Satu minggu telah berlalu, Liliana Leichan dan juga Archan Leichan memutuskan untuk kembali ke Paris karena mereka tidak ingin mengganggu kegiatan Edbert dan juga Merry. Begitupun dengan Berliana Law dan juga Leon Law, mereka memutuskan untuk pulang ke tanah air karena merasa kasihan kepada Anthony. Anthony sudah beberapa kali menelpon Leon Law, dia mengatakan bahwa banyak investor asing yang ingin bertemu secara langsung dengan Leon Law. Banyak juga klien yang ingin bertemu secara langsung dengan Leon Law.Mereka tidak ingin diwakilkan sama sekali oleh Anthony, untuk urusan pekerjaan yang sangat resmi seperti investasi dan yang lainnya.Ada rasa senang dan juga rasa sedih di hati Edbert, karena dia harus merelakan kepergian kedua orang tuanya untuk kembali pulang ke negara asal mereka. Akan tetapi, itu adalah hal yang terbaik untuk Edbert, Indira dan juga Merry. Karena dengan seperti itu, rumah tangga mereka akan berjalan dengan lebih baik lagi. Karena selama satu minggu ini Edber
Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, usia kandungan Indira kini sudah memasuki tiga puluh enam minggu. Hal itu membuat perut Indira terlihat sangat besar, karena dua janin yang berkembang di rahimnya. Berat badan Indira yang tadinya hanya empat puluh delapan kilo langsung melonjak naik sampai tujuh puluh kilo, perubahan yang sangat luar biasa. Terkadang dia merasa insecure saat melihat pantulan wajah dan tubuhnya di depan cermin. Akan tetapi, dia selalu berpikir kembali jika dia tidak usah khawatir akan berat badannya yang naik drastis, toh setelah melahirkan dia akan pergi meninggalkan Edbert dan Merry. Jadi, dia tidak perlu merasa takut karena Edbert tidak akan menyukainya lagi. Karena mereka tidak akan bertemu lagi setelah Indira melahirkan nanti. Indira merasa jika waktunya bersama dengan Edbert dan dengan baby twins tidak akan lama lagi, makanya Indira selalu berusaha untuk menikmati kebersamaannya dengan Edbert. Indira bahkan sering berfoto sambil mengelus perutnya dengan
Hari-hari yang Merry lalui dirasa begitu banyak kesedihan. Setiap hari dia selalu berusaha untuk menyembunyikan keadaan kesehatannya dari suaminya dan juga dari keluarganya. Dia sering memeriksakan kondisi kesehatannya, tetapi dia tidak pernah memberitahukannya kepada siapa pun. Dokter berkata jika kondisinya semakin memburuk, wajah Merry pun kian memucat. Namun, Merry yang pandai merias wajahnya selalu bisa menutupi wajah pucatnya dengan riasan make up. Walaupun memang untuk masalah berat badan tidak bisa ditutupi, karena tubuh Merry kini semakin kurus.Maka dari itu dalam setiap harinya Merry selalu memakai baju yang longgar, tidak ada lagi Merry yang selalu memakai baju seksi seperti biasanya.Beruntung Indira, Edbert ataupun para pelayan di sana tidak pernah mencurigainya. Jika dia sedang mengalami kesakitan di siang hari, dia selalu bersembunyi agar tidak ada orang yang mengetahui.Dia selalu berdiam saja di dalam kamar tanpa berniat untuk keluar. Bahkan untuk makan pun dia sela
Saat tiba di Villa, Indira langsung masuk ke dalam ruang kerja Edbert. Karena memang Edbert menitipkan berkas penting yang harus di simpan di dalam ruang kerjanya Entah itu berkas apa, Indira tidak tahu dan Indira pun tidak berani untuk mencari tahu tentang berkas tersebut. Selesai merapikan berkas tersebut, Indira berniat untuk masuk ke dalam kamarnya. Rasanya kakinya sangat pegal dan dia ingin menslonjorkan kakinya tersebut, tetapi sayup-sayup dia mendengar tangisan dari kamar utama. Indira yang merasa penasaran mendorong pintu utama dengan perlahan, nampaklah Merry yang sedang terduduk di lantai. Indira begitu kaget melihat akan hal itu. Merry seperti orang yang sedang menahan rasa sakit, Indira dengan cepat menghampiri Merry. "Astagfirullah, Kak. Kakak kenapa?" tanya Indira. Indira terlihat begitu panik, apalagi saat melihat wajah Merry yang begitu pucat. Merry tidak menjawab pertanyaan dari Indira, dia hanya menangis sambil meremat perutnya yang terasa sakit. "Kak! Jawab," p
Indira terlihat begitu kesakitan, bahkan dia mencengkeram tangan Edbert dengan sangat kuat. Edbert bahkan sampai meringis dibuatnya, tetapi dia tidak bisa marah dengan apa yang dilakukan oleh Indira terhadap dirinya. Justru Edbert merasa kasihan saat melihat Indira yang terlihat begitu tersiksa karena kontraksi yang dirasakan oleh'nya, jika saja bisa rasanya dia ingin menggantikan rasa sakit yang diderita oleh istri keduanya tersebut.Seorang dokter datang menghampiri Indira, dia memeriksa keadaan Indira. Ternyata, kondisinya sangat baik dan saat dokter ingin memeriksa sudah pembukaan berapa. Setelah melakukan pemeriksaan, ternyata kepala baby Indira sudah terlihat. Dokter yang kaget pun dengan cepat meminta suster untuk menyiapkan alat-alat bantu untuk proses melahirkan. "Tolong bantu istri saya melahirkan," ucap Edbert dengan cemas.Dokter dengan sigap langsung memakai sarung tangan steril untuk membantu Indira dalam proses melahirkan babynya, dokter mulai menginstruksikan apa yan
"Benarkah?" tanya Leon Law dengan raut wajah tidak percaya."Yes, Dad!" jawab Edbert berusaha untuk meyakinkan kedua orang tuanya.Leon Law dan Berlian Law sebenarnya merasa tidak mengerti, kenapa kedua cucunya bisa berada di tangan Indira. Memang benar jika Merry berada dalam keadaan yang sangat kritis. Akan tetapi, rasanya tidak masuk akal jika kedua baby yang Merry melahirkan dititipkan kepada Indira. Apalagi sampai Edbert mengizinkan Indira untuk menyusuinya. Mereka benar-benar merasa bingung, tetapi walaupun mereka kebingungan mereka tetap masuk ke dalam ruangan Indira. Tentunya setelah Edbert memberitahukan di mana ruangan Indira tersebut, saat mereka masuk nampaklah Indira yang sedang memeluk kedua bayinya. Sesekali Indira melabuhkan ciuman hangat di pipi gembil kedua putra Edbert tersebut. Berliana Law dan Leon Law merasa iba melihat melihatnya. Karena mereka menyangka, jika Indira merasa kehilangan baby'nya lalu mencurahkan semua rasa cinta dan kasih sayangnya terhadap ked
Edbert terlihat menghampiri istrinya yang terbaring lemah, air matanya tidak henti mengalir karena saat ini rasa sedih bercampur rasa bersalah menjadi satu. Dia benar-benar tidak menyangka jika kondisi kesehatan Merry selama ini begitu buruk, andai saja waktu dapat diputar kembali, Edbert ingin memberikan perhatian yang lebih banyak lagi kepada Merry. Edbert ingin memberikan yang terbaik untuk Merry, dia ingin menjadi suami yang baik untuk Merry. Wanita yang dengan tulus menyayangi dirinya, wanita yang dengan ikhlas membawa wanita lain untuk dia nikahi dan menyempurnakan hidupnya. Wanita yang dengan suka rela memberikan kebahagiaan untuk Edbert melalui perempuan lain. Wanita luar biasa yang sangat Edbert cintai sampai saat ini.Edbert nampak mengecupi setiap inci wajah istrinya lalu dia memeluk Merry dengan erat, terlihat sekali jika dia begitu lemah dan terpuruk saat ini. Air matanya bahkan tidak berhenti mengalir, dia menangis dan terisak di dalam pelukan istri pertamanya. "Janga
Setelah jenazah Merry selesai dimandikan dan telah rapi terbungkus kain kafan, kedua pihak keluarga setuju untuk menguburkan Merry di tanah air. Agar mereka bisa dengan mudah berziarah jika dimakamkan di tanah air.Mereka juga bisa dengan leluasa datang ke pusara terakhir Merry kapan pun mereka mau, tanpa memikirkan berapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk datang ke tempat itu.Bahkan Leon Law langsung menyiapkan jetpri untuk kepulangan jenazah Merry, hal itu dia lakukan agar lebih mudah dan lebih cepat membawa jenazah menantunya tersebut.Selama perjalanan pulang Edbert nampak lesu. Dia terus bersandar di pundak Berliana Law, tatapan matanya terlihat kosong. Tidak ada gairah hidup di sana, dia seakan jadi manusia paling bersalah atas kepergian Merry. Dia merasa menjadi suami paling tidak berguna karena lalai dalam menjaga istrinya, dia kecewa kepada dirinya sendiri. Kalau saja dia tidak egois, kalau saja dia bisa bersikap adil, kalau saja dia bisa memperhatikan Merry, kalau saja
Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat
Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu
Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan
Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,
Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad
Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la
Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me
Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan
POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang