Home / Romansa / Istri Kedua yang Tersakiti / BAB 78 - Cinta atau Simpati?

Share

BAB 78 - Cinta atau Simpati?

last update Last Updated: 2024-10-01 17:00:56

Keesokan paginya, suasana di kediaman keluarga Baskara terasa berbeda. Meski rutinitas pagi berjalan seperti biasa, ada ketegangan yang tak terucap di antara para penghuninya.

Bambang, yang biasanya santai saat sarapan, kini tampak gelisah. Ia beberapa kali melirik ke arah Novita dan Jelita, yang sejak tadi hanya diam. Raditya, tidak menyadari ketegangan di sekitarnya, asyik melahap sarapannya sambil sesekali berceloteh tentang rencana sekolahnya hari ini.

"Ma, Pa, hari ini Radit mau bawa bekal yang banyak, ya!" seru Raditya di sela-sela kunyahannya.

Novita tersenyum, berusaha terlihat normal. "Tentu, sayang. Mama sudah siapkan bekal kesukaanmu."

"Asik!" Raditya bersorak gembira. "Nanti Radit mau bagi-bagi sama Dani ah!"

Bamb

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 79 - Cinta yang Terpendam?

    "Apakah benar... Abang mulai mencintaiku?" bisik Jelita pada dirinya sendiri, matanya masih menatap pintu yang baru saja ditutup Bambang.Jelita berjalan perlahan ke arah jendela, memandang sosok Bambang yang mulai memasuki mobilnya di halaman. Pikirannya berkecamuk, mengingat kembali setiap interaksi mereka selama beberapa tahun terakhir."Tapi... sejak aku hamil, dia tak pernah menyentuhku lagi dan setelah Radit lahir, kita tidak pernah sekalipun tidur bersama," gumamnya lirih.Jemarinya tanpa sadar menyentuh dahinya, tempat kecupan Bambang tadi mendarat. "Hanya kecupan di dahi setiap pagi, itu pun saat Radit tak melihat."Mobil Bambang mulai bergerak meninggalkan halaman. Jelita menghela napas panjang, berbalik dan bersandar pada kusen jendela. Matanya terpejam,

    Last Updated : 2024-10-02
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 80 - Warisan Kakek

    "Kakek!" seru Raditya riang, berlari ke arah pintu depan begitu mendengar suara bel berbunyi.Novita tersenyum melihat antusiasme putranya. Ia membuka pintu, dan tampaklah sosok ayahnya, berdiri dengan senyum lebar."Kakek!" Raditya langsung melompat ke pelukan kakeknya.Roni tertawa, mengangkat cucunya tinggi-tinggi. "Wah, wah, cucu Kakek makin berat saja nih! Pasti makannya banyak ya?"Raditya terkikik geli. "Iya dong, Kek! Radit kan mau jadi besar dan kuat!""Ayah, ayo masuk," ajak Novita, mempersilakan ayahnya memasuki rumah.Jelita yang baru saja keluar dari dapur, membungkuk hormat. "Selamat sore, Kakek."Roni mengangguk ramah pa

    Last Updated : 2024-10-02
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 81 - Gajah atau Singa

    Senja mulai merambat ketika Roni akhirnya bangkit dari kursinya, menandakan kunjungannya telah usai. Raditya, yang masih asyik dengan mainan barunya, mendongak dengan raut wajah kecewa."Kakek mau pulang?" tanyanya dengan nada sedih.Roni tersenyum lembut, berlutut untuk menyamakan tingginya dengan sang cucu. "Iya, sayang. Kakek harus pulang sekarang. Tapi Kakek janji akan datang lagi lain waktu."Novita, yang baru saja kembali dari dapur setelah membereskan piring-piring bekas cemilan, menghampiri ayahnya. "Ayah sudah mau pulang? Tidak mau makan malam dulu?""Tidak usah, Novi," jawab Roni sambil bangkit berdiri. "Ayah harus segera pulang. Masih ada beberapa dokumen yang harus Ayah periksa malam ini."Novita mengangguk paham,

    Last Updated : 2024-10-03
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 82 - Pancake

    Pagi menyingsing, membawa kehangatan mentari yang menerobos masuk melalui celah-celah tirai. Novita membuka mata perlahan, mengerjap beberapa kali untuk mengusir sisa kantuk.Sejenak, ia berbaring diam, mengumpulkan kesadaran sebelum akhirnya bangkit dan mulai bersiap menghadapi hari. Di kamar Raditya, Bambang sudah selesai memandikan Raditya dan merapikan rambut anaknya itu.Sementara itu, di dapur, Jelita sudah sibuk menyiapkan sarapan bersama Bi Inah. Tangannya bergerak cekatan memotong sayuran dan mengaduk adonan pancake, tapi pikirannya masih terpaku pada kejadian kemarin sore. Sesekali, Jelita menghela napas berat, berusaha mengenyahkan kekhawatiran yang terus menghantuinya.Namun, momen membuat sarapan selalu membuatnya semangat. Bagaimana tidak? Karena inilah kasih sayang Jelita kepada Raditya bisa ia sampai

    Last Updated : 2024-10-03
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 83 - Permintaan Polos (1)

    "Papa, Mama, Radit mau adik perempuan," ujar Raditya tiba-tiba, mengalihkan perhatiannya dari mainan baru pemberian kakeknya.Novita yang sedang membaca koran langsung tersentak kaget, nyaris menjatuhkan korannya. Bambang pun mengangkat pandangannya dari tablet, alisnya terangkat heran mendengar pernyataan putranya yang tak terduga."Adik perempuan?" tanya Bambang, berusaha tetap tenang. "Kenapa tiba-tiba Radit ingin punya adik perempuan?"Raditya, dengan polosnya, menjawab, "Soalnya Dani baru punya adik perempuan kecil. Katanya lucu banget, Papa. Radit juga mau sama seperti Dani."Novita melirik suaminya dengan cemas, jantungnya berdegup kencang. Ia tahu bahwa pertanyaan ini pasti akan datang suatu hari, tapi tetap saja ia merasa tidak siap.

    Last Updated : 2024-10-04
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 84 - Permintaan Polos (2)

    "Ayo, Ma! Pa! Kita berangkat sekarang ya!" seru Raditya bersemangat, melompat-lompat kecil di depan pintu rumah.Novita tersenyum melihat antusiasme putranya. "Sabar ya, sayang. Papa masih mengambil kunci mobil."Bambang muncul dari arah garasi, kunci mobil di tangannya. "Baiklah, semuanya sudah siap? Ayo kita berangkat."Sementara itu, Jelita berdiri di ambang pintu, tersenyum lembut melihat kegembiraan Raditya. "Hati-hati di jalan ya, Radit. Jangan nakal sama Papa dan Mama," ujarnya.Raditya menoleh, dahinya berkerut bingung. "Lho, Tante Jelita nggak ikut?""Tidak, sayang. Tante ada urusan hari ini," jawab Jelita lembut.Novita dan Bambang bertukar pandang sekilas sebelum Novita

    Last Updated : 2024-10-04
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 85 - Mengabulkan Permintaan Raditya

    Malam telah larut ketika keluarga kecil itu tiba di rumah setelah seharian penuh bersenang-senang di taman bermain.Raditya, yang kelelahan setelah berbagai petualangannya, tertidur pulas di gendongan Bambang. Dengan hati-hati, Bambang membaringkan putra kesayangannya di tempat tidur, sementara Novita menyelimutinya dengan lembut."Tidur yang nyenyak ya, sayang," bisik Novita, mengecup kening Raditya. Bambang pun mengusap rambut putranya dengan penuh kasih sayang sebelum mereka berdua keluar dari kamar, meninggalkan Raditya dalam tidurnya yang damai.Di lorong, Novita menghela nafas panjang. "Hari yang melelahkan, tapi menyenangkan," ujarnya sambil tersenyum pada suaminya.Bambang mengangguk setuju. "Ya, sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama seperti ini. Radit kelihatan sangat senang."Mereka berjalan menuju kamar mereka, namun langkah Bambang terhenti ketika ia melihat sekilas bayangan yang bergerak di ujung lorong. Matanya menyipit, berusaha memfokus

    Last Updated : 2024-10-05
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 86 - Pagi yang Penuh Tanya (1)

    Matahari pagi mulai mengintip dari balik tirai, menyinari kamar Bambang dan Novita dengan cahaya keemasannya. Bambang, yang semalaman nyaris tak bisa memejamkan mata, merasakan beban berat di dadanya semakin menekan seiring dengan naiknya matahari.Ia melirik ke samping, di mana Novita masih terlelap dengan damai. Wajah istrinya yang tenang membuat hati Bambang semakin teriris. Bagaimana mungkin ia bisa melakukannya dengan Jelita? Meski ia tahu bahwa Jelita masih istri sahnya.Perlahan, Bambang duduk di tepi tempat tidur. Kepalanya terasa berat, dipenuhi oleh berbagai pikiran dan penyesalan. Kejadian semalam dengan Jelita terus berputar di benaknya, seperti film yang tak bisa ia hentikan."Apa yang telah kulakukan?" gumamnya lirih, mengusap wajahnya dengan frustrasi.Suara ketukan halus di pintu kamar mengejutkan Bambang dari lamunannya. Jantungnya berdegup kencang, takut jika itu adalah Jelita."Papa? Mama? Sudah bangun?" Suara Raditya terdengar dari balik pintu

    Last Updated : 2024-10-05

Latest chapter

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 139 - Epilog

    Pagi itu, matahari bersinar hangat menyambut hari kepulangan Raditya dari rumah sakit. Kediaman Baskara yang biasanya tenang kini dipenuhi kesibukan. Bi Inah sejak subuh sudah berkutat di dapur, menyiapkan bubur ayam special dan sup jagung kesukaan Radit. Aroma masakan menguar memenuhi setiap sudut rumah, menciptakan suasana hangat yang menenangkan. Tak lupa, Jelita juga sudah menyiapkan pancake kesukaan Radit. Jelita mondar-mandir merapikan kamar Radit untuk yang kesekian kalinya, memastikan semuanya sempurna untuk kepulangan putra sulungnya. Ayu yang baru bangun tidur menggeliat dalam gendongannya, tangan mungilnya menggapai-gapai udara kosong. "Sebentar ya, Sayang," Jelita mencium pipi tembem putrinya. "Kakak Radit sebentar lagi pulang." Pak Abdul yang sejak tadi berdiri di teras depan akhirnya berseru, "Mobilnya sudah masuk halaman!" Jelita merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini adalah momen yang sudah ia tunggu-tunggu - bukan hanya kepulangan Radit dari rumah sakit, tapi

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 138 - Penyatuan Hati

    Suasana di ruang ICU malam itu semakin hangat dengan kedatangan Ayah dan Ibu Novita. Roni yang baru saja tiba langsung menghampiri ranjang tempat cucunya berbaring. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi kekhawatiran melihat kondisi Raditya."Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan cucuku?" tanya Roni dengan suara bergetar, tangannya menggenggam tangan Radit yang masih terpasang selang infus.Novita, yang berdiri di samping ayahnya, mengusap air mata sebelum menjelaskan, "Radit mengalami pendarahan internal, Yah. Dia butuh transfusi darah darurat..." Ia berhenti sejenak, matanya melirik ke arah Jelita yang masih menggendong Ayu. "Dan... dan Jelita yang menyelamatkannya."Roni mengangkat wajahnya, menatap sosok yang selama ini ia tentang kehadirannya karena takut jika ia merebut Raditya. Jelita berdiri dengan tenang, sesekali menimang Ayu yang mulai mengantuk dalam gendongannya. Ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan Roni kali ini - sebuah pengakuan tak terucap atas kemuliaan hati per

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 137 - Ikatan Darah

    Malam semakin larut di rumah sakit kota. Suara langkah tergesa terdengar di koridor ICU, diiringi tangisan bayi yang sesekali pecah."Jelita!" Ibu Jelita bergegas menghampiri putrinya yang baru keluar dari ruang ICU. Di gendongannya, Ayu menggeliat tak nyaman, seolah merasakan ketegangan di sekitarnya. "Bagaimana keadaan Radit?""Masih koma, Bu," Jelita mengusap air matanya. "Tapi dokter bilang transfusi darahnya berhasil."Ayah Jelita yang berjalan di belakang mereka mengedarkan pandangan, mendapati Bambang dan Novita berdiri tak jauh dari situ. Ada ketegangan sesaat di udara, sebelum akhirnya Novita melangkah maju."Hendra, Ratna," sapanya dengan suara bergetar. "Terima kasih sudah datang.""Bagaimana tidak datang?" Ibu Jelita menjawab lembut. "Raditya tetap cucu kami."Ayu yang berada dalam gendongan Ibu Jelita mulai rewel, tangannya menggapai-gapai ke arah Jelita."Sini, Sayang," Jelita mengambil alih Ayu, menimangnya pelan. "Anak Ibu jangan nangis ya..."Bambang menatap putri kec

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 136 - Setetes Darah

    "Hubungi Jelita." Suara Novita terdengar lantang meskipun ia sedang lemah.Bambang mengangguk. Ia segera menelepon Jelita untuk memberi tahu kabar tentang Raditya.“Halo, Jel.” Suara Bambang terdengar serak.“Ya, Bang? Ada apa? Kenapa suaranya terdengar serak? Abang sakit?” Suara Jelita terdengar kebingungan.“Raditya… Radit kecelakaan, Jel.” Suara Bambang tersenggal oleh tangisnya.“Apa? Bagaimana bisa? Kondisinya bagaimana?” Jelita terdengar khawatir.“Sekarang masih koma. Cepatlah datang ke rumah sakit pusat kota. Kumohon.” Suara Bambang memohon.“Baik, Bang. Aku akan segera ke sana. Tunggu aku.” Jelita segera bergegas dan bersiap. Ibunya yang tampak bingung bertanya mengapa Jelita sangat terburu-buru. Jelita hanya menjelaskan sekilas bahwa Raditya mengalami kecelakaan dan membutuhkan dirinya.“Bu, aku titip Ayu. Nanti aku akan telepon Ibu untuk mengabarkan kondisi Raditya.” Ujar Jelita sambil mengenakan sepatu.“Baiklah, Nak. Hati-hati di jalan. Segera kabari Ibu dan Ayah.” ucap

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 135 - Detik-detik yang Mengubah Segalanya

    Siang itu, langit Jakarta tampak mendung. Novita melirik jam tangannya sambil menyandarkan tubuh pada mobil yang ia parkir di seberang sekolah TK Raditya. Sudah hampir pukul sebelas, sebentar lagi bel pulang akan berbunyi. Hari ini ia memutuskan untuk menjemput Raditya sendiri, memberikan kejutan untuk putra kesayangannya itu."Pak Abdul sedang tidak enak badan, tapi nggak apa-apa," gumamnya pada diri sendiri. "Sekali-sekali aku yang jemput Radit sendirian."Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi nyaring. Para orang tua yang sudah menunggu di depan gerbang mulai bersiap menyambut anak-anak mereka. Satu per satu, murid-murid TK itu berhamburan keluar dengan tas ransel kecil mereka."Mama!" suara familiar itu membuat Novita menoleh.Di sana, Raditya berdiri di depan gerba

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 134 - Rindu Harus Dipendam

    Sore itu, Jelita duduk di teras rumahnya sambil memandangi Ayu yang tertidur pulas di box bayi dan menikmati secangkir teh. Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali Bambang menginjakkan kaki di rumah ini. Meski demikian, setiap awal bulan, rekening Jelita selalu terisi dengan nominal yang bahkan lebih besar dari biasanya.Tiba-tiba teleponnya berdering. Muncul nama Bi Inah di layarnya. Jelita segera mengangkat telepon dari Bi Inah."Non," Suara Bi Inah terdengar di ujung sana. "Apa kabar? Non Jelita dan Non Ayu sehat kan?."Jelita tersenyum lemah. "Alhamdulillah sehat, Bi. Bi Inah ada kabar baru dari Radit?"Bi Inah berbicara sambil mengirimkan beberapa foto terbaru. "Ini Non, kemarin Tuan Radit ikut lomba mewarnai di sekolahnya. Dapat juara dua."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 133 - Rahasia Jelita

    Malam semakin larut di kediaman keluarga Jelita. Ayu sudah tertidur pulas setelah mendapatkan ASI-nya. Faris sudah pamit pulang sejam yang lalu, meski dengan berat hati dan berulang kali menawarkan bantuan jika dibutuhkan. Di ruang keluarga yang temaram, Ibu Jelita duduk di samping putrinya yang masih tampak gelisah."Jelita," panggil Ibu Jelita lembut. "Sebenarnya ada apa? Ibu tahu ada yang kamu sembunyikan dari kami."Jelita menggeleng pelan, matanya masih sembab. "Mungkin hanya salah paham, Bu.""Feeling seorang ibu tidak pernah salah, Nak," Ibu Jelita menggenggam tangan putrinya. "Ibu lihat caramu memandang Raditya setiap kali Ibu berkunjung ke rumah Mbak Novita. Ada kerinduan yang dalam di matamu. Dan tadi, Mbak Novita marah-marah seperti itu... pasti ada sesuatu yang tidak Ibu ketahui."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 132 - Janji

    Setelah memarkir mobil di garasi rumahnya, Bambang menghela napas panjang. Ia tahu, perdebatan dengan Novita belum selesai. Benar saja, begitu memasuki ruang keluarga, istrinya langsung menghempaskan diri di sofa dan menatapnya dengan mata yang masih menyala-nyala."Kamu tahu apa yang paling menyakitkan, Bang?" Novita memulai dengan suara bergetar. "Bukan karena kamu sering ke sana. Bukan karena kamu memanjakan mereka dengan berbagai barang. Tapi karena kamu merasa perlu berbohong padaku."Bambang duduk di sofa single di hadapan Novita, mengusap wajahnya yang letih. "Nov, aku...""Setiap kali kamu bilang ada meeting di luar kantor, sebenarnya kamu ke sana kan?" potong Novita. "Kenapa harus bohong? Apa karena kamu tahu yang kamu lakukan itu berlebihan?""Aku membawakan me

  • Istri Kedua yang Tersakiti    BAB 131 - Bara Api

    Suasana semakin mencekam di depan rumah Jelita. Beberapa tetangga mulai bermunculan dari rumah mereka, berbisik-bisik menyaksikan drama yang tengah berlangsung. Pak Karyo, tetangga sebelah, bahkan sudah berdiri di depan pagarnya dengan wajah prihatin."Novita, sudah cukup!" Bambang akhirnya membentak, sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada istrinya selama belasan tahun pernikahan mereka. "Kita pulang sekarang!""Kau berani membentakku sekarang?" Novita tertawa getir, matanya masih menatap tajam ke arah Jelita yang berdiri gemetar di belakang Faris. "Demi perempuan ini?"Ayah Jelita, melangkah maju. "Mbak Novita, saya mohon... ini bukan tempat yang tepat untuk menyelesaikan masalah keluarga. Tetangga-tetangga sudah mulai berkumpul.""Biar saja!" Novita menjerit histeris. "Biar semua orang tahu kalau anak kalian adalah perusak rumah tangga orang!""Cukup!" kali ini Ibu Jelita yang angkat bicara, suaranya bergetar menahan amarah. "Mbak No

DMCA.com Protection Status