"Sepertinya saya tidak perlu menjawab lagi, karena Anda sudah tau apa alasannya," ucap Jihan dengan ketus.
Abraham langsung memegang tangan Jihan dengan kuat, membuat gadis itu ketakutan. Sebab, ia tidak mau sampai Abraham menyentuhnya lagi.
"Saya ingatkan padamu, di sini yang berhak berbuat apapun tanpa persetujuan adalah saya!" ancam Abraham.
Kemudian dia menghempaskan tangan Jihan dengan kasar, membuat wanita muda itu kesal.
"Kenapa Anda sangat kasar? Padahal, sebelum kita menikah Tuan sangat baik. Bahkan membentak saya tidak pernah, berbeda dengan sekarang?!" tanya Jihan sambil menatap wajah Abraham.
Pria itu hanya diam, kemudian bergegas pergi dari sana. Sebab, ia ingin menenangkan pikiran entah mengapa sikapnya berubah sejak ia harus menuruti semua keinginan Mikhaela.
Padahal, dulu Abraham tidak pernah marah-marah pada Jihan. Walaupun wanita muda itu membuat kesalahan.
Sedangkan Jihan, langsung bergegas mandi dalam keadaan kesal pada Abraham sejak pria itu merubah kesepakatan yang mereka buat.
"Seenaknya saja dia mengancam dan mengingatkan. Padahal, saya di sini yang menjadi korban, keperawanan yang direnggut!" gram Jihan.
Setelah selesai mandi, Jihan menggunakan handuk kimono dan berjalan ke luar dengan perlahan. Sebab, masih terasa sangat sakit bekas perbuatan Abraham semalam.
Wanita muda itu melihat sudah ada sarapan di atas meja, kemudian ia bergegas berjalan menuju sofa dan duduk disana sambil memakan sarapannya.
Setelah selesai, dia bergegas mengenakan baju milik Abraham. Sebab tidak sudi memakai lingerie yang disiapkan oleh Mikhaela.
Pada saat itu juga Mikhaela menelponnya, melalui panggilan video dan ia pun langsung menjawab. Sebab takut ada hal yang penting.
Mikhaela: Pagi Jihan, bagaimana dengan kabarmu? Apa kalian di sana baik-baik saja?"
Jihan: Baik Kak, apa Kakak di sana juga baik?
Mikhaela tersenyum, walaupun hatinya sakit tetap ia mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja saat ini. Sebab, dia melihat Jihan menggunakan baju sang suami.
Mikhaela: Jangan buru-buru pulang ya! Berlibur dulu di sana.
Jihan: Baik Kak.
Mikhaela tersenyum, kemudian memutuskan sambungan video call mereka. Sebab ia tidak sanggup melihat Jihan memakai baju sang suami. Itu artinya mereka sudah berbulan madu di Turki.
"Secepat itu mas Abraham menyentuh Jihan. Tapi lebih cepat lebih bagus," gumam Mikhaela dalam isak tangisnya.
Walaupun sakit, Mikhaela tetap bahagia. Sebab ia dan sang suami akan memiliki anak, walaupun bukan lahir dari rahimnya.
***
Jihan menidurkan tubuhnya di sofa, kemudian berpikir masa depannya sudah hancur karena Abraham merubah surat perjanjian mereka.
Wanita itu sangat membenci Abraham, dan berjanji tidak akan bertegur sapa dengan sang majikan yang sekarang menjadi suaminya.
Pada saat itu juga Abraham masuk ke dalam, dan Jihan langsung menutup mata agar tidak melihat pria yang dibenci.
"Jihan, kamu tidur atau tidak?" tanya Abraham.
Jihan hanya diam, karena dia memang tidak mau berbicara lagi dengan Abraham. Kemudian pria itu menghampirinya.
"Kamu jawab saya kalau belum tidur!" bentak Abraham.
Namun, Jihan hanya diam tidak menjawab. Hal itu membuat Abraham yakin kalau sang istri sudah tidur dan dia menggendong wanita itu memindahkannya ke ranjang dengan perlahan.
Abraham menatap wajah Jihan dengan lirih, karena dia mengorbankannya, hanya karena ingin menuruti setiap permintaan Mikhaela.
Jujur, dia tidak tega pada Jihan. Namun, mau bagaimana lagi. Mikhaela adalah hal yang terpenting dari apapun.
Kemudian, dia bergegas pergi dari sana menuju ruang tamu, dan menelpon anak buahnya untuk menyiapkan penerbangan tercepat besok. Sebab ia ingin segera pulang melihat istri tercintanya.
Hal itu pun diketahui oleh Jihan. Sebab dia mengintip dari balik pintu, guna memastikan pria itu tidak akan mabuk lagi seperti semalam.
Wanita muda itu pun kembali tidur sampai malam hari. Setelah dia bangun sudah ada makan malam di meja, tidak tunggu lama ia bangun dan mencuci wajah. Kemudian memakan makanan itu sampai habis.
Pada saat itu juga Abraham masuk ke dalam kamar, dan memberikan sebuah dress panjang berwarna biru.
"Itu untuk besok, karena kita akan pulang," terang Abraham.
Jihan hanya menganggukkan kepalanya, kemudian membereskan sisa makanannya. Setelah itu, dia duduk di sofa sambil bermain ponselnya.
Ada beberapa pesan masuk dari Angga. Namun, Jihan sama sekali tidak membaca malah dia langsung menghapus pesan tersebut. Bahkan dia blokir nomor sang sahabat.
Bukan karena dia marah pada Angga yang tidak pernah peka akan perasaannya. Namun, sekarang ia sudah menjadi istri orang dan tidak boleh lagi berteman dengan seorang pria.
Wanita itu bermain ponselnya sampai tertidur di sofa, dan Abraham melihat langsung membawa sang istri masuk ke dalam kamar. Sebab udara di sana sangat dingin. Di dalam kamar mereka saja harus menyalakan penghangat ruangan.
Abraham pun ikut tertidur di samping Jihan, tanpa sadar ia memeluk istrinya dengan erat. Hal itu membuat sang empunya merasa sangat hangat dan semakin nyenyak.
Keesokan paginya, Jihan sudah terbangun terlebih dahulu, dan dia langsung bersiap-siap. Sebab penerbangan mereka sebentar lagi.
Setelah Jihan bersiap, dia melihat Abraham juga sudah siap. Padahal saat dia bangun, pria itu masih tidur.
"Jihan, koper itu tidak usah dibawah! Biarkan saja di sini," pinta Abraham.
Jihan hanya menganggukkan kepala, karena dia tidak ingin berbicara pada Abraham. Hal itu membuat sang suami kesal, karena sejak kemarin Jihan hanya mengangguk saat dia berbicara.
"Kamu itu punya mulut tidak! Dari kemarin saya bicara kamu hanya mengangguk!" bentak Abraham.
"Itu hak saya Tuan, mau menjawab atau tidak! Jadi, tolong hargai keputusan saya!" jawab Jihan ketus.
Jihan pun bergegas pergi dari sana, karena Taksi sudah menunggu. Sedangkan Abraham masih terdiam. Sebab, Jihan sudah berani melawannya.
"Sekarang dia bisa melawan. Tapi saat di rumah saya pastikan tidak akan bisa melawan saya!" kesal Abraham.
Abraham bergegas berjalan ke luar dan masuk ke dalam mobil. Kemudian supir membawa mereka ke bandara.
***
Mikhaela terkejut mendengar kalau Abraham dan Jihan akan segera kembali. Dia berpikir apakah mereka memiliki masalah, kembali secepat ini?
"Terima kasih atas informasinya," ucap Mikhaela pelan.
Anak buahnya langsung bergegas pergi dari sana, kemudian dia mencoba untuk menghubungi Abraham. Namun, tidak bisa, karena sang suami sudah berada di pesawat.
"Apa mereka ada masalah? Padahal baru dua hari pergi, kini sudah kembali," gumam Mikhaela.
Wanita itu pun berjalan ke luar rumah, karena dia merasa bosan. Padahal ia harus beristirahat di rumah.
Wanita itu berjalan ke luar dari gerbang dan melihat sekeliling, terlihat sangat indah banyaknya bunga bermekaran indah. Namun, tiba-tiba saja perutnya sakit tidak tertahankan.
"Tolong! Sakit sekali perutku!" teriak Mikhaela.
Namun, satpam di rumahnya tidak mendengar. Sebab jarak rumah dari lokasinya sekarang sedikit jauh.
Mikhaela tidak bisa menahan rasa sakit itu sampai jatuh pingsan. Pada saat itu juga ada seorang pria yang melewati jalan tersebut langsung menghampiri Mikhaela.
"Mikhaela!" Pria itu langsung membawa Mikhaela masuk ke dalam mobilnya. Bersambung.
Setelah sampai di rumah, Abraham langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Namun, tidak ada Mikhaela di sana. Kemudian, ia mencari sang istri di halaman belakang.Namun, wanita itu juga tidak ada di sana. Bahkan setiap sudut rumah tidak ada keberadaan Mikhaela. Hal itu membuat Abraham marah."Kenapa kalian tidak tau istriku pergi!" bentak Abraham kesal.Sebab, semua satpam tidak tau kapan Mikhaela pergi dari rumah. Karena tengah mengerjakan tugas masing-masing."Maaf Tuan, kami tidak tau kalau nyonya pergi," jelas satpam tersebut dengan pelan.Abraham mengecek CCTV, dan melihat istrinya pergi dari rumah. Namun, tak kunjung kembali. Kemudian ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Mikhaela.Sedangkan Jihan, hanya diam melihat. Sebab, ia tidak tau harus berbuat apa, karena biasanya Mikhaela tidak pernah pergi tanpa seizin Abraham.Wanita muda itu bergegas pergi untuk mengajarkan tugas seperti biasanya. Kemudian dia membuatkan kopi hitam kesukaan Abraham. Setelah selesai, ia me
Abraham membawa Jihan ke ranjang, kemudian dia membuka baju. Hal itu membuat Jihan semakin takut dan terbayang malam pertama mereka."Tuan, saya mohon jangan lakukan lagi!" mohon Jihan.Abraham langsung menatap wanita itu, kemudian memeriksa salep yang diberikan Dokter tadi pagi padanya. Sebab, dibangian pinggangnya ada memar sedikit akibat ia terjatuh dari motor saat pergi ke kantor dengan terburu-buru."Tadi saya minta bantuan Mikhaela. Tapi dia tidak bisa. Jadi, minta bantuan kamu, yang sudah menjadi istri saya," terang Abraham.Jihan bernafas lega, kemudian mulai mengolesi luka lebam Abraham dengan perlahan. Setelah selesai, dia melihat sang suami sudah tidur dengan pulas. Sehingga ia tidak tega membangunkan pria itu.Walaupun dia masih marah dengan Abraham. Namun, saat melihat pria itu tidur hatinya tersentuh. Sebab, sang suami terlihat lebih tenang seperti itu."Jihan, apa sih yang kamu pikirkan?" gumam Jihan.Wanita itu bergega
Abraham dan Jihan langsung menoleh, kemudian pria itu turun dari atas tubuh istri keduanya. Setelah itu, menghampiri Mikhaela yang masih berada di depan pintu."Ada apa sayang?" tanya Abraham dengan lembut sambil mengecup keningnya.Mikhaela menggelengkan kepalanya, karena hatinya sakit melihat sang suami bersama wanita lain. Namun, semua itu memang keinginannya.Sedangkan Jihan, masih di ranjang. Sebab kepalanya masih sedikit pusing. Kemudian Mikhaela menghampiri madunya."Jihan, aku dengar kamu sakit," ujar Mikhaela lembut."Tidak sakit Kak, hanya pusing dan kelelahan. Mungkin karena perubahan cuaca di Turki dan di sini," sahut Jihan pelan.Mikhaela memegang tangan Jihan dengan lembut. Kemudian memeluk sang madu, karena dia berharap wanita muda itu cepat memberikan anak untuknya dan tidak berdekatan lagi dengan sang suami."Aku yakin kalau kamu tidak akan mencintai suamiku," bisik Mikhaela pelan di telinga Jihan.Jihan mengan
Angga terkejut karena Abraham dapat menebak dengan benar kalau dia pergi karena Jihan sudah menikah. Namun, ia tidak mau mengakui hal itu."Pak, aku pergi karena ingin melanjutkan bisnis di sana. Lagipula di sini ada orang kepercayaan yang mengurus perusahaan ini," terang Angga.Abraham terdiam karena mendengar ucapan Angga yang mengatakan kepergiannya tidak ada hubungannya dengan Jihan.Kemudian, Abraham pun bergegas pergi dari kantor Angga karena dia masih banyak pekerjaan di kantornya, pria itu lega jika kepergian Angga memang tidak ada hubungannya dengan Jihan.Sebab, Jika itu terjadi dia sangat terpukul karena sudah menikahi Jihan wanita yang dicintai oleh sahabatnya.Di tempat lain, Jihan sudah terbangun dan dia pun menenangkan dirinya yang sudah lumayan segar di taman belakang. Wanita itu melihat bunga-bunga yang bermekaran indah di sana.Pada saat itu Mikhaela datang dan duduk di samping Jihan. Kemudian Jihan melihat istri pertama sa
Abraham langsung menolah, terlihat Mikhaela berdiri di belakangnya sambil terus menatap dirinya yang tengah menyantap makanannya."Sini sayang, kita makan bersama!" Abraham menarik tangan sang istri duduk di sampingnya.Kemudian, dia menyuapi sang istri dengan sangat mesra. Hal itu membuat Mikhaela sangat bahagia diperlakukan seperti ini oleh Abraham."Mas, besok ada undangan pernikahan dari rekan bisnismu. Tadi dia yang mengantarkan langsung ke sini. Tap ..." Mikhaela tidak meneruskan ucapannya.Hal itu membuat Abraham cemas, kenapa sang istri tidak meneruskan ucapannya. Sudah pasti ada sesuatu."Tapi apa?" tanya Abraham penasaran."Tapi, aku tidak bisa menemanimu. Jadi biarkan Jihan ikut, karena dia juga istrimu," jawab Mikhaela.Abraham mengelengkan kepala, karena tidak ada yang tahu pernikahannya dan Jihan. Lagipula ia tidak ingin sampai ada yang tahu hal ini.Jadi, mana mungkin dia membawa Jihan menghadiri acara pernikahan
Abraham sangat terkejut mendengar ucapan para wanita itu. Kemudian, di mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, mereka semua tidak percaya padanya."Halah, mana ada maling ngaku!" teriak mereka semua."Sumpah Mbak, saya di sini hanya menemani adik. Karena dia tidak berani pergi sendirian," terang Abraham.Namun, mereka semua sama sekali tidak percaya, sehingga para wanita itu memukuli Abraham mengunakan tas samping masing-masing."Jihan, cepat ke luar!" teriak Abraham.Sontak saja membuat Jihan terkejut, kemudian dia bergegas ke luar dan melihat suaminya dipukuli oleh para wanita.Jihan langsung berlari menghampiri sang suami, kemudian melerai kesalahpahaman yang terjadi di sini."Maaf ya Bu, dia Kakaksaya," maaf Jihan dengan pelan."Ternyata benar dia Kakak kamu?" tanya wanita tersebut dan Jihan menganggukkan kepalanya.Sontak saja membuat mereka semua malu dan bergegas pergi dari sana. Sedangkan
Jihan langsung terbangun dan melihat di dalam kamar mereka tidak ada Mikhaela. Itu artinya dia bermimpi tadi kalau istri pertama sang suami ada di sini melihat mereka. "Ternyata hanya bermimpi. Tapi, seperti sangat nyata, karena saya terbangun saat tuan Abraham berteriak," gumam Jihan pelan. Wanita muda itu tidak melihat adanya sang suami di sampingnya. Kemudian melihat ada sepucuk surat dan ia langsung membacanya. Abraham: Jihan, saya sudah pulang pagi-pagi sekali. Sebab, ingin ke kantor. Maaf tidak membangunkanmu. Pulanglah bersama supir dan katakan pada Mikhaela seperti yang saya ucapakan semalam. Jihan bergegas bangun dan langsung mandi. Namun, ia tidak merasa sakit lagi dibangian sensitifnya. Tidak seperti saat pertama kali melakukan hal itu. Setelah selesai mandi, dia melihat ada gaun miliknya semalam dan langsung mengenakan. Kemudian berjalan ke luar hotel menghampiri supir yang sejak semalam menunggu. "Pak, tuan Abr
Jihan melepaskan tangannya, kemudian Abraham menoleh dan dia memberikan ponsel pria itu yang tertinggal di sofa. Kemudian Abraham bergegas pergi dari sana menuju kamarnya untuk menyiapkan apa saja yang akan dibawa ke luar kota.Abraham mulai memasukan beberapa baju ke dalam koper miliknya. Kemudian dia duduk sambil membayangkan setiap kali dirinya akan ke luar kota pasti Jihan yang melakukan ini.Namun, sekarang hubungannya dengan Jihan sedang tidak baik-baik saja. Yang mengharuskannya menyiapkan semua sendirian."Ini semua karena permintaan konyol Mikhaela. Kalau saja dia tidak memaksa saya untuk menikahi Jihan! Sekarang kami bertiga hidup bahagia seperti sebelumnya," gumam Abraham.Pria itu pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Tiba-tiba saja perutnya sakit dan dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi.Pada saat itu juga Jihan masuk ke dalam kamar sang suami dan melihat pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dan dia menyiapkan baju untuk A
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing