Beranda / Rumah Tangga / Istri Kedua Suamiku / Diselimuti Penyesalan

Share

Diselimuti Penyesalan

Penulis: Dita SY
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-04 06:23:44

POV Adji.

Aku memutuskan pulang ke rumah, menuruti permintaan istriku. Aku melajukan motor dengan kecepatan tinggi agar lebih cepat sampai ke rumah.

Setelah berada di halaman rumah sederhana yang aku bangun setelah menikah dengan Rere. Aku pun turun dari motor matic putihku lalu melangkah masuk ke rumah.

Aku menghela nafas panjang lalu duduk di sofa, bersandar menatap kosong ke depan, merenungi semua kesalahan yang aku perbuat pada istriku.

Sejujurnya aku menyesal karena sudah mengkhianati Rere. Mengkhianati pernikahan kami yang sudah kami Bina selama 5 tahun.

Namun, aku tahu semua penyesalan itu tidak ada gunanya karena sekarang aku sudah menyakiti hati istriku, bahkan Rere tetap keukeh meminta bercerai.

Aku takut untuk menghadapi hari esok. Takut jika aku harus menjalani hidup tanpa Rere di sampingku.

Tepat delapan bulan yang lalu aku menikahi seorang janda beranak satu di Kota Besar.

Aku memilihnya karena aku yakin dia bisa melahirkan anakku dan semua itu terbukti saat istri keduaku mengatakan bahwa dia mengandung anak yang selama ini aku impikan.

Aku tahu semua itu adalah kesalahan besar, tetapi saat itu aku seakan dibutakan oleh keinginan yang membuncah di dalam diriku. Aku ingin sekali memiliki anak laki-laki yang tidak bisa diberikan oleh istri pertamaku.

Awalnya aku bahagia saat mengetahui istri keduaku sedang mengandung, tetapi sekarang ... aku justru menyesali semua itu.

Kenapa aku begitu tega mengkhianati cinta suci Rere.

Aku mengusap wajahku berkali-kali, menyesali apa yang sudah terjadi dan takkan bisa kembali seperti awal lagi.

'Apa yang harus aku lakukan ya Allah? Aku tidak ingin berpisah dari istriku karena aku sangat mencintainya. Aku sangat mencintai Rere, tapi aku juga tidak bisa menceraikan istri keduaku karena dia sedang mengandung anak kami. Aku berjanji aku akan bersikap adil pada kedua istriku ... andaikan mereka mau menerima pernikahan ini dan tetap mau hidup bersamaku. Aku akan membagi waktu dengan sangat adil dan menafkahi mereka Sesuai kemampuanku,' ucapku dalam hati.

Aku menyapu pandangan ke seluruh bagian rumah, aku benar-benar merasa sepi yang perlahan menyelimuti hati.

Baru setengah hari aku ditinggalkan oleh Rere, tetapi rasanya seperti satu abad. Aku tidak sanggup, benar-benar tidak sanggup jauh dari istriku.

Kring!

Dalam keheningan, terdengar suara deringan ponsel. Aku pun melihat satu panggilan masuk dari Rudy, nama samaran yang selama ini aku sembunyikan.

Ya, aku menamai istri keduaku di ponsel dengan nama laki-laki agar Rere tidak tahu.

Nama yang sebenarnya adalah Nina dan aku pun menerima telepon darinya

"Assalamu'alaikum, Mas, kamu udah sampai ke Bogor? Kok ngga ngasih tahu aku?" tanya Nina di dalam sambungan telepon.

Aku kembali menghela napas panjang dan lirih, "Maaf, Mas lupa ngasih tahu kamu soalnya tadi Mas repot ngurusin warung milik orang tua, Mas."

"Oh, aku pikir kenapa. Oh iya, kamu udah nyampein salam belum buat kedua orang tuamu? Kan aku juga nitipin oleh oleh buat mereka, udah kamu kasih?"

"Udah," jawabku datar sambil memegang kening. "Oh iya, Ma, apa kamu pernah meletakkan testpack ke dalam tas ransel milikku?"

"Ngga tuh, emangnya kenapa? Bukannya kamu yang meminta testpack itu untuk kamu jadikan kenang-kenangan? Seingatku, kamu taruh itu di dompet."

Aku pun terdiam, mencoba mengingat lagi tentang testpack itu. Ya, memang benar kalau aku ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan karena aku sangat senang saat mengetahui Nina hamil.

Tak pernah terpikir sedikit pun kalau semua itu akan menjadi bumerang bagi rumah tanggaku bersama Rere.

"Iya, aku lupa." Aku menggaruk kening cukup kencang, menyesali kebodohanku.

"Sudah dulu ya, Mas, aku mau jemput Dara di pengajian. Assalamu'alaikum," ucap Nina berpamitan.

"Walaikumsalam," balasku lalu aku kembali meletakkan ponsel ke atas meja.

Aku kembali mengusap wajah lalu merenungi semua kesalahanku.

Aku bersalah! Aku lelaki brengsek karena aku sudah mengkhianati dua wanita sekaligus.

Rere tidak tahu dengan pernikahan keduaku, begitupun dengan Nina yang tidak tahu kalau aku sudah menikah. Selama ini aku hanya menjelaskan pada Nina kalau aku ingin menikahinya secara sirih karena ingin menghindari perbuatan zina.

Aku mengenal Nina di proyek tempatku bekerja, dia adalah pemilik warung makan di proyek tersebut.

Sejak pertama melihatnya aku langsung tertarik dan pikiran lain pun melintas saat aku melihat Nina memiliki seorang putri cantik bernama Dara yang berusia 5 tahun.

Setelah sekian bulan mengenal Nina, aku pun memutuskan untuk menikahi Nina karena aku percaya Nina bisa memberiku seorang anak.

Huh!

Aku kembali menghela nafas semakin panjang dan lirih. "Maafkan Mas, Re. Maaf, Mas memang lelaki brengsek. Mas pantas mendapatkan kemarahan darimu, tapi Mas tidak ingin bercerai darimu. Mas masih mencintaimu, Sayang," ucapku pilu hingga air mataku mengalir deras membasahi wajah.

"Bagaimana caranya aku menjelaskan pada Nina tentang semua ini? Dan bagaimana caranya aku menghadapi keinginan Rere untuk bercerai? Ya Allah tolong hambaMu yang diselimuti dosa ini."

Bab terkait

  • Istri Kedua Suamiku   Kedatangan Ibu Mertua

    "Assalamu'alaikum," ucap Ibu mertuaku yang berdiri di depan pintu rumah Arin. "Waalaikumsalam." Aku membukakan pintu untuk ibu mertuaku.Sehari setelah kejadian penemuan testpack itu, akhirnya mertuaku tahu dan ibu mertuaku datang ke rumah anak perempuannya. Dia tahu aku masih berada di rumah Arin."Ibu sudah mendengar semuanya dari Arin, tapi Ibu ingin mendengar langsung darimu tentang apa yang terjadi antara kamu dan Adji," ucap Ibu mertuaku lalu membawaku duduk bersamanya di atas lantai beralaskan tikar. Aku menghela napas panjang dan lirih, rasanya berat untukku kembali mengingat kejadian kemarin yang membuatku nyaris kehilangan kewarasan. "Cerita sama Ibu, Nak."Wanita yang sudah aku anggap Ibu kandungku sendiri menatapku dengan lirih, ia memegang jemariku lalu menggenggam erat. "Mas Adji selingkuh, Bu. Dan selingkuhan Mas Adji sedang mengandung tujuh bulan." Aku menundukkan kepala, tak bisa lagi menahan bulir bening yang sedari tadi menggenang di kedua pelupuk mataku."Ya Al

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Istri Kedua Suamiku   Hamil?

    "Sejak kapan kamu muntah muntah, Re?" tanya Ibu mertuaku dan aku hanya diam sambil memegang perut yang terasa keram. "Mbak, tolong jawab. Atau paling tidak, Mbak ikut denganku ke bidan. Kita periksa kandungan ya." Arin memegang bahuku yang tengah duduk di ruang tengah rumahnya. Arin dan mertuaku menunggu jawaban, tetapi aku tetap diam. Percuma saja meskipun memang aku dinyatakan hamil, toh Mas Adji sudah menduakanku. "Nak, tolong katakan sesuatu," pinta ibu mertuaku dengan tatapan lirih. Aku menghela napas panjang lalu mengangkat kepalaku yang sedari tadi tertunduk. "Kalaupun aku hamil, apa Mas Adji bisa mengubah semuanya? Ngga kan Bu, Mas Adji ngga akan bisa mengembalikan semuanya seperti dulu. Sekarang, di antara kami sudah ada wanita lain dan wanita itu sedang mengandung anak Mas Adji, jadi untuk apa aku memperdulikan kehamilan ini? Aku tidak akan bisa mendapatkan hati Mas Adji sepenuhnya seperti dulu."Air mataku kembali mengalir deras, memang sudah sejak tiga hari yang lalu a

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Istri Kedua Suamiku   Keputusan Sudah Bulat

    "Maafin aku Bu." Mas Adji menundukkan kepalanya sambil memegang kedua tangan ibu mertuaku. Aku tersenyum getir melihat penyesalan Mas Adji, semua itu percuma karena aku sudah terlanjur membencinya. Aku meremas ponsel yang aku genggam sangat erat sambil menahan diri agar tidak terlarut dalam kesedihan. Aku sudah lelah menangis, aku akan menghadapi semua ini dengan ketegaran hati. "Jangan meminta maaf pada Ibu, minta maaflah pada istrimu. Kamu sudah menyakiti istrimu. Apa salahnya? Kenapa kamu tega menduakan istrimu?" Ibu mertuaku melepas genggaman tangan Mas Adji. Suamiku pun memegang lantai dan semakin menundukkan kepalanya. Mas Adji menangis lalu merangkak mendekatiku. "Maafin Mas Re, tolong jangan pergi dan Mas mohon sama kamu kita tidak harus bercerai. Mas masih sangat mencintaimu, Re." Aku melangkah mundur menghindari suamiku. "Maaf Mas, keputusanku sudah bulat dan aku sudah menghubungi keluargaku di Surabaya. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini.""Mas moh

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Istri Kedua Suamiku   Aku Mengalah

    Aku sudah memutuskan untuk pulang ke kampung halamanku di Surabaya, meskipun di sana aku sudah tidak memiliki orang tua, tetapi aku masih memiliki paman dan bibi. Keputusan ini sudah bulat, karena aku tidak sanggup untuk tetap tinggal bersama suami dan keluarga suamiku. Aku pun mengemasi pakaianku dan memasukkannya ke dalam tas, karena Pakde Trimo sudah menunggu di luar rumah.Drum! Aku menghentikan kegiatanku saat mendengar suara mesin motor, sepertinya Mas Adji sudah datang. "Pakde, silakan masuk dulu." Terdengar suara Mas Adji meminta Pakde Trimo untuk masuk ke rumah. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu menyakiti keponakan Pakde? Bukannya kamu sudah berjanji kalau kamu akan menjaga dan membahagiakan Rere? Kamu tahu kan kalau Rere itu sudah tidak memiliki orang tua lagi, hanya kamu yang menjadi tempatnya berlindung, tapi sekarang apa, kamu justru membuat dia kecewa."Pakde Trimo memarahi suamiku, aku hanya mendengarkan pembicaraan kedua lelaki itu dari dalam kamar sambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Istri Kedua Suamiku   Merasa Kehilangan

    POV: Adji"Rere pergi." Aku terduduk lesu di depan kedua orang tuaku. Mereka datang ke rumah bersama dengan Arin dan Yanti, kedua adik perempuanku. "Kamu tidak bisa menahannya? Kenapa kamu membiarkan menantu Ibu pergi sedangkan dia sedang mengandung anakmu Adji."Air mata runtuh membasahi wajah ibuku, aku pun hanya bisa menundukkan kepala dan tak mengatakan apapun lagi. "Bapak kecewa sama kamu, bagaimana bisa kamu menikah lagi sedangkan istrimu di sini sangat setia padamu. Dia tidak pernah melaksanakan kesalahan apapun, tapi kamu justru menyakitinya." Sama seperti ibuku, bapak juga sangat murka atas apa yang aku lakukan pada Rere. Aku menyadari kesalahan yang kulakukan dan sudah fatal. "Sekarang bagaimana? Kalian akan bercerai?" tanya Ibuku yang aku jawab dengan anggukan kepala. "Memangnya tidak ada lagi jalan keluar dari masalahmu itu? Kalau memang Rere sedang mengandung, kenapa kalian harus bercerai? Kenapa bukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Istri Kedua Suamiku   Tiba di Surabaya

    Di Surabaya Aku bertemu dengan keluarga dari kedua orang tuaku. Rasanya belum bisa menerima kalau pada akhirnya aku akan kembali ke kampung halaman seorang diri, tanpa suami seperti tahun tahun sebelumnya. "Kok bisa suamimu selingkuh?" Pertanyaan itu aku dengar dari banyaknya mulut saat aku baru saja tiba di Surabaya. Ya, keluargaku sendiri tak menyangka kalau Mas Adji tega berkhianat, bahkan menikahi wanita itu. Aku menghela napas panjang. "Aku juga ngga tahu kenapa Mas Adji tega menduakan aku," jawabku sambil menundukkan kepala. "Jangan bahas itu dulu, Mbok. Kasihan Rere," ucap Pakde Trimo. "Kita ke kamar, kamu istirahat dulu di sana." Aku menganggukkan kepala lalu mengikuti Pakde Trimo ke kamar yang sudah disiapkan. Budhe Patia mengikutiku masuk ke kamar lalu duduk di tepi tempat tidur. "Cerita sama Budhe, jangan dipendam sendiri." Aku meletakkan tas tenten

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Istri Kedua Suamiku   Hasilnya

    Aku dan Budhe Patia datang ke bidan terdekat yang berada di Desa tempat tinggalku. Kedatangan kami disambut Bidan dengan ramah dan aku pun diminta untuk duduk, menjelaskan apa saja keluhanku. "Kapan terakhir Ibu datang bulan?" tanya Bidan tersebut. Aku mencoba mengingat sebentar lalu mengatakan, "Kalau ngga salah terakhir kali saya datang bulan tanggal 20 Juli, Bu, dan sekarang belum waktunya saya datang bulan. Itu alasan saya ngga curiga sama sekali kalau saya sedang hamil." Bidan itu tersenyum. "Memang biasanya orang akan menghitung dari telatnya datang bulan, tapi sebenarnya kehamilan dihitung dari terakhir kali Ibu selesai datang bulan. Biar lebih jelas, kita periksa dulu ya." Aku hanya mengangguk dan melihat Bidan mengambil sesuatu dari dalam laci, setelah itu Bidan memberiku sebuah testpack dan wadah kecil untuk menampung air seni. "Ibu periksa dulu, dan ikuti petunjuk yang ada di dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Istri Kedua Suamiku   Telepon Dari Adji

    Kabar kehamilanku didengar oleh Mas Adji dan keluarganya di sana. Pagi harinya, Mas Adji menghubungi Pakde Trimo dan Pakde mengatakan langsung padaku kalau beliau tidak menerima telepon dari Mas Adji.Di ruang makan sederhana, aku, Budhe Patia dan Pakde Trimo sedang menyantap sarapan pagi."Kurang lebih sepuluh kali suamimu itu menghubungi Pakde, tapi Pakde ngga angkat teleponnya," ujar Pakde Trimo. "Ngga usah diangkat Pak, untuk apa?" sahut Budhe Patia. Aku hanya diam sambil memakan makananku agar tidak merasakan mual. "Kapan pengadilan menjatuhkan putusan cerai? Bukannya kalau sedang hamil tidak boleh bercerai?"Pakde Trimo menatapku lekat. "Kata siapa Pak? Boleh boleh aja kok, yang ngga boleh itu kalau lagi hamil menikah. Kalau cerai, yo boleh," sahut Budhe Patia, dan aku tetap diam. "Tapi ada teman Bapak yang bilang kalau sedang hamil itu ngga boleh bercerai. Bapak juga ngga tahu mana yang bener. Bapak

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28

Bab terbaru

  • Istri Kedua Suamiku   Happy Ending

    Aku merasa begitu bahagia setelah sembilan bulan lamanya mengandung akhirnya bayi yang dinantikan olehku dan juga Mas Galuh akan segera lahir di dunia. Saat ini aku berada di rumah sakit bersalin ditemani oleh Mas Galuh dan juga Bude Patia. Sedangkan Pakde Trimo menemani Regan di rumah. Bude Patia memilih untuk ikut ke rumah sakit bersama denganku karena ingin membantu segala kebutuhan setelah persalinan yang hanya bisa dilakukan oleh wanita. Sedangkan Mas Galuh tentu saja selalu bersama denganku karena ini merupakan waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh kami. Dokter kebidanan dan juga perawat serta bidan sudah masuk ke dalam ruangan tempat aku berbaring di atas ranjang yang cukup dingin. Rasanya sudah tidak karuan karena bukaan demi bukaan sudah terjadi. Aku pun ikuti arahan dari dokter kebidanan untuk mengejan. Proses selama persalinan termasuk lancar dan juga berjalan dengan baik karena kurang dari beberapa jam, aku sudah berhasil melahirkan bayi ke

  • Istri Kedua Suamiku   Aku Hamil, Mas

    Aku tidak menyangka kalau dokter mengumumkan kehamilanku yang kedua dan ini merupakan anak pertama bagi Mas Galuh. Betapa bahagianya diriku ini mendengar kabar itu. Mas Galuh pun tidak kalah bahagia.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Galuh segera memberitahukan kepada Pakde Trimo dan juga Bude Patia dengan kabar kehamilanku. “Pakde Trimo, Bude Patia, ternyata Rere hamil! Alhamdulillah akhirnya! Aku mau segera membuat syukuran atas berita bahagia ini dan semua tetangga yang ada di sekitar sini akan aku undang dalam syukuran ini,” ujar Mas Galuh dengan begitu semangat mengumumkan semua itu kepada Pakde Trimo dan Bude Patia. Aku ikut bahagia mendengar antusias dari Mas Galuh yang sangat bahagia.“Galuh, ini betul-betul kabar yang menggembirakan!” kata Pakde Trimo sambil tersenyum lebar menatap Mas Galuh. “Selamat ya! Ini pasti jadi berkah besar untuk keluarga kalian. Syukuran adalah ide yang sangat baik. Pakde dan Bude akan sangat senang ikut merayakannya,”

  • Istri Kedua Suamiku   Kamu Hamil?

    Dua tahun kemudian ....Entah mengapa aku merasa mual dan juga pusing sejak tadi pagi. Rasanya untuk melihat makanan pun tidak berselera sama sekali. Aku sudah berkali-kali mencoba untuk makan sedikit demi sedikit, tetapi sama saja rasa mual itu kembali datang. “Rere, kamu itu kenapa nggak mau makan? Apa kamu sakit?” Bude Patia bertanya kepadaku karena merasa khawatir terlihat dari raut wajahnya yang terus-menerus menatap ke arahku. “Nggak tahu ini, Bude. Rasanya pusing dan juga mual. Ini barusan coba makan buah potong, tapi sama aja tetap mual.” Aku sudah mencoba untuk makan buah ataupun sayuran, tetapi rasa mual itu juga tidak kunjung pergi. Aku jadi semakin bingung apa yang terjadi kepada diriku karena tidak biasanya sakit seperti ini. Aku memilih untuk kembali ke kamar daripada pusing terus-menerus dan mual. Aku merasa beruntung karena ada Bude Patia yang selalu membantuku untuk merawat Regan. Apalagi dalam kondisi aku sedang sakit seperti

  • Istri Kedua Suamiku   Selamat Jalan Anakku

    POV AdjiAku dan Nina sudah pasrah kepada Sang Pencipta. Kondisi Dinda semakin memprihatinkan di ICU. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana menjalani hidup dengan segala kesalahan yang menghantui.Pada akhirnya, aku menyadari banyak kesalahan yang aku perbuat di masa lalu, sehingga saat ini aku mencoba memperbaiki semuanya. Menjaga Nina dan Dinda semampuku, meski saat ini aku dan Nina sudah menyerah dengan keadaan.“Mas, gimana ini? Dinda ... Aku nggak mau Dinda pergi, Mas. Kita harus cari cara untuk menyelamatkan Dinda, Mas.” Nina langsung matanya berkaca-kaca menatap ke arahku. Dia terlihat begitu histeris ketika dokter mengatakan bahwa putri kami tidak bisa tertolong lagi dan nyawanya sudah melayang di ruangan ICU. “Kita hanya bisa ikhlas, Nina. Mau bagaimana lagi kalau dokter sudah berkata demikian, kita bisa apa? Sabar, Nina. Sabar.” Aku tak kuasa juga meneteskan air mata sambil memeluk wanita yang pernah menjadi istri kedu

  • Istri Kedua Suamiku   Aku Belum Siap Hamil

    Aku merasa senang Regan bisa merasakan memiliki sosok ayah meski bukan kandung. Hal yang terpenting adalah kebaikan dan rasa sayangnya kepada Regan benar-benar nyata. Aku tidak henti-hentinya mengucap Alhamdulillah kepada Allah yang sudah mengirimkan seorang pendamping yang baik untuk kehidupanku dan juga bayiku. Malam ini, merupakan malam kesekian kalinya bersama dengan Mas Galuh. Namun, jantungku masih berdebar-debar dan rasanya tidak karuan. Mas Galuh sudah berbaring di sampingku dan membelai lembut rambutku. “Rere, aku mau bilang,” ucap lembut Mas Galuh yang justru membuatku semakin berdebar-debar karena takut dia meminta jatah seperti biasanya. Aku merasa tidak begitu siap untuk melakukan hal tersebut setiap hari meski sudah menjadi suami istri. Ada banyak hal yang aku pikirkan dan salah satunya aku itu belum menginginkan hamil lagi karena Regan masih bayi.“Iya, Mas. Ada apa?” jawabku dengan bingung. Aku justru berfikir yang tidak-tidak.

  • Istri Kedua Suamiku   Sah

    Aku tidak menyangka kalau hari yang dinanti akhirnya tiba. Janur kuning melengkung di dekat rumah dan dekorasi meriah sudah ditata di depan rumah. Tenda megah didirikan dan aku kini sudah dirias dan cantik mengenakan busana pernikahan. Ya, aku dan Mas Galuh hari ini menikah. Baru saja selesai akad nikah dan saat ini aku dan Mas Galuh duduk di kursi pernikahan yang megah dan mewah untuk menyambut para undangan yang datang. Semua orang yang datang terlihat turut bahagia dengan kebahagiaan yang saat ini sedang aku rasakan. Beberapa kali tamu undangan yang naik dan memberikan salam turut mengatakan hal-hal yang positif seperti saat ini. “Selamat, ya, Rere dan Galuh. Kalian ini sama-sama beruntung bisa mendapatkan satu dengan yang lain. Selain cantik dan ganteng, kalian berdua sama-sama orang yang baik. Ibu sebagai RT di sini bantu doakan kalian menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Amin.” Aku terharu bahkan RT di sini pun ikut mendoakan.

  • Istri Kedua Suamiku   Karma

    POV AdjiAku begitu merasa sedih ketika melihat putriku terbaring lemas tak berdaya di ruangan ICU padahal umurnya baru beberapa bulan saja. Bagaimana mungkin aku ini bisa tenang jika melihat bayi mungil itu yang belum sempat aku timang-timang setiap harinya justru saat ini sakit dan dalam kondisi yang kritis. Rasa bersalahku semakin bergejolak ketika Nina mengucapkan beberapa hal yang menohok dalam hati. “Mas! Ini semua pasti karena kesalahan kamu! Karena kamu yang sudah berdusta dan juga menyakiti hati kedua wanita yang menjadi istrimu, sekarang justru Dinda yang mendapatkan kesulitan. Dinda sakit karena kamu!”Aku begitu terkejut mengapa Nina langsung menyalahkan semua ini kepadaku padahal aku tidak tahu sama sekali kalau Dinda lahir dalam kondisi sakit seperti itu. Sebenarnya aku tidak ingin debat sama sekali, tetapi aku juga tidak mau disalahkan atas semua permasalahan yang ada di dalam kehidupan ini. “Aku sudah mengusahakan

  • Istri Kedua Suamiku   Anakmu Sakit, Mas

    POV AdjiAku merasa terkejut ketika ada panggilan telepon masuk di ponsel yang menunjukkan ternyata Nina yang menghubungi aku. Sudah berbulan-bulan lamanya tidak ada kabar sama sekali tentang Nina apalagi soal bayi yang dilahirkan olehnya. Aku pun segera mengangkat telepon panggilan itu. “Hallo, Nina? Ada apa?” Aku merasa khawatir karena firasatku mengatakan ada sesuatu yang tidak beres terjadi.“Mas, aku mau minta tolong. Anak kita sakit dan keadaan kritis,” ucap Nina membuatku lemas. Aku tidak mungkin marah kepada Nina yang sudah kabur dan juga menyembunyikan keberadaan anakku. Justru ucapan Nina membuatku terkejut dan sangat khawatir. “Sakit apa? Kamu sekarang di mana, Nina? Biar aku ke sana.”“Mas, aku di Lampung. Aku pulang ke rumah orang tuaku. Aku terpaksa ke sini karena sudah nggak ada uang lagi buat hidup di Jakarta, Mas. Tolong, Mas. Anak kita kondisi kritis.” Aku langsung menangis saat Nina mengatakan

  • Istri Kedua Suamiku   Jadilah Istriku

    Beberapa hari kemudian aku sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit bersalin dan membawa putraku pulang. Putra tampan, bayi yang aku nantikan selama ini pasti akan aku jaga sebaik mungkin. Aku tidak akan terlena lagi dan merawatnya sepenuh hati. Hari demi hari pun berlalu dalam ketenangan. Aku memberi nama bayi tampan ini Regan. Aku harap dia bisa bertingkah laku baik dan tidak seperti Mas Adji. Pakde Trimo dan Bude Patia juga selalu siap siaga untuk membantuku menjaga Regan karena memiliki bayi pertama kali merupakan pengalaman yang mengesankan bagiku dan harus banyak belajar dari banyak sumber. Bagaimana cara memandikan bayi dan juga mengurus pakaian serta menjaga agar tidak kehausan atau kelaparan. Aku bersyukur saat ini juga ada Mas Galuh yang juga hampir setiap hari datang ke tempat Pakde Trimo untuk membawakan makanan sehat atau buah-buahan demi aku yang saat ini sedang menyusui. Perhatian dan juga kasih sayang dari Mas Galuh benar-benar b

DMCA.com Protection Status