Tak lama setelahnya, Salsa minta diantarkan pulang ke rumahnya. Selain lebih dekat dibanding kediaman Raka dan Indri, dia juga butuh waktu untuk beristirahat dengan nyaman untuk sejenak saja.Hanya saja, siapa sangka Raka ternyata sudah ada di sana? Pria itu duduk di sofa ruang tamu dan mengejutkan dirinya yang baru saja masuk ke dalam rumah. Untungnya, Evan dan juga Mayang hanya mengantarkan sampai di depan rumah karena harus kembali ke kampus. Meski demikian, Salsa tetap merasa tidak nyaman dengan tatapan mata Raka yang begitu tajam padanya. Dalam hati, Salsa bertanya-tanya apakah ada kesalahan yang dia buat sehingga membuat Raka murka? Sayangnya, Salsa merasa tak memiliki kesalahan apapun. "Kamu senang dengan perhatian pria itu?" tanya Raka. Pertanyaan Raka cukup membingungkan Salsa, membuatnya lagi-lagi harus berpikir keras untuk bisa mengerti dengan maksud Raka. Akan tetapi, Salsa tak juga merasa melakukan apa yang dikatakan oleh Raka, hingga tampak masih kebingunga
Salsa pun terbangun dari tidurnya karena merasa lapar dan ternyata hari sudah siang. Pantas saja, cacing di perutnya sudah berdendang minta diisi! Bukan hanya sekedar itu saja, tapi ada janin di dalam sana yang membutuhkan nutrisi yang cukup. Hanya saja, begitu keluar dari kamar, siapa sangka Salsa melihat Raka ada di ruang tamu bersama dengan Dara? Awalnya, Salsa mengira jika Raka sudah pergi sejak tadi namun tidak. Salsa terbelalak melihat Raka yang bahkan tampak sangat akrab dengan Dara.Ia membantu gadis kecil itu untuk menyelesaikan tugas sekolah pula! "Kak Salsa, udah bangun?" tanya Dara yang melihat Salsa berdiri di depan pintu. Hal ini membuat Raka yang sebelumnya tidak menyadarinya kini juga melihatnya. "Iya," jawab Salsa dengan anggukan kepala. "Oh .... Tadi, Kak Raka udah masak. Masakan Kak Raka enak banget, Kakak juga laparkan? Ayo makan," ujar Dara. Salsa pun mengangguk ragu dengan ucapan Dara. Apa mungkin Raka memasak?Mungkin, mie instan? pikirnya. Ta
Seperti biasa .... Setelah sampai di persimpangan jalan, Salsa akan turun dari mobil Raka, lalu menaiki taxi untuk sampai di rumah Raka. "Hati-hati ya," pesan Raka saat Salsa akan turun dari mobil. "Iya." Salsa mengangguk dengan senyuman yang tampak sangat mengembang. Rasanya, kehangatan ini tak ingin berlalu begitu saja. "Nanti malam, Mas datang ke kamar kamu," ucap Raka lagi. "Nggak usah, Mas. Takut kalau Nyonya Indri tahu gimana?" tanya Salsa yang tampak panik. "Tidak. Aku pastikan aman." Raka pun berusaha untuk meyakinkan Salsa bahwa semuanya akan baik-baik saja. Keduanya seperti ABG yang sedang mencari tempat untuk bisa berduaan dengan sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan orang-orang. Ini lucu, tapi cukup menggemaskan. Apalagi, selama hidupnya, Salsa tak pernah berpacaran. "Ya udah, tapi Salsa nggak mau kalau ketahuan Nyonya Indri," kata Salsa memperingatkan. "Hati-hati." "Iya."Seperti sebelumnya pula, ketika di rumah Raka semuanya tak lagi sama saat kedu
"Hay, Bos," sapa Gio pada Raka.Namun, pria yang duduk di kursinya tampak tak bersemangat untuk membalas sapaan akrab Gio.Raka terlalu kesal pada sahabat sekaligus asistennya itu sebab sang Oma berkeinginan untuk menjodohkan dengan istri keduanya. Istri kedua yang begitu cantik dan membuatnya begitu tertarik, bahkan sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang ayah. "Mukamu terlihat kusut, Bos. Apa perlu disetrika?" seloroh Gio. "Mulutmu yang perlu kusetrika. Kalau bisa, aku sumpal pakai batu!" balas Raka. Seketika itu juga, Gio tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban ketus Raka.Tidak ada wajah persahabatan yang ditunjukkan oleh bosnya itu saat ini padanya. Jelas terlihat kecemburuan di wajah seorang Raka Januartha. Tentu saja Gio tahu bahwa Raka berkeinginan untuk menceraikan Indri dan menjadikan Salsa menjadi istri satu-satunya.Bahkan, Raka juga akan meresmikan pernikahannya dengan Salsa, sehingga semua orang akan tahu bahwa Salsa adalah miliknya. Sayangnya, semua itu
Sementara itu, Salsa telah memakai dress yang tampak sangat indah di tubuhnya. Dress yang dipersiapkan untuk acara makan malam bersama dengan Gio oleh Oma Mala. Bahkan Oma Mala merasa puas setelah melihat betapa cantiknya Salsa dengan dress sederhana yang dia berikan. Pada dasarnya Salsa adalah wanita yang cantik, anggun dan menawan. Sehingga tidak perlu memakai sesuatu yang berlebih-lebihan pun sudah membuatnya bersinar. "Dia seperti mutiara yang keluar dari cangkang kerang, sangat luar biasa," kata Oma Mala yang tak hentinya mengagumi kecantikan Salsa. Sementara Gio juga dibuat tidak berkedip kala menyadari ternyata istri kedua Raka itu begitu cantik. Kini dia tahu mengapa Raka memutuskan untuk memilih Salsa sebagai istrinya! Salsa bukan hanya cantik parasnya, tapi juga baik hatinya dan lembut tutur katanya. "Luar biasa," gumam Gio penuh pujian sembari membenarkan celananya yang sedikit kedodoran.Ya, celana pilihan Oma Mala yang harus dia pakai makam ini. Tepatnya
Seperti yang dikatakan oleh Oma Mala sebelumnya bahwa ia telah menyiapkan makan malam romantis untuk Salsa dan Gio di salah satu restoran miliknya. Bahkan untuk malam ini restoran tersebut ditutup agar tidak ada yang menggangu. "Ayo duduk," kata Gio mempersilahkan. Salsa menurut saja meskipun dengan perasaan terpaksa.Benar-benar pasrah pada keadaan yang sebenarnya sangat tidak diinginkan olehnya."Sudahlah, jangan terlalu pusing memikirkan Oma. Kita nikmati saja makanan ini seakan semuanya sesuai dengan keinginan Oma," ujar Gio. "Aku males ribut dengan, Mas Raka," terang Salsa. "Ya, aku mengerti." Gio paham apa yang ada dipikiran Salsa.Biar bagaimanapun, Raka adalah sahabatnya yang ia hapal tingkahnya sejak lama. Gio lantas meminta agar pemain piano untuk menghentikan permainannya. Karena ini bukan makan malam romantis sungguh seperti perintah dari Oma Mala. Suasana benar-benar sangat romantis jika saja yang menikmati adalah sepasang kekasih. Tetapi, tidak untuk Gio
"Nih!" Gio membuka pintu mobil dan bermaksud memberikan jagung bakar pada Salsa dan Raka. Akan tetapi, dia dibuat terkejut dengan apa yang dia lihat. Begitu juga dengan Raka dan juga Salsa, keduanya juga tak kalah terkejut padahal masih tidak ingin diganggu oleh siapapun. "Emang dasar ya!" umpat Gio. "Makanya nikah!" ejek Raka. "Udahlah, ini ambil," Gio pun tak ingin membahas tentang pernikahan. Lagipula dengan siapa ia akan menikah? Gio tak memiliki kekasih karena tak punya waktu selama bekerja dengan Raka. "Dasar ya kalian berdua, pantas saja nyuruh aku keluar!" gerutu Gio yang tak lupa saat memergoki Salsa dan Raka barusan. Wajah Salsa pun memerah menahan malu yang tak dapat dia jelaskan. Bagaimana bisa Gio sampai melihatnya? "Berisik!" balas Raka tak perduli dengan ucapan Gio. Kemudian ketiganya pun memutuskan untuk kembali ke rumah.Karena Raka takut Salsa kelelahan dan juga terlalu lama terkena angin malam tentunya tak baik bagi ibu hamil. Akan tetapi, R
Salsa duduk di sebuah kursi taman. Suasana malam mulai sepi. Mungkin seperti perasaannya saat ini. Hati Salsa terasa sakit kala Indri mengatakan bahwa dirinya adalah wanita murahan, wanita rendah yang suka bergonta-ganti pria. Terkadang Salsa juga bingung akan sikap Indri terhadap dirinya. Mengapa ia tak pernah menyukai Salsa, padahal dia yang menarik Salsa masuk ke dalam rumah tangganya sendiri? Bukankah dulunya Salsa pernah menolak kerja sama gila ini?Akan tetapi, Indri memaksa Salsa yang hanya orang miskin, hingga tak mampu berbuat apapun selain menurut. Lantas mengapa seakan posisi Salsa begitu hina, bahkan sampai dituduh begitu kejam? Tanpa punya perasaan, Indri juga sering kali mengejutkan kata kasar yang sebenarnya tidak pantas untuk didengar.Padahal Salsa tak pernah menentang apapun keinginan Indri, dirinya hanya menurut seperti yang dikatakan sejak awal.Salsa memejamkan mata. Berusaha keras mencoba untuk mengingat kesalahan yang pernah dia lakukan terhadap Indr
Salsa merasa sedih karena Indri telah memutuskan untuk pergi. Tapi apa yang bisa dia lakukan untuk mencegahnya, meskipun telah berusaha untuk meyakinkan Indri tapi hasilnya tetap sia-sia. *** Kini Salsa telah menjadi istri satu-satunya, pernikahannya pun tak lagi menjadi rahasia, semua orang juga telah mengetahui bahwa Salsa lah istri Raka yang sah. Hingga beberapa bulan kemudian Salsa pun melahirkan seorang anak perempuan, keluarga besar Januartha sangat berbahagia menyambutnya. Salsa juga tidak lagi merasa takut, jelas terlihat semua anggota keluarga suaminya menerima anaknya penuh kehangatan. Salsa melahirkan anaknya secara normal, tapi Raka merasa kasihan terhadap istrinya tersebut karena menyaksikan sendiri bagaimana sebelumnya Salsa menahan sakit sendirian. Andai saja rasa sakit itu bisa dibagi dia mau mengurangi rasa sakitnya. "Terima kasih," ucap Raka sambil menggenggam tangan Salsa dengan sangat erat. Salsa pun tersenyum sebagai jawaban, dia merasa sempurna
"Kak Indri," ucap Salsa sambil berjalan masuk ke kamar Indri. Krang! Piring di tangannya seketika terjatuh dari tangganya, tak menyangka melihat Indri telah berdiri tegak. Dirinya seperti sedang dikejutkan dengan apa yang kini dia lihat. "Salsa," panggil Indri. Saat itu Salsa pun mulai tersadar dari keterkejutannya. Dia tak menyangka jika kini Indri bisa berdiri sendiri. "Salsa, ada apa?" tanya Sinta yang menyusul masuk setelah mendengar suara pecahan. Sinta takut jika saja Salsa yang terpeleset, bagaimana dengan keadaan janinnya? Bahkan Sinta juga sangat mengkhawatirkan keadaan Salsa. Semua pikiran buruknya benar-benar membuatnya panik bukan main. Tapi dia pun dibuat terkejut melihat Indri sudah bisa berdiri. Rasanya tak percaya dengan apa yang telah dia lihat saat ini. Ini seperti tidak mungkin, tapi itulah yang terjadi. "Indri?" Sinta menatap tidak percaya tapi inilah kenyataannya. Matanya membulat sempurna tanpa bisa berkedip sama sekali, sekarang dia men
Salsa pun tersenyum bahagia karena hari ini dirinya telah menjadi seorang sarjana, tidak ada yang menyangka bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan pendidikan. Bahkan dirinya sendiri sekalipun merasa ini adalah sebuah hal yang mengejutkan, siapa sangka ternyata disaat dirinya merasa terjatuh-sejatuh-jatuhnya ternyata ada setitik cahaya yang membawanya sampai di hari ini. Hari dirinya menjadi salah satu dari mereka yang menyelesaikan pendidikan seperti yang diinginkan oleh sang Nenek. Ya, air mata Salsa juga menetes haru seiring mengenang kembali wajah mending sang Nenek yang telah menghadap sang illahi. Semua ini juga tak lepas dari peran penting dalam proses pencapaian pendidikannya. Mendukungnya dalam segala hal, sayang kini Neneknya tak bisa mengucapkan selamat padanya. Padahal Salsa juga ingin mengucapkan selamat juga pada sang Nenek karena perjuangan Neneknya tidak sia-sia. Kini hasilnya dirinya telah seperti ini, bahagia rasanya tak dapat terucap oleh kata-kata.
Salsa langsung mengambil ponselnya dia tidak lagi menggunakan ponsel lamanya, karena kata Raka sudah butut. Lagi pula ponsel seharga 1 m nya juga harus digunakan, sebab dia sudah membayarnya mahal tadi malam. Tentu saja mahal karena dirinya harus bergoyang seperti orang gila, ah sudahlah. Salsa pun tidak lagi bisa berkata-kata. Dan ketika panggilan telepon tersambung dia langsung saja berbicara. "Abang, Salsa mau kasih tahu hal yang penting," ucap Salsa dengan cepat. "Kamu sakit? Mau melahirkan?" tanya Raka panik. Dia takut terjadi sesuatu pada istrinya tersebut. "Kok melahirkan? Hamil juga masih 6 bulan," gerutunya. "Jadi berapa bulan baru bisa melahirkan?" tanya Raka dengan bodohnya. Inilah Raka jika sudah berbicara dengan Salsa otaknya tak akan bisa bekerja dengan baik lagi. "Sembilan bulan, Abang!" kesal Salsa. "Oh iya, lupa," ucap Raka sambil menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung kenapa bisa bodoh seperti ini, tapi sudahlah saat ini dia ingin berbicar
Salsa pun tersenyum sambil melangkahkan kakinya, dia tak dapat menahan kebahagiaan yang tengah dia rasakan. Bahkan tidak menyangka jika hari ini keluarga suaminya begitu menyayangi dirinya. Hingga akhirnya langkah kakinya pun terhenti saat melihat Indri tengah berjemur di halaman. Segera Salsa pun melangkah mendekati Indri.Dia ingin melihat bagaimana keadaan Indri, semoga saja ada kemajuan. "Nyonya Indri, apa kabar?" tanya Salsa. Sebab, kemarin tidak bertemu dengan Indri sama sekali. Rasanya ada banyak hal yang harus dia tanyakan, terutama apakah sudah ada kemajuan.Meskipun sadar Indri tidak bisa menjawab pertanyaannya, tidak apa yang terpenting adalah kesehatan Indri baik. "Sa, aku ke toilet bentar ya," kata Mayang yang bertugas membantu Indri untuk melakukan segala sesuatunya. Termasuk berjemur juga. "Iya, nggak papa aku juga pengen berjemur dulu. Kamu istirahat dulu aja sekalian, nanti kalau ada sesuatu aku panggil kamu ya," jawab Salsa. "Siap, makasih Nyonya
Pagi ini rasanya sangat melelahkan karena malam panjang yang terlalu panas. Namun, meskipun sedemikian Salsa juga harus bangun pagi-pagi karena perutnya terasa lapar. Tentunya setelah dia mandi pagi. "Lho, kamu sudah sarapan pagi?" tanya Sinta ketika melihat Salsa sudah selesai sarapan. Padahal dirinya baru saja bangun dan sarapan pun tengah disiapkan oleh para Art. Sepertinya Salsa membuat sarapannya sendiri dan untuk dirinya sendiri saja agar lebih cepat prosesnya. "Iya, Ma. Maaf ya, Salsa sarapan duluan. Soalnya laper banget," ucap Salsa dengan perasaan tidak enak karena biasanya sarapan pagi bersama. "Tidak masalah, bahkan itu sangat bagus karena cucu Mama butuh nutrisi juga," balas Sinta. Kemudian dia pun segera duduk di samping Salsa Tentu saja karena ingin memegang perut buncit Salsa. "Cucu, Oma," katanya dengan senyuman penuh kebahagiaan. "Ma," panggil Salsa dengan ragu, dia ingin tahu apakah benar Sinta sudah tahu jenis kelamin calon anaknya seperti yan
Dengan terpaksa Salsa pun harus menuruti keinginan Raka. Bukan, mungkin lebih tepatnya dia harus memenuhi janji yang telah dia ucapkan sendiri dengan penuh kesadaran. Jika mungkin waktu bisa diputar kembali maka dia akan menarik ucapannya. Sayangnya itu tidak mungkin. Karena kenyataan kini Raka terus menagih janjinya. Malu rasanya tidak terkira dan tidak dapat terucapkan oleh kata-kata. Lihatlah kini dirinya harus memakai lingerie, warnanya begitu kontras dengan warna kulitnya. Dan membuat Raka semakin bersemangat untuk melihatnya. "Mana goyangannya?" pinta Raka sekaligus menggoda Salsa. Semakin Salsa merasa malu maka semakin membuatnya merasa gemas. "Aku tidak bisa gerak," ucap Salsa memberi alasan. "Benarkah?" tanya Raka lagi. "Hu'um," Salsa pun mengangguk cepat. Berharap Raka memintanya untuk segera menghentikan semua kekonyolan ini. "Coba dulu," ucap Raka. Ah! Batinnya pun mendesah pasrah karena ternyata Raka tidak memintanya untuk menghentikan semu
"Salsa." "Ya, Oma," jawab Salsa. Salsa pun merasa bahagia karena kedatangan Oma Mala cukup membantunya. Artinya dia bisa lolos dari Raka. "Ini Oma bawakan rujak, barusan Oma dan yang lainnya ngerujak," Oma Mala pun tersenyum sambil berjalan ke arah Salsa. "Wah terima kasih, Oma. Melihatnya saja udah ngiler," kata Salsa. Bertempat dengan Raka yang keluar dari kamar mandi, tentunya setelah menyelesaikan mandinya. "Kalau gitu Oma keluar dulu," pamit Oma Mala. "Lho, kok buru-buru?" tanya Salsa dengan panik. Padahal sebelumnya sudah begitu bersemangat karena merasa mendapatkan bantuan. Sayangnya tidak. "Memangnya kenapa?" Oma Mala terlihat bingung dengan pertanyaan Salsa. Salsa pun tersenyum kecut sambil menatap wajah Raka dengan horor. Padahal pria tampan itu hanya diam saja menyaksikan dirinya dan Oma Mala tengah berbicara. Tapi kenapa dia merasa bulu kuduknya berdiri? "Oma, jadikan ngajakin Salsa masak?" tanya Salsa tiba-tiba. Membuat sang Oma pun bingung
Perlahan Salsa pun mulai tersadar dari ingatannya, dia pun mengedarkan pandangannya untuk mencari ponsel yang telah dia jatuhkan. Hingga akhirnya menemukan ponsel tersebut. Kakinya pun kembali melangkah dan tangannya pun bergerak untuk meraih ponsel tersebut. Namun, karena perutnya yang sudah begitu membuncit membuatnya kesulitan untuk berjongkok. Raka yang dari tadi hanya berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan seperti apa reaksi Salsa pun kini mulai melangkah lebih maju. Dengan cepat membantu Salsa untuk mengambil ponsel tersebut. Tapi Salsa yang dibuat sok bukan main, bukan karena takut pada Raka. Namun, ada ingatan yang membuatnya menjadi sulit untuk bernafas sekalipun. Bahkan untuk menerima ponsel yang diberikan Raka padanya pun sulit rasanya untuk menerimanya. "Ambil," kata Raka sambil menggerakkan ponsel di tangannya. Glek! Salsa dibuat meneguk saliva dengan begitu pahitnya, padahal Raka tidak marah, apa lagi suka memukulnya. Namun, tetap sa