Jantung Panji berdetak cepat saat mendengar suara wanita dari dalam rumah. Seketika kakinya pun bergetar dan merasa lemas hingga ia sedikit terhuyung karena kakinya tidak bisa menahan berat badannya.
Kedua bola matanya membulat sempurna saat pintu yang terlihat sudah lapuk itu terbuka sempurna dan menampilkan sesosok wanita yang selama ini dirindukannya. Begitu juga dengan wanita yang sekarang sudah berada tepat di hadapannya hanya terlihat mematung dan tanpa kata.Tatapan keduanya saling menatap dalam ke arah iris mata masing-masing. Seperti yang detik menit bahkan jam mungkin tidak bisa menyadarkan keduanya dari rasa keterkejutannya.Alina berusaha menetralkan perasaannya jangan sampai ia meneteskan air mata di hadapan Panji, jangan sampai Panji mengetahui jika ia masih hidup. Biarkanlah Panji mengetahui jika ia sudah meninggal dan sekarang Alina hanya akan sedikit bersandiwara di hadapannya."Tapi apakah Tuan Panji akan percaya begitu saja jikaDion pun tersenyum kikuk saat telah menceritakan semuanya. Bahkan ia berulang kali minta maaf dan memohon agar Panji tidak memecatnya. Karena Ia memang benar-benar tidak tahu jika Alina adalah Nyonya kecil yang selama ini Panji rindukan. Dan ia juga baru ingat cerita dari Alina, jika suaminya mengira jika ia telah meninggal dalam kecelakaan di dalam angkot itu. Dan jika dihubungkan oleh Dion semuanya benar-benar nyambung dan terhubung.Panji pun tersenyum jahil, terlintas sebuah ide gila di otaknya untuk membalas perbuatan Doni yang telah menghajarnya hingga babak belur."Sean bawa Dion ke penjara bawah tanah!" Aku ingin dia tahu bagaimana rasanya merasakan sakit yang tak berdarah. Sakit merindukan seseorang yang sudah dianggapnya meninggal tetapi ternyata dia masih hidup dan disembunyikan oleh pria yang berotak udang sepertinya. Panji berkata dengan sorot mata yang begitu tajam dan raut wajah yang terlihat garang.Rama berusaha profesional menuruti perint
"Huuussttt....," ora usah diladeni, wis Ndang maju! Opo koe ngenteni kalah nembe maju?" Kata seorang pemuda yang berasal dari Jawa dan sudah menetap lama di dekat rumah Alina. Ia berbicara dengan logat Jawanya yang begitu kental hingga membuat teman-temannya pun menertawakannya, karena apa yang ia katakan selalu terdengar lucu bagi teman-temannya."Apa sih! Koe Kabeh ora jelas blas!" Kata pemuda yang bernama Tono itu dengan raut wajah yang kesal. Selalu terlalu pergi meninggalkan warung lontong itu menjauhi beberapa teman-temannya dan lebih baik ia memilih pulang.Hahahaha..... hahahaha.....Di tempat lain, Rama dan Dion sudah sampai di sebuah markas milik Panji yang berada di pusat kota."Bro sorry ya! Lo jangan marah, gue hanya menjalankan tugas dengan baik," kata Rama yang memasukkan Dion ke dalam sel di ruangan bawah tanah.Dion duduk bersandar di dinding, tatapannya menarawang menatap langit-langit sel tahanan yang mengurungnya.
Panji memaksa Maria untuk masuk ke dalam mobil. "Sayang sakit banget tanganku," kata Maria dengan menampilkan wajah yang sendu.Di balik air matanya Maria yang mengalir, ia menyunggingkan senyum di ujung bibirnya yang tipis. Ia berhasil membuat Alina dibenci oleh orang tua Panji dan pasti mereka tidak akan membiarkan Alina berdekatan dengan Panji. Maria tahu sendiri bagaimana Aron, pria tua yang tingkat perfeksionisnya tinggi dan itu menurun pada Panji yang sudah sedikit memudar."Hentikan tangisanmu!" Sentak Panji tanpa menoleh kerah Maria. Kedua matanya menatap lurus ke jalan yang terlihat ramai."Sayang kamu berani membentak aku? Aku sedang hamil sayang, kenapa kamu tega sekali hanya demi perempuan kampungan itu, kamu berani membentak aku sekarang!" Kata Maria semakin tersedu-sedu.Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua jam Panji dan Maria tiba mension. Setelah pintu gerbang dibuka Maria masuk dan Panji meninggalkan mension itu lagi.Panji mengendarai mobilnya dengan kecepatan
"Alina, ini adalah tempat tinggalmu sekarang!" Kata Lisa dengan lembut."Tapi Nyonya, maafkan saya bukannya saya mau menolak pemberian Nyonya Dan Tuan, tapi saya merasa tidak pantas untuk mendapatkan fasilitas mewah ini," kata Alina lirih.Lisa menghampiri Alina dan sambil tersenyum, "Kamu sedang mengandung putra dari Panji, dan itu adalah cucu pertamaku. Jadi jangan menolak, semuanya ini demi kebahagiaan dan kenyamanan kamu dan putra yang sedang berada dalam kandunganmu!" kata Lisa dengan lembut.Kamu jangan khawatir Maria tidak tahu tempat ini, ini adalah rumah tempat tinggal kami dulu sebelum mempunyai rumah mewah. Dulu keluarga kami tinggal di rumah ini dengan bahagia.Seorang asisten rumah tangga jalan dari arah dapur dengan tergopoh menyambut sang Nyonya Lisa dan Tuan Aron. "Selamat datang Nyonya dan Tuan," sapa Mbok Ina dengan senyumannya yang menghiasi wajahnya yang sudah tidak mudah lagi."Mbok ini kenalkan, namanya Alina, dia da
Di sebuah kamar hotel yang telah dipesan oleh Vina, dua jam yang lalu. Pria dan wanita yang telah selesai melakukan aktivitas panas di kamar itu hingga beberapa kali ronde dan membuat sang pria kelelahan setelah beberapa kali melepaskan hasratnya di atas tubuh Sang wanita.Tubuhnya pun bergeser dari atas tubuh Sang wanita ke arah sampingnya. Ia mengambil nafas panjang lalu membuangnya secara kasar, mimpi apa dirinya keluar dari penjara mendapatkan service gratis dari seorang wanita yang sering memuaskan nafsunya di atas ranjang.Sang wanita pun berpikir setelah ini ia akan mendapatkan uang yang banyak dari Om Burhan, karena selama ini Om Burhan sudah sangat baik dan royal kepadanya. Setiap ia menyelesaikan tugasnya melakukan servis pada tubuh pria paruh baya itu ia selalu mendapatkan beberapa puluh juta masuk ke dalam rekeningnya berikut dengan uang tunai yang diberikan oleh Om Burhan. Membayangkanya mendapatkan uang yang banyak saja sudah membuatnya bahagia dan te
Tatapan penuh kerinduan terpancar dari netra keduanya yang begitu dalam. Keduanya bertahan dalam posisi tubuh Alina setengah melengkung ke bawah, dan posisi keduanya terlihat sangat intim.Hingga keduanya dikejutkan oleh suara seseorang yang begitu keras dan membuat Panji mengeraskan rahangnya."Ya elaaah Boos, masih jam berapa bos udah main mesra-mesraan aja," teriak Doni yang menggoda Panji.Panji dan Alina pun tersadar, seketika Alina mendorong dada bidang Panji untuk melepaskan pelukannya dan Alina merasa sangat malu hingga memalingkan wajahnya, sangat terlihat jelas rona merah di pipinya. Panji langsung berbalik menghadap dua larva yang sudah berdiri di belakangnya."Jangan sotoy jadi orang! Mana ada aku mesra-mesraan di taman, ini cuma salah paham Alina tadi mau terjatuh karena keserimpet selang!" kata Panji mencoba mengelak."Apa kau merasa cemburu?" tanya Panji yang sekarang ganti menggoda Dion."Rama tersedak salivanya s
Alina pun langsung berhambur masuk ke dalam pelukan Lisa dan memeluknya dengan sangat erat."Papa dan Mama jawab dulu pertanyaanku?" Kata Panji merasa kesal karena Mama dan Papa tidak kunjung menjawab pertanyaannya.Bukannya Lisa menjawab pertanyaan Pak haji iya malah melewati anak itu dengan menggandeng Alina untuk duduk di kursi berdampingan dengannya. Insya Allah tidak melihat Panji yang berada tepat di hadapannya.Lisa dan Aaron masih merasa kesal atas perbuatan Panji yang telah menekan Alina hingga sekarang menjadi istrinya. Bisa tidak pernah mengajarkan pada anaknya perbuatan buruk untuk menolong orang lain dengan tidak ikhlas atau ada timbal baliknya."Ma, Pa, kalian kenapa kemari sambil membawa koper lagi? Kata Panji yang melontarkan ketiga kalinya pertanyaan yang sama pada kedua orang tuanya.Alina pun merasa kasihan melihat Panji yang dicuekin oleh kedua orang tuanya sendiri, Ia pun berinisiatif untuk menanyakannya pada Lisa dan
Alina sedang menemani Lisa di ruang tengah dengan menonton acara televisi, sebuah acara berita yang sangat membuat Alina shock dan tiba-tiba membuatnya menangis tergugu.Lisa sangat terkejut melihat Alina menangis hingga seperti ini, ia pun berteriak memanggil Panji dan juga Aaron. Ia khawatir jika Alina menangis karena rasa sakit atas janin yang sedang ia kandung."Papa.... Panji....," teriak Lisa panik."Ada apa Ma?" tanya ayah dan anak itu setelah menghampiri Lisa dan Alina.Panji langsung duduk di samping dan menanyakan apa yang terjadi."Sayang kamu kenapa? Apakah ada yang sakit, ayo kita berangkat ke dokter saja," kata Panji dengan lembut dan terlihat dari raut wajahnya ia sangat mengkhawatirkan."Tidak perlu Tuan," kata Alina menahan Panji yang hendak menggendongnya ala bridge style.Panji kemudian mengurungkan niatnya, yang memperhatikan Alina yang menunjuk ke arah televisi. Gimana acara televisi itu menyiarkan b
Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan
Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce
Perasaan yang Panji rasakan campur aduk, bahkan ia kehilangan kata-kata hanya untuk sekedar berkata maaf. "Tu-Tuan...," "Ka-kamu...," Ucap Panji dan Alina terbata dan bersamaan. "Kamu saja lebih dulu yang berbicara!" kata Panji. "Tuan saja silakan lebih dulu berbicara, saya akan mendengarkan!" sahut Alina dengan lembut. Marcel yang mengerti dengan keadaan saat ini ia memilih keluar dan memberikan waktu untuk Alina dan Panji berbicara berdua. "Sayang..., Lebih baik aku keluar dulu ya ajak anak-anak kamu dan dia ngobrol aja dulu," kata Marcel dan kemudian bangun dari duduknya lalu menghampiri si kembar untuk mengajaknya keluar ruangan. Akan tetapi Alina menggeleng kuat dan menahan Marcel untuk tidak meninggalkannya. Alina merasa takut bayang-bayang masa lalu yang dilakukan Panji terhadapnya saat Panji hampir saja menghilangkan nyawanya dengan mencekik nya, waktu itu menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat membayangkan kemarahan Panji saat melempar hasil tes DNA ke waj
Panji tidak bisa mengenali pria yang bersama Alina karena sosok pria tersebut berdiri memunggunginya. Dadanya terasa sesak saat mendengar si kembar memanggil pria itu dengan sebutan Deddy. Terlihat begitu sangat bahagia Alina bersama pria itu bahkan si kembar menganggap pria itu adalah ayahnya.Panji meraba dadanya yang terasa sakit dan berdenyut, iya sedikit limbung beruntung Dion menopang tubuhnya."Boos..., kau tidak apa-apa?" tanya Dion khawatir.Airmata Panji mengalir tanpa permisi pandangannya menatap lurus pada punggung yang semakin menjauh. Di genggaman tangannya ia meremas salah satu mainan miniatur milik dua puncak kembar tadi yang terjatuh tidak sengaja saat berlari keluar lift."Tuan Panji, anda tidak apa-apa? tanya Mr lee yang datang menyusul karena Panji tidak kunjung datang memenuhi panggilannya dan ia terkejut saat melihat Panji sedang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang sedikit kacau.Panji yang ia kenal adalah panji yang mempunyai sikap tegas kejam pada siapapun
Panji dan Dion telah tiba di bandara setelah melewati perjalanan yang cukup panjang 18 jam perjalanan dengan menggunakan jet pribadi milik Panji. Kali ini ia berjanji dalam hatinya akan membawa Alina dan anak-anaknya pulang bagaimanapun caranya.Akan tetapi Panji heran, "Kenapa Alina bisa berada dan tinggal di Amerika? Dia tinggal bersama siapa?" gumam Panji lirih. Ia harus mencari tau.Panji dan Dion langsung diantar oleh Alex menuju apartemen untuk beristirahat sejenak, karena nanti malam ketiganya akan menghadiri acara pesta anniversary rekan bisnis yang mengundang Panji beserta Dion. Sedangkan Alex tentu saja Ia mendapatkan undangan secara khusus karena iya adalah salah satu orang yang sudah memperkenalkan Panji dengan salah satu orang berpengaruh di Amerika."Sebaiknya kalian istirahat dulu," Alex menepuk pundak Panji dan tersenyum lalu berpamitan meninggalkan Panji dan Dion.Panji melangkah lebih dulu memasuki kamar yang terlihat mewah di ap
Lima tahun kemudian di Boston Amerika. Seorang pria dewasa tengah bermain dengan dua bocah laki-laki kembar yang salah satunya mirip dengan Sang Mama mempunyai sifat yang lebih lembut, hangat, dan ceria. Sedangkan sang kakak mempunyai sikap yang lebih dingin cenderung cuek dan tidak peduli menjadi pribadi yang tertutup adalah cerminan dari sang Papa.Ya, si kembar Kenzo dan Kenzie sudah tumbuh besar dan usianya saat ini menginjak lima tahun lebih. Mereka sedang bermain di taman ditemani oleh Marcel. Satu-satunya pria yang dianggap oleh si kembar adalah papanya. Marcel sangat tulus menyayangi si kembar, yang menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayangnya murni dari hati tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan saat meminta Alina, lima tahun yang lalu untuk menikah dengannya.Marcel hanya berniat untuk menolong Alina dan kedua bayinya waktu itu. Dan pernikahan mereka dari dulu hingga sekarang belum pernah sekalipun untuk keduanya melakukan hubungan s
Setelah Marcel mengamankan Nina dan si kembar ia bergegas akan menyelamatkan Alina. Ia menyayangkan mengapa Alina yang harus menjadi korban penyekapan ini. Tujuannya hanya satu agar ia datang untuk menyelamatkan Alina.Marcel pun beruntung karena telah memasang alat pelacak yang ia pasang di jam tangan milik Alina. Sehingga membuat Marcel lebih gampang untuk menemukan di mana keberadaan Alina.Marcel terpaksa membawa Nina dan si kembar ke mansion, karena di sana akan lebih aman."Kita berada di mana ini Nak, Marcel?" tanya Nina saat berada di bangunan megah."Bu, Ibu tinggal di sini dulu ya sementara waktu, hingga semuanya aman dan aku bisa menyelamatkan Alina!" ucap Marcel pada Nina."Nak, Nak Marcel...," Nina menghentikan langkah Marcel yang hendak melangkah.Dengan menatap sendu Nina berkata pada Marcel dengan memohon. "Selamatkan Alina Nak Marcel!" pinta Nina sambil menggenggam erat tangan Marcel.Marcell pun tersen
Bayi kembar yang usianya baru tiga bulan kurang itu menangis dengan sangat kencang.Anehnya saat Marcel mendekati si kembar mereka langsung saja anteng saat digendong oleh Marcel, membuat Alina menatapnya dengan haru.Andai saja yang menggendong si kembar saat ini adalah ayahnya, mungkin Alina akan sangat bahagia saat sosok pria yang sedang menggendong si kembar adalah suaminya sendiri yaitu Panji. Tak terasa bulir bening mengalir di ujung netra Alina.Nina yang menyadari kesedihan Alina kemudian menghampiri dan memeluknya. Memberikan kekuatan dan menyalurkan energi positif."Apakah kamu tidak mau melihat anak-anakmu bahagia?" tanya Nina tiba-tiba, membuat Alina terkejut atas pertanyaan yang diberikan oleh ibunya."Al..., anak-anakmu butuh sosok seorang ayah. Menikahlah dengan Marcel!" pinta Nina pada Alina untuk mempertimbangkan kebahagiaan si kembar."Tapi Bu, aku dan Mas Panji belum resmi bercerai," kata Alina"Panji
Awalnya Marcel itu ragu untuk menolong kedua wanita yang berbeda usia itu, namun hati nuraninya mengatakan hal yang berbeda. Hatinya berkata untuk menolong kedua wanita itu dan melihat bayi kembar yang berada dalam gendongan masing-masing wanita itu. Lalu Marcel mencoba menghubungi ambulans di rumah sakit terdekat.Menunggu beberapa menit kemudian ambulans pun datang dan beberapa perawat mengeksekusi korban masuk ke dalam mobil ambulans dan bayi kembar digendong oleh dua orang perawat wanita yang saat Marcel memesan ambulans Ia juga memesan dua perawat untuk membawa bayi kembar yang menangis dipelukan ibu dan neneknya.Setelah tiba di rumah sakit Marcel berjalan mondar-mandir tidak tenang dan di dalam hatinya berdoa agar dua wanita yang ia tabrak itu selamat.Satu jam berlalu dokter yang menangani pasien keluar dari ruangan IGD dan menyampaikan jika keadaan pasien baik-baik saja hanya mengalami luka benturan di kepalanya.Marcell pun akhirnya bisa