Bisnisnya masih bertaraf bisnis kecil, tapi dia melakukan semuanya dengan sukacita.“Semua adalah hasil jerih payah kamu,” kata Sakha ketika di hari pembukaan toko Airin yang ramai dikunjungi oleh orang-orang, berkat promosi dan iklan yang dia lakukan di mana-mana.“Tuan juga sudah membantu banyak,” sahut Airin, menggoda suaminya itu.Airin tidak ingin bersikap naif dengan melupakan bahwa tanpa Sakha dia tidak mungkin sampai di titik ini. Tapi Sakha bersikukuh bahwa dia tidak melakukan apa pun selain menginvestasikan uangnya ke bisnis Airin. Pria itu ingin sang istri bangga sepenuhnya kepada dirinya sendiri, yang mana sudah cukup Airin lakukan.“Aku benar-benar bangga padamu,” bisik Sakha di telinga Airin saat orang-orang t

  • Istri Keempat   EXTRA PART 03 - Henia Maulida

    EXTRA PART 03 – Henia MaulidaSuara pintu berderit terbuka terdengar menggema di rumah besar yang sepi itu. Henia melangkah masuk ke dalam, sepatunya dia lepas dan kakinya berjinjit di lantai. Sebisa mungkin dia tidak menimbulkan suara apa pun supaya tidak membangunkan orang rumah.Namun, saat langkah kakinya baru saja menginjak satu anak tangga terbawah, sebuah suara terdengar di atasnya.“Habis ke mana kamu jam segini baru pulang?”Itu suara ibunya. Henia menghela napas kasar lalu menapakkan kakinya lagi ke lantai. Lampu menyala dan raut muak di wajah Henia tampak semakin jelas.Dia melanjutkan lagi langkahnya menaiki tangga, memutuskan untuk tidak memedulikan ocehan ibunya.“Wanita tidak bersuami seperti kamu seharusnya nggak keluyuran malam-malam dan pulang pagi seperti ini.”Henia mengepalkan tangannya kuat dan menatap bayangan ibunya di atas tangga dengan tatapan tajam.“Aku bukan anak kecil lagi yang jam pulang aja harus diatur-atur,” balas Henia.“Henia! Kamu nggak dengar apa

  • Istri Keempat   EXTRA PART 02 - Amira Agistia

    “Bunda!”Tia mengangkat pandangannya dari majalah yang tengah ia baca, lalu menatap putranya yang berlari ke arahnya dengan seragam SMP berwarna putih dan biru tua. Senyum Tia mengembang, merentangkan tangan dan merangkul remaja itu dengan kasih sayang keibuan.“Bagaimana sekolah kamu?”Dean melepas ranselnya lalu mengambil sebuah kue dari atas meja. “Aku ada tugas kelompok. Rencananya, aku mau ngerjainnya di rumah temenku hari sabtu nanti,” jawabnya sembari mengunyah.Tia mengangguk. “Kamu boleh pergi.”Pandangan Dean langsung tertuju ke arah ibunya itu. “Benar?” tanyanya hati-hati.“Ya. Memang kenapa? Selama ini Bunda nggak pernah ngelarang, kan?”Kedua bahu Dean lantas tampak lesu. “Apa akhir pekan nanti Bunda bakal ada di sini sama aku?”Pertanyaan itu menyentil Tia dan membuatnya merasa sedih. “Dean, mulai sekarang Bunda bakal selalu ada sama kamu.”Dean menatap ibunya itu dan terdiam. Dia mencari kejujuran di kedua mata sang bunda, namun masih juga belum yakin atas ucapannya. Ap

  • Istri Keempat   EXTRA PART 01 - Fitria Ferdinan Putri

    Setelah bercerai dengan mantan suaminya, Ria memutuskan untuk pindah tempat tinggal ke negara tetangga, di mana di sana dia memulai kehidupan baru dengan seorang pria yang mencintainya. Ria teringat ucapan Sakha di malam saat pria itu menceraikannya, bahwa hati Ria tidak pernah berlabuh sepenuhnya kepada pria itu. Ria tidak pernah bisa mencintai Sakha. Mungkin memiliki sedikit perasaan padanya memang benar, tapi tidak pernah sampai tahap dia mencintai pria itu. Namun, ada satu pria, yang tidak pernah bisa Ria lupakan dan hilangkan dari hatinya semenjak remaja. Gani Akbar Hartono. Ria tidak pernah bilang bahwa dia mencintai Gani, tapi cinta yang diberikan Gani padanya terpampang dengan begitu jelas sehingga Ria luluh tanpa dia sadari. Sakha terlalu dingin. Gani hangat seperti matahari. Bahkan sampai sekarang, Ria kesusahan untuk berhenti membeda-bedakan dua orang itu. Dia telah hidup bahagia dengan Gani, pria yang kini telah menjadi suaminya, tapi dalam beberapa waktu pikiran Ria a

  • Istri Keempat   DEAR PEMBACA

    Halo, teman-teman pembaca semua. Kenalkan, saya Asia July, penulis kisah si istri keempat. (Sebenarnya saya dan Sakha sudah menikah siri, saya jadi istri kelimanya. :) Kisah Istri Keempat saya akhiri di bab 95. Itu karena saya sebagai istri kelima sudah saatnya bereaksi di balik layar merebut Sakha dari Airin. Jangan marah yaaa ;) Tapi, tenang saja, semuanya belum benar-benar berakhir. Akan ada EXTRA PART yang lumayan banyak! >,< Menceritakan tentang kisah Airin dan Sakha selanjutnya. Ada 1 konflik yang saya lempar, semoga nanti pembaca suka. Juga di extra part nanti, akan ada kisahnya Ria, Tia, dan Nia. Dan diakhiri dengan kisah Airin dan Sakha menanti kehamilan anak kedua. Lalu, di HIDDEN PART akan ada kisah saya sebagai istri kelima. (Ck! Sudah dibilang jangan iri!-_-) *ini becanda, gak ada hidden part!* Ucapan terima kasih saya sampaikan dengan tulus kepada teman-teman pembaca semua yang sudah membaca karya saya yang sangat penuh kekurangan

  • Istri Keempat   95. Akhir Istri Keempat [TAMAT]

    “Sekarang?” Sakha menjauhkan tubuh mereka dan menatap istrinya itu tepat di mata. “Tentu saja semuanya sudah berubah. Kamu merubah banyak hal dalam diriku dan duniaku.”Airin menangis. Dan Sakha mengusap pelan air matanya yang mengalir di pipi.“Airin?”“Hm?”“Apa kamu … mencintaiku?”“ …!”“Karena aku sangat mencintaimu.”Sontak tangisan Airin langsung terhenti. Dia menatap mata yang berwarna karamel itu, yang memantulkan cahaya lembut dari lampu di atas mereka. Airin mencari-cari, tapi dia tidak menemukan kebohongan.“Tidak masalah lagi dengan anak. Aku tidak pernah marah padamu saat tahu bahwa kita kehilangan bayi kita, harapanku saat itu hanya satu; mengambil semua rasa sakit yang kamu rasakan dan melimpahkannya padaku.“Dan tidak, Airin. Kalau kamu berpikir bahwa aku akan berpaling, maka kamu salah. Satu-sat

  • Istri Keempat   94. Karenamu

    Gelengan kepala diberikan Sakha. Kepalanya mendadak terasa berat sehingga dia pun memajukan tubuhnya, dan menjatuhkan kepalanya ke bahu Airin. Lalu berbisik, “Hanya kamu sekarang, Airin.”Tanda tanya besar menggantung dalam benak Airin. “Hanya aku? Maksud Mas, Kak Ria sudah ….”“Ya, dia bukan istriku lagi.”“Ba-bagaimana? Bukankah Mas dengan orang tua Kak Ria ….”Sakha terkekeh, ternyata Airin juga sudah tahu sejauh itu. “Aku pergi ke rumahnya. Dan berbicara dengan orang tuanya.”“Tapi bagaimana dengan perusahaan Mas?”Sakha mendesah lelah lagi. Dia menarik Airin dekat dan memeluk tubuhnya. “Aku benar-benar merindukanmu, Airin.”Dorongan adalah yang diberikan Airin sebagai jawaban dari ungkapan rindu itu. Ini bukan saatnya untuk mereka bermesra-mesraan. Ada banyak hal yang belum Sakha jelaskan padanya.Sakha menepis tangan Airin ya

  • Istri Keempat   93. Pelukan Rindu

    Seperti malam sebelumnya. Sakha masuk ke kamar dan mendapati Airin telah tertidur pulas.Sekali lagi, dia menyesal karena pulang terlalu larut malam. Dia merindukan mata indah berwarna hitam kelam itu menatapnya. Dia rindu pada suara wanita itu berbicara padanya.Sekarang semuanya sudah baik-baik saja bagi mereka. Dan Airin bertahan sampai akhir tanpa banyak protes. Mereka bisa memulai semuanya lagi dari awal, pikir Sakha.Perasaan bahagia menbuncah di dalam dadanya, membuat dia tidak bisa menahan diri untuk bergabung bersama Airin di atas ranjang dan memeluk istrinya itu erat.Sakha menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Airin, dan menghidu aromanya dalam-dalam lalu mengeluarkan suara seperti lirihan.Mustahil Airin tidak terbangun dibuatnya.Saat wanita itu membuka mata, dia terkejut, tapi tidak mengatakan apa pun. Bahkan bernapas pun dia takut, takut kalau itu akan membuat Sakha menjauh darinya. Tapi dorongan untuk membalas pelukan itu be

  • Istri Keempat   92. Rasa Bersalah

    Airin menunggu, lagi. Tapi sudah hampir tengah malam, Sakha tidak kunjung pulang. Dia memang berkata ingin pergi dari sisi pria itu, tapi nanti setelah mereka berdua berbicara. Segalanya harus diluruskan. Airin tidak ingin pergi membawa penyesalan karena kebodohannya sendiri. Namun, sampai kantuk membawa kesadarannya pergi—seperti malam sebelumnya—Sakha belum juga pulang. *** Lagi-lagi pada makan malam. Sakha tidak tahu kenapa waktu malam dan makanan menjadi waktu yang tepat baginya. Atau mungkin kali ini tidak tepat? Kemarin di makan malam bersama Tia. Sekarang di acara yang sama bersama keluarga besar Ferdinan. Ayah mertuanya yang begitu bersemangat terus menerus membahas tentang bisnis sedari tadi, seberapa tidak sabarnya dia mengutarakan ide untuk bisnis barunya di meja makan itu, sampai Sakha bahkan tidak memiliki waktu untuk menyela dan mengutarakan maksud kedatangannya malam ini. Ria duduk di samping Sak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status