Setelah jenazah Merry selesai dimandikan dan telah rapi terbungkus kain kafan, kedua pihak keluarga setuju untuk menguburkan Merry di tanah air. Agar mereka bisa dengan mudah berziarah jika dimakamkan di tanah air.Mereka juga bisa dengan leluasa datang ke pusara terakhir Merry kapan pun mereka mau, tanpa memikirkan berapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk datang ke tempat itu.Bahkan Leon Law langsung menyiapkan jetpri untuk kepulangan jenazah Merry, hal itu dia lakukan agar lebih mudah dan lebih cepat membawa jenazah menantunya tersebut.Selama perjalanan pulang Edbert nampak lesu. Dia terus bersandar di pundak Berliana Law, tatapan matanya terlihat kosong. Tidak ada gairah hidup di sana, dia seakan jadi manusia paling bersalah atas kepergian Merry. Dia merasa menjadi suami paling tidak berguna karena lalai dalam menjaga istrinya, dia kecewa kepada dirinya sendiri. Kalau saja dia tidak egois, kalau saja dia bisa bersikap adil, kalau saja dia bisa memperhatikan Merry, kalau saja
Hari sudah menjelang sore, tetapi Edbert masih setia dengan gemingnya. Dia duduk anteng di depan pusara terakhir Merry, dia terus saja memeluk Nissan Merry dan menciuminya. Dia benar-benar merasa kehilangan sosok wanita yang begitu baik, dia merasa kehilangan sosok wanita yang mencintainya dengan sangat tulus. Wanita yang rela membawakan wanita lain untuk kebahagiaan suaminya, wanita yang dengan suka rela mau berbagi cinta dengan wanita lain. Melihat kakaknya yang terus saja mendalami dukanya, Shamanta pada akhirnya menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang. "Kak Ed, aku tahu jika kamu sedang bersedih. Akan tetapi, aku mohon, Kak. Janganlah Kakak bersikap seperti ini, aku yakin kak Merry akan sangat sedih jika melihat keadaan Kakak yang seperti ini." Shamanta langsung memeluk Edbert dan mengelus lembut punggung kakak sulungnya itu, Edbert melerai pelukan Shamanta. Kemudian, dia menatap wajah Shamanta dengan lekat. Shamanta bisa melihat jika Edbert begitu kacau, dia merasa sanga
Shamanta terlihat sangat kaget saat mengetahui jika Edbert ternyata mempunyai dua istri, bahkan yang membuat Shamanta tak habis pikir wanita yang menjadi istri kedua kakaknya adalah wanita pilihan Merry sendiri. Wanita yang benar-benar dipilihkan dan dinikahkan oleh Merry sendiri, Shamanta sampai bertanya-tanya di dalam hatinya. Kenapa ada wanita sebaik Merry di dunia ini? Kenapa Tuhan memberikan ujian yang sangat berat kepada wanita yang sangat baik seperti Merry? Jika saja Shamanta yang divonis mandul, rasanya dia tidak akan rela berbagi suami. Apalagi, sampai harus mencarikan seorang wanita untuk dijadikan istri oleh sang suami. Bahkan yang Shamanta sangat kagetkan, ternyata baby twins bukanlah anak Merry. Akan tetapi anak kakak sulungnya dari istri keduanya, Shamanta benar-benar merasa takjub kepada wanita seperti Merry. Karena sebelum dia meninggal, dia benar-benar memilihkan wanita yang baik untuk menjadi istri dari suaminya. Merry bahkan rela pindah ke Singapura dan tinggal
Hari ini adalah hari kelima setelah kepergian Merry, Edbert memutuskan untuk pergi ke Singapura. Dia ingin segera menjemput Indira dan juga kedua putra kembarnya, Edbert sudah memikirkannya secara matang. Dia memutuskan akan membawa serta Indira ke dalam kehidupannya, dia akan berusaha untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Dia akan menjelaskan bahwa Indira adalah wanita yang dipilihkan oleh Merry untuknya, tentu saja Edbert akan melakukannya dengan pelan dan sangat hati-hati. Dia tidak boleh gegabah, jika dia terburu-buru maka yang ada Indira akan terusir dari kehidupannya. Bahkan, mungkin dia tidak akan tahu nasib baby twins ke depannya seperti apa.Awalnya Edbert merasa ragu untuk membawa Indira ke dalam kehidupannya, tetapi jika mengingat akan kedua putranya, tentu mereka sangat membutuhkan kehadiran Indira. Mereka membutuhkan kasih sayang seorang ibu, jika dulu dia berencana akan membiarkan Indira pergi, itu karena ada Merry, pikirnya. Namun, sekarang keadaannya berbeda.
"Mas rindu, Sayang." Edbert langsung mengecupi setiap inci wajah istrinya. Dia benar-benar merindukan istri keduanya, karena beberapa hari ini mereka tidak bertemu secara langsung. Indira langsung tersenyum, lalu dia mendorong pelan da-da Edbert. "Kenapa?" tanya Edbert dengan tatapan penuh kecewa. Dia mengira jika Indira sudah tidak mau dia peluk lagi, padahal dia benar-benar merindukan istri keduanya. Bahkan, jika saja bukan baru melahirkan, rasanya Edbert ingin melakukan hal yang lebih."Ada Malven," tunjuk Indira pada putra yang berada di pangkuannya. Indira langsung menutupi bagian dadanya, karena putra sulungnya sudah selesai menyusu. Bahkan dia sudah terlihat tertidur dengan sangat pulas, mungkin karena kekenyangan. Edbert langsung terkekeh, lalu dia mengambil Malven dari pangkuan Indira dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang. "Hai, Sayangnya, Daddy." Edbert langsung mengecup pipi gembil Malven. Putra sulungnya itu terlihat menggeliatkan tubuhnya, mungkin dia merasa
Pukul sebelas malam Edbert dan Indira sudah sampai di tanah air, tanpa ragu Edbert langsung membawa Indira bersama dengan baby twins dan juga babysitter mereka ke kediaman pribadi milik Edbert. Biarlah orang akan berkata apa, pikirnya. Biar nanti dia akan menjelaskannya, yang terpenting sekarang adalah Indira dan kedua putranya bisa tinggal bersama dengan dirinya. Dia seakan sudah tidak peduli lagi jika ada orang yang berkata apa pun, saat ini yang dia pikirkan adalah memulai kebahagiaannya kembali. Tentunya, dia juga sedang memikirkan cara untuk berbicara dengan keluarga Leichan. Karena walau bagaimanapun juga, Liliana Leichan dan juga Archan Leichan masih tetap mertuanya. Bagi dirinya, bahkan mereka sudah seperti orang tua sendiri. Karena sifat mereka yang begitu baik terhadap Edbert. "Masuklah, Sayang," ucap Edbert ketika membuka pintu rumahnya. Indira langsung tersenyum, lalu dia pun menuruti apa kata suaminya. Dia masuk ke dalam rumah megah tersebut seraya mengedarkan pandan
Indira lalu menuangkan segelas air putih dan meminumnya hingga tandas, setelah tenggorokannya terasa basah Indira pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar baby twins. Dia ingin melihat keadaan kedua putranya, karena dari saat dia tidur kedua babysitternya sama sekali tidak mengetuk pintu kamar utama. "Kenapa tidak ada yang membangunkan aku?" tanya Indira kebingungan.Saat tiba di depan kamar baby twins, Indira langsung membuka pintu kamar tersebut dengan perlahan. Senyum Indira pun langsung mengembang, kala melihat baby twins yang sedang menggeliat. Sepertinya mereka sudah sangat haus, bahkan Malven terlihat sedang mencari sumber makanannya. Indira langsung mendekati Malven dan menyusui putra pertamanya itu, untuk sesaat pandangan Indira tertuju pada kedua babysitter putranya. Mereka nampak tidur dengan sangat pulas, Indira sengaja tidak membangunkan mereka. Karena Indira tahu kalau mereka pasti sangat capek setelah perjalanan dari Singapura ke Indonesia. Setelah Malven terlihat
Indira terlihat kebingungan kala Berliana Law membentaknya, sungguh saat ini Indira merasa sangat takut melihat wajah Berliana Law dan juga Leon Law. "Jawab Indira, jangan diam saja!" kata Berliana Law dengan suara yang tertahan karena dia takut cucunya akan terbangun. "Maaf, Nyonya. Aku--" Ucapan Indira langsung tertahan, karena dia melihat Edbert yang sudah menyelesaikan ritual mandinya. Edbert baru selesai mandi dan hanya menggunakan handuk saja. Dia terlihat sangat terkejut karena melihat kedua orang tuanya yang sedang menyidang Indira, Edbert langsung menghampiri mom dan juga dadnya. "Mom, Dad. Sejak kapan kalian di sini?" tanya Edbert. Berliana Law langsung menatap Edbert dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka saat putranya bertanya seperti itu kepada dirinya. Karena seharusnya putranya itu langsung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, bukan malah bertanya sejak kapan mereka di sini."Tidak usah berbasa-basi, Ed. Sekarang pakailah bajumu dan cepat jelaskan kepa
Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat
Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu
Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan
Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,
Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad
Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la
Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me
Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan
POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang