Setelah sampai di rumah, Abraham langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Namun, tidak ada Mikhaela di sana. Kemudian, ia mencari sang istri di halaman belakang.
Namun, wanita itu juga tidak ada di sana. Bahkan setiap sudut rumah tidak ada keberadaan Mikhaela. Hal itu membuat Abraham marah.
"Kenapa kalian tidak tau istriku pergi!" bentak Abraham kesal.
Sebab, semua satpam tidak tau kapan Mikhaela pergi dari rumah. Karena tengah mengerjakan tugas masing-masing.
"Maaf Tuan, kami tidak tau kalau nyonya pergi," jelas satpam tersebut dengan pelan.
Abraham mengecek CCTV, dan melihat istrinya pergi dari rumah. Namun, tak kunjung kembali. Kemudian ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Mikhaela.
Sedangkan Jihan, hanya diam melihat. Sebab, ia tidak tau harus berbuat apa, karena biasanya Mikhaela tidak pernah pergi tanpa seizin Abraham.
Wanita muda itu bergegas pergi untuk mengajarkan tugas seperti biasanya. Kemudian dia membuatkan kopi hitam kesukaan Abraham.
Setelah selesai, ia membawa kopi yang dibuat ke ruang tamu dan memberikan pada sang suami.
Saat dia hendak pergi, tangannya ditarik oleh Abraham. Membuat Jihan menghentikan langkah dan menoleh ke arah sang suami.
"Apa ada masalah?" tanya Jihan pelan.
"Ikutlah denganku ke rumah sakit," jawab Abraham.
Jihan menganggukkan kepala, dan Abraham menghabiskan kopi buatan sang istri. Kemudian mereka bergegas pergi dari sana menuju rumah sakit.
Jihan hanya diam, karena dia tidak berani bertanya mau apa mereka ke rumah sakit. Padahal Mikhaela belum ditemukan. Setelah sampai mereka langsung pergi ke IGD.
Mata Jihan membulat sempurna saat melihat Mikhaela terbaring di atas ranjang pasien. Bukan hanya itu saja, di sana juga ada Angga sang sahabat yang dicintai.
"Angga, ada apa dengan istri saya?" tanya Abraham cemas.
"Tadi aku menemukannya pingsan. Jadi aku membawanya ke sini," jawab Angga pelan.
Angga adalah rekan bisnis Abraham yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Sebab mereka sudah lama kenal.
Abraham langsung memeluk sang istri yang belum sadarkan diri. Kemudian dokter menyarankan agar Mikhaela dipindahkan ke ruang inap agar dapat penanganan khusus.
Abraham menyetujui hal itu, dan mereka memindahkan Mikhaela. Angga meminta agar Jihan mau berbicara denganya sebentar.
Jihan pun tidak keberatan. Sebab Abraham masih sibuk mengurus Mikhaela. Jadi, pria itu tidak akan tau dia berbicara dengan Angga.
"Kenapa kamu blokir nomorku?" tanya Angga.
"Karena saya sudah menikah," jawab Jihan.
Sontak saja membuat Angga terkejut, karena dia tidak tahu kalau Jihan sudah menikah. Bahkan, selama ini mereka kenal, wanita itu sama sekali tidak memiliki pacar.
"Dengan siapa? Karena selama ini aku tidak tau kamu punya pacar," tanya Angga lagi.
Jihan tidak menjawab, kemudian dia bergegas pergi dari sana. Sebab hatinya sakit melihat pria yang dicintainya sejak mereka masih SMP.
Ya, Angga adalah sahabat Jihan sejak mereka masih duduk di bangku SMP. Namun, kehidupan mereka jauh berbeda, karena Jihan hanya anak seorang pembantu.
Sedangkan Angga anak orang kaya. Namun pria itu ingin bersahabat dengannya sampai saat ini.
"Jihan, kenapa kamu seperti ini? Padahal aku menyukaimu," gumam Angga lirih.
Angga tidak pernah memandang rendah Jihan, karena dia sangat mencintai wanita muda itu sejak pertama kali mereka bertemu.
Namun, dia tidak berani mengungkapkan, karena takut Jihan menolak. Sebab setatus mereka sangat jauh berbeda.
***
Jihan masuk ke dalam ruangan inap Mikhaela dan melihat Abraham menangis sambil memeluk sang istri dengan erat.
Kemudian dia duduk di sofa, sambil terus menatap Abraham yang terlihat sangat mencintai Mikhaela. Namun Jihan tidak cemburu sama sekali, sebab ia tidak mencintai sang suami.
Pada saat itu Mikhaela sadar, membuat Abraham sangat bergembira. Sebab sejak tadi dia sangat mencemaskan sang istri yang tak kunjung sadar.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar sayang," ujar Abraham lembut sambil mengelus kepala sang istri.
"Jihan, kemarilah!" panggil Mikhaela.
Jihan bangun dari duduknya dan menghampiri Mikhaela, kemudian wanita muda itu memegang tangan madunya.
"Jihan, aku ingin kau melahirkan anak untuk mas Abraham dan aku," ucap Mikhaela pelan.
Kemudian, Mikhaela meneteskan air matanya dan Jihan memeluknya dengan lembut.
"Kak, saya akan melahirkan anak untuk Tuan Abraham dan Kakak. Kita akan merawat anak itu bersama," jawab Jihan dengan lirih.
Walaupun dia sama sekali tidak menginginkan anak. Namun, ia tidak tega melihat sang majikan seperti saat ini. Sebab wanita itu sangat baik padanya sejak dulu. Di tambah lagi keadaannya sekarang seperti apa.
Sedangkan Abraham, hanya diam. Sebab dia tahu kalau Jihan hanya berbohong berbicara seperti itu pada Mikhaela.
"Mas, antar Jihan pulang. Biarkan dia istirahat!" pinta Mikhaela.
"Baik Sayang, nanti saya akan kembali lagi setelah mengantar Jihan," sahut Abraham dengan lembut.
Mikhaela tersenyum dan menganggukkan kepala. Kemudian Jihan dan Abraham bergegas pergi dari sana. Setelah sampai di dalam mobil, mereka hanya diam.
Hal itu membuat Abraham sedikit kesal. Namun masih bisa ditahan. Sebab tidak ingin ribut saat ini, karena dia tengah memikirkan Mikhaela.
Padahal, penyakit wanita itu sudah diangkat. Namun, Mikhaela kembali pingsan seperti biasa membuat dia sedikit pusing.
***
Tiga hari sudah berlalu, kini Mikhaela sudah pulang dari rumah sakit. Karena wanita itu harus banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan sedikitpun.
Pagi ini, Jihan sudah menyiapkan bubur kesukaan Mikhaela dan dia menyuapi sang majikan dengan sabar dan telaten.
"Jihan, kata mas Abraham ada dua pembantu baru di rumah ini. Jadi, kau jangan mengerjakan apapun lagi!" pinta Mikhaela tegas.
"Kak, kalau tidak melakukan apapun, saya akan bosan di sini. Lagipula saya mencintai pekerjaan ini," sahut Jihan dengan lembut.
Mikhaela sangat menyayangi Jihan, karena wanita itu sudah sejak kecil bersamanya sampai saat ini.
Pada saat itu juga Abraham masuk ke dalam, kemudian tidur di samping sang istri. Sebab sangat mengantuk sudah tiga hari tidak tidur.
"Mas, kenapa tidur di sini?" tanya Mikhaela pelan.
Namun, Abraham tidak menjawab. Sebab ia sangat mengantuk. Sedangkan Jihan masih menyuapi sang majikan. Setelah selesai, dia memberikan obat yang harus Mikhaela minum.
"Kak, saya permisi dulu ya," ujar Jihan pelan.
"Baiklah, kamu istirahat di dalam kamar. Jangan kerjakan apapun lagi! Sebab calon ibu hamil harus banyak istirahat," sahut Mikhaela lembut.
Jihan tersenyum dan bergegas pergi dari sana, karena dia tidak nyaman berada bersama Abraham di dalam kamar yang sama.
Setelah sampai di kamarnya, dia duduk sambil melipat bajunya. Pada saat itu juga Abraham tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
Sontak saja membuat dia takut pria itu akan macam-macam padanya, kemudian Abraham menghampiri Jihan dan memegang tangannya d
engan sang kuat.
"Tuan, jangan!" teriak Jihan
Bersambung.
Abraham membawa Jihan ke ranjang, kemudian dia membuka baju. Hal itu membuat Jihan semakin takut dan terbayang malam pertama mereka."Tuan, saya mohon jangan lakukan lagi!" mohon Jihan.Abraham langsung menatap wanita itu, kemudian memeriksa salep yang diberikan Dokter tadi pagi padanya. Sebab, dibangian pinggangnya ada memar sedikit akibat ia terjatuh dari motor saat pergi ke kantor dengan terburu-buru."Tadi saya minta bantuan Mikhaela. Tapi dia tidak bisa. Jadi, minta bantuan kamu, yang sudah menjadi istri saya," terang Abraham.Jihan bernafas lega, kemudian mulai mengolesi luka lebam Abraham dengan perlahan. Setelah selesai, dia melihat sang suami sudah tidur dengan pulas. Sehingga ia tidak tega membangunkan pria itu.Walaupun dia masih marah dengan Abraham. Namun, saat melihat pria itu tidur hatinya tersentuh. Sebab, sang suami terlihat lebih tenang seperti itu."Jihan, apa sih yang kamu pikirkan?" gumam Jihan.Wanita itu bergega
Abraham dan Jihan langsung menoleh, kemudian pria itu turun dari atas tubuh istri keduanya. Setelah itu, menghampiri Mikhaela yang masih berada di depan pintu."Ada apa sayang?" tanya Abraham dengan lembut sambil mengecup keningnya.Mikhaela menggelengkan kepalanya, karena hatinya sakit melihat sang suami bersama wanita lain. Namun, semua itu memang keinginannya.Sedangkan Jihan, masih di ranjang. Sebab kepalanya masih sedikit pusing. Kemudian Mikhaela menghampiri madunya."Jihan, aku dengar kamu sakit," ujar Mikhaela lembut."Tidak sakit Kak, hanya pusing dan kelelahan. Mungkin karena perubahan cuaca di Turki dan di sini," sahut Jihan pelan.Mikhaela memegang tangan Jihan dengan lembut. Kemudian memeluk sang madu, karena dia berharap wanita muda itu cepat memberikan anak untuknya dan tidak berdekatan lagi dengan sang suami."Aku yakin kalau kamu tidak akan mencintai suamiku," bisik Mikhaela pelan di telinga Jihan.Jihan mengan
Angga terkejut karena Abraham dapat menebak dengan benar kalau dia pergi karena Jihan sudah menikah. Namun, ia tidak mau mengakui hal itu."Pak, aku pergi karena ingin melanjutkan bisnis di sana. Lagipula di sini ada orang kepercayaan yang mengurus perusahaan ini," terang Angga.Abraham terdiam karena mendengar ucapan Angga yang mengatakan kepergiannya tidak ada hubungannya dengan Jihan.Kemudian, Abraham pun bergegas pergi dari kantor Angga karena dia masih banyak pekerjaan di kantornya, pria itu lega jika kepergian Angga memang tidak ada hubungannya dengan Jihan.Sebab, Jika itu terjadi dia sangat terpukul karena sudah menikahi Jihan wanita yang dicintai oleh sahabatnya.Di tempat lain, Jihan sudah terbangun dan dia pun menenangkan dirinya yang sudah lumayan segar di taman belakang. Wanita itu melihat bunga-bunga yang bermekaran indah di sana.Pada saat itu Mikhaela datang dan duduk di samping Jihan. Kemudian Jihan melihat istri pertama sa
Abraham langsung menolah, terlihat Mikhaela berdiri di belakangnya sambil terus menatap dirinya yang tengah menyantap makanannya."Sini sayang, kita makan bersama!" Abraham menarik tangan sang istri duduk di sampingnya.Kemudian, dia menyuapi sang istri dengan sangat mesra. Hal itu membuat Mikhaela sangat bahagia diperlakukan seperti ini oleh Abraham."Mas, besok ada undangan pernikahan dari rekan bisnismu. Tadi dia yang mengantarkan langsung ke sini. Tap ..." Mikhaela tidak meneruskan ucapannya.Hal itu membuat Abraham cemas, kenapa sang istri tidak meneruskan ucapannya. Sudah pasti ada sesuatu."Tapi apa?" tanya Abraham penasaran."Tapi, aku tidak bisa menemanimu. Jadi biarkan Jihan ikut, karena dia juga istrimu," jawab Mikhaela.Abraham mengelengkan kepala, karena tidak ada yang tahu pernikahannya dan Jihan. Lagipula ia tidak ingin sampai ada yang tahu hal ini.Jadi, mana mungkin dia membawa Jihan menghadiri acara pernikahan
Abraham sangat terkejut mendengar ucapan para wanita itu. Kemudian, di mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, mereka semua tidak percaya padanya."Halah, mana ada maling ngaku!" teriak mereka semua."Sumpah Mbak, saya di sini hanya menemani adik. Karena dia tidak berani pergi sendirian," terang Abraham.Namun, mereka semua sama sekali tidak percaya, sehingga para wanita itu memukuli Abraham mengunakan tas samping masing-masing."Jihan, cepat ke luar!" teriak Abraham.Sontak saja membuat Jihan terkejut, kemudian dia bergegas ke luar dan melihat suaminya dipukuli oleh para wanita.Jihan langsung berlari menghampiri sang suami, kemudian melerai kesalahpahaman yang terjadi di sini."Maaf ya Bu, dia Kakaksaya," maaf Jihan dengan pelan."Ternyata benar dia Kakak kamu?" tanya wanita tersebut dan Jihan menganggukkan kepalanya.Sontak saja membuat mereka semua malu dan bergegas pergi dari sana. Sedangkan
Jihan langsung terbangun dan melihat di dalam kamar mereka tidak ada Mikhaela. Itu artinya dia bermimpi tadi kalau istri pertama sang suami ada di sini melihat mereka. "Ternyata hanya bermimpi. Tapi, seperti sangat nyata, karena saya terbangun saat tuan Abraham berteriak," gumam Jihan pelan. Wanita muda itu tidak melihat adanya sang suami di sampingnya. Kemudian melihat ada sepucuk surat dan ia langsung membacanya. Abraham: Jihan, saya sudah pulang pagi-pagi sekali. Sebab, ingin ke kantor. Maaf tidak membangunkanmu. Pulanglah bersama supir dan katakan pada Mikhaela seperti yang saya ucapakan semalam. Jihan bergegas bangun dan langsung mandi. Namun, ia tidak merasa sakit lagi dibangian sensitifnya. Tidak seperti saat pertama kali melakukan hal itu. Setelah selesai mandi, dia melihat ada gaun miliknya semalam dan langsung mengenakan. Kemudian berjalan ke luar hotel menghampiri supir yang sejak semalam menunggu. "Pak, tuan Abr
Jihan melepaskan tangannya, kemudian Abraham menoleh dan dia memberikan ponsel pria itu yang tertinggal di sofa. Kemudian Abraham bergegas pergi dari sana menuju kamarnya untuk menyiapkan apa saja yang akan dibawa ke luar kota.Abraham mulai memasukan beberapa baju ke dalam koper miliknya. Kemudian dia duduk sambil membayangkan setiap kali dirinya akan ke luar kota pasti Jihan yang melakukan ini.Namun, sekarang hubungannya dengan Jihan sedang tidak baik-baik saja. Yang mengharuskannya menyiapkan semua sendirian."Ini semua karena permintaan konyol Mikhaela. Kalau saja dia tidak memaksa saya untuk menikahi Jihan! Sekarang kami bertiga hidup bahagia seperti sebelumnya," gumam Abraham.Pria itu pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Tiba-tiba saja perutnya sakit dan dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi.Pada saat itu juga Jihan masuk ke dalam kamar sang suami dan melihat pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dan dia menyiapkan baju untuk A
Jihan langsung bangun dan bergegas minum, karena dia sangat kepedasan. Kemudian menatap ke arah pria yang ia tabrak tadi."Maaf Tuan Seem, saya tidak sengaja tadi," ujar Jihan pelan."Nona, jangan panggil aku Tuan! Sebab, kamu adalah bosku juga, sama seperti bos Abraham," sahut Seem dengan senyuman manisnya.Jihan tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana. Kejadian itu disaksikan oleh Abraham, entah kenapa rasanya ia tidak terima Seem memeluk istrinya tadi. Ya, walaupun tidak sengaja, tetap Abraham tidak terima.Kemudian Abraham menelepon Seem dan marah-marah kenapa tidak bisa mencegah Jihan makan mie instan, dan yang kedua kenapa pria itu malah memeluk istrinya walaupun tidak sengaja.Seem hanya bisa geleng-geleng kepala. Sebab tidak bisa mencegah ketidak sengajaan itu terjadi.Seem: Tuan, maaf sekali. Bukannya aku lancang. Tapi, Anda terlalu cemburu.Abraham terdiam, kemudian memutuskan sambungan telepon secara
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing