Share

BAB : 104

Penulis: Soffia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Biasanya bercanda, bergurau ... tapi kini Rhea benar-benar diam. Seolah-olah dia benar-benar berada di titik rasa kesal.

Tian yang awalnya sudah tiduran, kembali duduk dan menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Menatap ke arah Rhea yang sepertinya memang menjaga jarak dengannya.

Membelai lembut kepala Rhea yang memunggunginya. “Kamu cemburu, atau justru nggak percaya padaku, sih, Rhe?” tanya Tian pelan.

Rhea kembali membuka matanya yang sengaja ia pejamkan hanya untuk membuktikan kalau dirinya sudah tidur. Sentuhan yang ia rindukan.

Tian membenturkan belakang kepalanya ke tembok, saat pertanyaannya tak mendapatkan jawaban dari Rhea. Padahal ia tahu betul kalau dia belum tidur. Hanya saja dia seakan mengabaikan apa yang ia tanyakan.

Jujur saja, ya ... emosinya lumayan kalau sudah marah. Jadi, jangan sampai sikap buruknya itu terjadi. Hanya mencoba menahan, apalagi ia tahu kalau istrinya masih terlalu dini dengan permasalahan rumah tangga. Hubungan keduanya memang sudah te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 105

    Tian tak menjawab, tapi terus saja mendekati Rhea. Tapi niat mesumnya terhenti saat sebuah cubita menerpa pinggangnya. Hingga rengkuhannya di badan Rhea terlepas dan mengaduh.“Ya ampun, Rhe ... cubitanmu benar benar mengerikan,” ujar Tian menunjuk sebuah bekas yang tampak memerah di pinggangnya. Kulitnya putih, bersih ... tentu saja warna merah itu seamkin tampak.Rhea malah tertawa puas saat melihat ekspressi muka Tian.“Siapa suruh menjahiliku,” tawa Rhea langsung kabur melipir menuju kamar mandi.Yap, seperti yang sudah direncanakan. Setelah semuanya selesai, keduanya kini sudah bersiap untuk berangkat. Ya, jarak yang harus ditempuh sekitar empat jam perjalanan. Itupun jika lancar, beda lagi kalau diterpa sebuah kemacetan panjang. Waktunya tak akan bisa dipredsiksi.Rhea menguncir rambutnya menjadi satu ikatan, tapi baru juga ikatan itu terpasang, Tian justru dengan sengaja malah menarik ikatan itu ... hingga membuat rambut panjangnya kembali terurai.“Tian,” keluhnya atas kelakua

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 106

    Satu jam perjalanan, Tian menghentikan laju mobilnya di parkiran sebuah restoran. Sudah jama makan siang, itu aryinya waktunya makan. Kalau tidak, perutnya kembali berulah. Enggak mau, kan, jika saat sibuk dengan pekerjaan nanti, dirinya malah menghadapi serangan si lambung yang malah kumat.Menanggalkan self-belt, kemudian fokus pada Rhea yang masih tidur neynyak di sampingnya. Tampak begitu tenang, hingga tak tega untuk membangunkan. Hanya saja, saat ini sudah jam makan siang.“Rhe, bangun dulu,” ujar Tian menyentuh lembut wajah Rhea, mencoba membangunkan dia.“Hmm,” lenguh Rhea mendapatkan sentuhan itu dengan kedua matanya yang masih terpejam. “Kita udah sampai, ya?” tanyanya perlahan membuka mata yang terasa perih.“Belum,” jawab Tian. “Kita makan siang dulu, ya.”“Ya ampun, mataku ngantuk banget. Berasa ada setan yang nemplok di kelopak mataku hingga berasa berat untuk terbuka,” keluhnya dengan nada malas hendak kembali tidur. Tapi terhenti saat Tian malah mengecup kedua matanya

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 107

    Kini keduanya berada di lobby hotel. Tian dengan wajahnya yang terlihat kesal, sedangkan Rhea malah kini yang memasang wajah bingung. Ya, ia bingung saat Tian emngajaknya ke sini dengan alasan ketemu sama seseorang. Entah siapa yang akan mereka temui.“Tian, kita ngapain di sini?”“Nungguin seseorang,” jawab Tian masih dengan tatapan lurus ke depan.“Aku capek, mau istirahat. Kalau kamu mau nunggu, tunggu sendiri aja,” ujar Rhea malas.Berniat untuk beranjak dari posisi duduknya, tapi terhenti ketika Tian menahannya.“Suamimu ini memintamu untuk menemani, Sayang,” Ujar Tian.Akhirnya, dengan malas Rhea menuruti keinginan Tian. Entah sepenting apakah manusia yang sedang ditunggu oleh suaminya ini, hingga mengabaikan istrinya yang kecapean.Tak lama, terdengar derap langkah yang tepat berhenti di belakang keduanya. Kemudian berlanjut, langkah itu menghadap mereka.Tian memasang wajah sinis ketika dihadapkan pada sesosok manusia yang kini berdiri dihadapannya. Kalau bukan karena memberik

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 108

    Sekarang waktu menunjukkan pukul 4 sore. Tian baru keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang terlilit di pinggangnya dan bertelanjang dada.“Bajuku mana?” tanya Tian pada Rhea yang sibuk mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam koper.“Ini,” ujarnya langsung beranjak dari posisi jongkoknya dan berbalik badan sambil menyodorkan pakaian yang akan dikenakan suainya. Yap, satu hal yang ia rasakan saat mendapati Tian ada dihadapannya. Apalagi kalau bukan kaget. Rhea malah langsung menyerang pinggang Tian dengan cubitannya, hingga suaminya itu langsung mengaduh.“Sayang, kamu apa apaan, sih? Salahku apacoba, sampai dicubit gitu.”“Bikin kaget tahu, nggak,” gerutu Rhea.“Apa mukaku tiba-tiba jadi jelek, hingga bisa bikin kamu kaget?”“Iya, muka kamu jelek,” balas Rhea berlalu menuju kasur dan menyambar ponselnya yang tergeletak di sana.Dibilang jelek, tentu saja Tian tak terima. Langsung menghampiri Rhea dengan muka ditekuk.“Aku jelek?”Rhea mengangguk.Tian meletakkan kedua tangannya d

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 109

    Tian bergegas menuju hotel. Hatinya diliputi rasa khawatir yang berlipat ganda. Ada apa dengan istrinya? Kenapa dia? Dirinya meyakini sesuatu yang buruk tengah terjadi pada Rhea.Di perjalanan, ia menghubungi pihak hotel untuk memeriksa kamarnya. Jujur, dalam hidupnya ... keadaan Rhea saat ini adalah salah satu hal yang benar benar membuat otaknya tak bisa berpikiran sehat lagi.Jarak tempat nya melakukan pertemuan dengan hotel tak terlalu jauh, hingga hanya dalam beberapa menit bisa sampai. Yap, saat ia sampai di lobby hotel, manager hotel menyambutnya dengan wajah tak baik baik saja. Terlihat raut khawatir akan sesuatu.“Bagaimana istri saya!?”“Kami sudah berulang kali mengecek, tapi istri Anda tak membukakan pintu dari dalam, Pak,” jawabnya mengekori langkah Tian yang bergegas menuju lift.Dulu ia merasa apa yang dialami Justin saat mendapati Hana tak baik baik saja adalah sebuah rasa yang berlebihan karena terlalu mengkhawatirkan. Tapi saat kini dirinya mengalami sendiri, ternyat

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 110

    Seperti yang dikatakan dokter, kini ia berada di depan sebuah ruangan ... dimana Rhea dirawat karena sudah melewati masa kritis. Masih menunggu, saat doketr memberikan dirinya ijin untuk masuk. Selang beberapa menit menunggu, akhirnya dirinya dihampiri oleh dokter. Sebuah senyuman bisa terlihat jelas dari raut wajah dokter paruh baya itu. Setiodaknya dari situ bisa ia lihta kalau kabar baiklah yang ia terima. “Gimana dokter?” Dia mengangguk. “Tenang saja, karena kondisi istri Anda sudah membaik. Hanya menunggu dia sadar.” “Apa saya sudah boleh masuk, Dok?” “Silahkan,” balas dokter ramah. Tanpa berkata kata lagi, Tian langsung saja berlalu dari hadapan dokter tersebut dan masuk ke sebuah ruangan di mana Rhea dirawat. Ya, hatinya tak sekhawatir tadi lagi, tapi saat melihat penampakan istrinya yang masih belum sadarkan diri di atas banker itu, jujur saja hatinya masih terasa sakit. Sakit jika mengingat siapa yang sudah tega melakukan ini semua. Berjalan perlahan, menghampiri dia ya

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 111

    “Maaf, ya, Han ... gara gara gue sakit. lo harus jauh jauh datang ke sini. Dan lagi, Om Justin mesti gantiin Tian,” ujar Rhea tak enak.“Ish, kenapa juga harus minta maaf,” balas Hana.“Harusnya lo kan bisa istirahat, ini malah harus ...”“Udah deh, Rhea ku tersayang. Jangan banyak bicara. Ada kalanya seseorang harus istirahat dengan sebuah alasan. Elo sakit, itu adalah sebuah alasan.”Tangan Rhea mengusap perut Hana yang mulai tampak membesar. “Tapi kandungan lo aman, kan?”“Tenang, kandungan gue aman, kok,” jawab Hana dengan senyuman mengembang. Entahlah, semua orang di sekitarnya terus saja mengkhawatirkan dirinya dan kandungannya. Padahal dalam keadaan baik baik saja.Tepat saat malam menjelang, Justin dan Hana segera pergi dari sana. Bukan kembali pulang ke rumah, tapi justru akan menginap di hotel untuk beberapa hari ke depan. Ya, apalagi kalau bukan melanjutkan tugas Tian yang tertunda. Setidaknya untuk saat ini kondisi dirinya maupun Hana dalam keadaan yang baik baik saja. Be

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 112

    Justin dan Hana sampai di Hotel. Yap, hotel yang sama dengan tempat Tian dan Rhea tadinya menginap. Jangan kaget, karena ini adalah hotel miliknya. Jadi, apapun yang terjadi di area ini, otomatis akan jadi tanggung jawab dan harus ia yang menyelesaikan. Terlebih yang jadi korbannya sekarang adalah Rhea, istri dari sobatnya sendiri.Selesai makan malam, keduanya segera menuju kamar yang sudah dipersiapkan.“Je, apa semua kamar hotel penampakannya seperti ini?” tanya Hana celingak celinguk saat memasuki ruangan yang bernuasa warna putih. Membuat suasana yang terasa saat menapakkan kaki di sana, terkesan bersih, rapi dan ... seperti kata Justin biasanya, steril nya benar benar kentara.“Maksud kamu?”“Ya, fasilitas dan tata ruangnya mungkin.”Kebayang aja, ini berapa harga permalamnya. Ini bukan terlihat seperti sebuah kamar hotel, sih ... justru malah terlihat seperti sebuah apartment yang di dalamnya begitu lengkap dan luas.“Beda beda lah, Sayang. Tapi untuk yang satu ini, tentu saja

Bab terbaru

  • Istri Kedua Sang Billionaire    ENDING

    Semalam akhirnya yang menjaga Riga adalah Tian dan Willy bersama Justin. Sedangkan Hana, Rhea dan Vio pulang ke rumah. Itupun penuh drama malam tengah malam, karena Vio tak ingin pulang jika Riga tak pulang bersamanya. Akhirnya dengan bujukan kakaknya itu semua bisa kelar. Sudahlah, kalau Vio mulai merengek dan tak terima akan sesuatu, bersiap saja untuk mendengar dia menangis dan mewek mewek. Dan pagi ini, tepat saat sarapan bersama Hana, gadis kecil itu kembali berulah. Dia nggak mau sarapan dan sekolah, jika tak bersama Riga. Membuat Hana dibuat pusing di pagi hari. “Riga nggak pernah suka dengan apa yang kamu lakukan ini, Sayang.” “Aku mau dia di sini denganku. Aku janji, Ma ... nggak akan berbuat yang bikin dia kesal. Aku janji nggak akan merengek dan berteriak teriak lagi di dalam rumah. Tapi, bawa kakak pulang.” Lihatlah, mukanya sudah memerah, menahan air mata yang sudah mengenang di kelopak matanya. Tapi sepertinya dia sedang menahan rasa itu. “Apa sekarang kamu mau ikut

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 134

    Tian mendorong kursi roda, dengan Riga yang duduk di sana. Sementara Willy memgangi tabung cairan infus, agar berada tetap di posisi lebih tinggi. TadinyaTadinya Riga meminta dokter agar infusnya dilepaskan, tapi dokter ternyata tak menginjinkan. Dikarenakan kondisi tubuhnya yang memang belum stabil.Sampai di depan sebuah ruang perawatan, Tian menghentikan langkahnya. Sedikit berjongkok dihadapan bocah 9 tahun itu.“Ga, kamu ingat, kan, apa yang dokter bilang.”Mengangguk pertanda ia paham apa yang di maksud oleh Tian.“Aku janji nggak akan bikin Papa khawatir, aku juga nggak ingin Papa sakit hanya karena memikirkanku. Kau baik baik saja, dan akan selalu baik baik saja,” terangnya.Bahkan hanya mendengar putranya berkata seperti itu saja, mampu membuat hati Hana teriris. Dia sakit, bisa dikatakan sakit parah ... tapi lihatlah, sikap yang dia tunjukkan bahkan seolah tak sedang sakit. Hal yang membuatnya benar benar bangga memiliki Riga.Willy membuka pintu ruangan itu. Melangkah masu

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 133

    Sudah hampir satu jam Semuanya pergi dan sekarang tentu saja Rhea merasa was was. Apa yang tengah terjadi, kenapa semuanya belum kembali satu orang pun? Jadi makin dibuat bingung karena Riga terus bertanya kenapa orang tua dia belum kembali.“Tante, kenapa Papa sama Mama belum kembali?”Rhea tersenyum manis pada Riga, kemudian mengelus wajah manis itu dengan lembut.“Sabar, ya, Sayang. Mungkin Mama sama Papa kamu lagi mendengarkan penjelasan dokter dulu. Atau, mungkin dokternya lagi ada pasien, jadinya mereka harus nunggu deh.”“Alasan yang nggak meyakinkan,” responnya dengan nada tak terima akan penjelasan Rhea yang berpatokan pada kata mungkin.Ayolah, dihadapkan pada posisi di mana dirinya hanya berdua dengan Riga, itu begitu sulit. Karena dia adalah tipe anak yang punya pikiran cerdas dan nggak akan gampang dibohongi.“Perasaanku nggak enak,” gumamnya perlahan.Di saat yang bersamaan, Tian datang. Seketika Riga langsung bangun dari posisi tidurnya dan berharap jika orang tuanya j

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 132

    Seperti yang sudah direncanakan semalam, hari ini Riga akan melanjutkan pemeriksaan menyeluruh termasuk tes lab. Berharap jika apa yang diperkirakan Dokter semalam tak benar benar terjadi. Entah apa yang akan ia lakukan jika hal buruk itu terjadi pada putranya.Lagi lagi hanya bisa menunggu ketika putranya harus menjalani pemeriksaan dalam waktu yang lama. Bahkan berjam jam. Sungguh, ini rasanya menyakitkan hatinya sebagai seorang ibu.Dari kejauhan tampak dua orang berjalan cepat mengarah pada Hana dan Justin. Ya, Tian da Rhea.“Han, gimana Riga?” tanya Rhea langsung pada Hana.Bukannya menjawab pertanyaannya, Hana justru langsung memeluknya erat. Tentu saja itu membuat hatinya justru tak tenang. Ditambah lagi dengan dia memasang wajah sendu. Tak hanya Hana, raut muka Justin juga tampak tak baik baik saja. seperti baru saja mendengar sebuah kabar tak mengenakkan.“Ada masalah sama Riga?” tanya Tian ikut bertanya pada Justin. “Dia baik baik aja, kan?”Justin hanya mengangguk. Ia sanga

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 131

    Hana dan Justin berada di depan ruang UGD, menunggu dokter keluar dari sana untuk memberikan hasil tentang keadaan dan kondisi Riga. Raut cemas tampak begitu jelas di wajah keduanya, terutama Hana yang sedari tadi terus saja menangis.Sedangkan Justin, jangan ditanya lagi seperti apa perasaannya saat ini. Bahkan saat mendapati kondisi Riga ketika sampai di rumah, nyaris membuat otaknya seperti sedang dihantam sebuah kenyataan yang menyakitkan. Bukan berniat untuk berprasangka buruk, tapi kejadian ini membuatnya benar benar tak bisa tenang.Justin membawa Hana ke pelukannya, berharap istrinya ini bisa tenang. Karena dengan melihat dia begini, jujur saja ia semakin cemas. Dan tak berharap jika kebiasaannya juga akan ikut kambuh. Itu tentu saja membuat istrinya seakan makin bingung.“Jangan nangis terus ... anak kita akan baik baik saja, Sayang,” bisik Justin menenangkan hati Hana.“Aku takut Riga kenapa kenapa, Je. Aku nggak mau dia sampai sakit,” balas Hana.“Aku tahu, tapi kalau kamu

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 130

    Hana langsung tersentak ketika mendapatkan telepon seperti itu dari putranya. Darahnya seketika berdesir hebat, saat suara ringisan putranya masih terdengar di pendengarannya.“Ada apa?” tanya Justin kaget melihat raut khawatir di wajah Hana.“Kita pulang sekarang. Terjadi sesuatu sama Riga,” jawab Hana langsung beranjak dari posisi duduknya dan membawa Vio segera mengikutinya.Justin langsung mengikuti langkah Hana yang sudah lebih dulu berlalu keluar dari restoran.“Kak Riga kenapa, Ma?” tanya Vio saat berada dalam mobil, karena bingung dengan sikap kedua orang tuanya.Tak ada jawaban yang diberikan Hana pada pada putrinya. Ia fokus menelepon seseorang, hingga mengabaikan pertanyaan Vio.“Hallo, Mbak Reni ... cek Riga di kamar sekarang, ya,” pinta Hana dengan nada cemas.“Memangnya ada apa, Bu?”“Cepetan!” emosinya ketika perintahnya malah dibalas pertanyaan.“I-iya, Bu.”Hana bisa mendengar langkah cepat sang pengasuh anak anaknya itu melangkah cepat menuju lantai atas, karena terd

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 129

    Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, kalau malam ini akan makan di luar. Tentu saja bukan makan malam berdua, karena harus diingat, ada Vio dan Riga.Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, si princess yang sudah dari tadi siap, hanya bisa mondar mandir seperti setrikaan rusak saat orang tuanya dan juga kakaknya belum menampakkan diri dihadapannya. “Udah siapa, Sayang?” tanya Hana pada Vio yang akhirnya duduk di sofa dengan muka cemberut.“Udah dari tadi, Mama. Tapi semua orang malah belum apa apa.”Justin tersenyum dengan tingakh putrinya yang satu ini. Pokoknya kalau mau pergi pergi, dia yang paling gercep untuk siap siap.“Riga mana?” tanya Justin karena tak mendapati putranya di sana.“Aku nggak mau ikut,” sahutnya menuruni anak tangga dari lantai atas ... masih dengan pakaian rumahannya.“Loh, kok nggak ikut?” tanya Hana menghampiri Riga yang seperti biasa ... sikapnya selalu kalem seakan tak memiliki perasaan.“Nggak kenapa kenapa, kok, Ma ... cuman males aja. Ada tugas jug

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 128

    Perlahan tapi pasti, hal hal yang dianggap baru dan asing juga akan terbiasa menghiasi hari hari. Begitupun dengan apa yang sedang dialami oleh Hana. Yang tadinya ia hanya berdua dengan Justin, kini semua terasa ramai ketika ada dua anak yang seakan membuat suasana di rumah terasa hangat.Justin yang tadinya hanya fokus mengurus pekerjaan meskipun di rumah, kini seolah merombak jadwal dan aktifitasnya. Saat di rumah, dia hanya akan fokus untuk keluarga. Tak ada lagi pekerjaan kantor yang dibawa pulang.Semakin terbiasa tanpa adanya bantuan perkara urusan si kecil, membuat Hana merasa benar benar full jadi ibu seutuhnya. Semua dilakukan sendiri, meskipun harus mendengar ocehan Justin yang menganggap dirinya kecapean.Jujur saja, ini rasanya memang capek ... hanya saja semua rasa itu seolah sirna ketika melihat mereka tersenyum padanya, seakan mengatakan terimakasih.Rasanya satu hari itu berlalu begitu cepat. Masih berputar putar dan fokus pada Riga dan Vio, tiba tiba saat selesai hari

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 127

    Rasanya benar benar terasa lega, ketika akhirnya setelah beberapa hari di rumah sakit, kini kembali ke rumah. Tentunya pulang dengan tambahan dua anggota baru yang akan menghiasi suasana rumah.Sebelumnya hanya berstatus sebagai seorang istri, sekarang bertambah dengan status ibu dua anak. Ayolah, itu rasanya benar benar sulit dipercaya dengan dirinya yang masih berusia 20 tahunan.Justin membantu Hana turun dari mobil dengan si kembar yang berada dalam gendongan dua orang suster. Jangan berprasangka buruk dulu kalau dirinya akan menggunakan jasa dalam merawat anak anaknya, bukan seperti itu. Ini hanya untuk beberapa hari ke depan, setidaknya sampai luka bekas operasinya mulai membaik dan aman untuk banyak bergerak.Tak lama, dua mobil tampak memasuki area pekarangan. Bisa ditebak siapa yang datang. Itu mobil Tian dan Willy, yang artinya ... pasti pasangan mereka juga ikut.Melanjutkan langkah memasuki rumah, tempat yang membuatnya tiba tiba rindu, meskipun kadang menyebalkan juga kar

DMCA.com Protection Status