Share

62. Tolong Bertahan

last update Last Updated: 2024-07-09 23:02:15

**

Surat cerai itu benar-benar dialamatkan William ke rumah orang tua Binar selang satu minggu setelah kedatangan Binar terakhir kali ke kediaman Tuan Muda Aarav. Sebab hubungan keduanya –kendati sudah didasari oleh rasa cinta– masih terlalu lemah dan mudah goyah.

Hati Binar hancur sehancur-hancurnya. Ia memang sudah seringkali memikirkan perihal perpisahan dengan sang tuan, namun tak pernah ia kira akan terjadi secepat ini, pun dengan cara yang demikian buruk seperti ini. Binar sungguh berduka dan merasa kehilangan karenanya.

Hingga berminggu-minggu kemudian, Binar terus tenggelam dalam duka. Membuat Gio turut resah, karena bagaimanapun, ia yang bertanggung jawab atas semua bencana ini.

“Kasihan bayi kamu kalau kamu seperti ini, Binar. Seenggaknya kamu harus makan sesuatu biar ada asupan buat dia,” bujuk Gio. “Kamu dari kemarin nggak makan apapun, Binar.”

Hari ini dokter muda itu datang berkunjung seperti biasa di sela-sela kesibukannya di rumah sakit. Dan apa yang Gio dapati ketika
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   63. Born

    **Makhluk mungil itu sedang tertidur lelap dalam kain bedong hangat yang membalut tubuhnya. Sepasang matanya tertutup rapat, membentuk seleret garis indah dibingkai wajah bagai boneka dengan dua belah pipi gembil yang putih kemerahan.Binar memandangnya lekat-lekat dengan gemuruh perasaan memenuhi dada.Sedih, bahagia, dan terharu.Bayi mungil yang tampan ini lahir tanpa kehadiran ayahnya. Ia terpaksa melihat dunia untuk pertama kalinya tanpa dekap orang tua yang lengkap.Hati Binar terasa bagai disayat kala mengingat ini. Namun saat ia memandang wajah sang putra yang terus memejamkan mata dalam damai dengan senyum tipis menghiasi bibir mungil itu, segala dukanya musnah sudah.“Kenapa kamu masih belum tidur jam segini? Kamu harus istirahat, Binar. Bayi kamu tenang sekali, kok. Jadi nggak perlu kamu tungguin seperti itu.”Sebuah vokal baritone menerpa rungu seiring pintu ruangan yang berderit terbuka. Binar mengalihkan pandang sekilas, mendapati Gio yang memasuki ruangan masih dengan

    Last Updated : 2024-07-11
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   64. Manipulatif

    **William Aarav mendadak menghentikan langkah begitu ia melihat Binar berdiri di hadapannya dengan air mata berderai-derai. Sepasang manik gelap itu bergetar sesaat. Ia tampak begitu terkejut, selama satu detik raut wajahnya tampak seakan hendak meraih Binar ke dalam pelukan. Namun detik berikutnya, pria itu tersadar dan kembali berubah dingin.“Tuan William … putra kita sudah lahir. Apakah … apakah anda tidak ingin melihatnya? Dia sangat mirip dengan anda, Tuan. Dia–”“Kamu masih punya muka untuk menemui William setelah segala yang kamu lakukan?”Binar tersentak. Ia terlalu fokus kepada sang tuan sehingga tidak menyadari ada seseorang yang sedang bergelayut manja di lengan pria itu. Pelan-pelan pandangan Binar bergulir ke arahnya. Ke arah sang nyonya muda yang kini tengah menatap angkuh, sebab kedamaian hidupnya mendadak terusik.“Kamu masih punya muka untuk menemui Willy?” ulang Rachel murka. “Dasar perempuan nggak tahu malu!”“Sa-saya hanya ingin Tuan William melihat putranya, Mba

    Last Updated : 2024-07-14
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   65. Perasaan Abu-Abu

    **Tangan Binar gemetar saat ia menggendong bayinya dan membawanya pulang ke rumah hari ini. Bayi tampan yang masih merah itu tertidur pulas dalam balutan selimut di pelukan Binar. Dengan diantar Gio, ia melangkah pelan hendak memasuki rumah.Namun apa yang terjadi?“Siapa yang bilang kamu bisa tetap tinggal di sini?”Langkah Binar seketika terhenti begitu ia sampai di ambang pintu. Vidia, sang ibu tiri, berdiri menyambut dengan raut keruh. Pandangan mata wanita itu menyipit, menatap buntalan selimut dalam pelukan Binar.“I-Ibu ….”“Kamu pikir rumah ini masih bisa menampung beban keluarga sepertimu? Kamu sudah bikin malu keluarga dengan perbuatanmu itu, Binar. Jadi sebaiknya kamu jangan menginjakkan kaki di rumah ini lagi.”Binar tersentak. Sama sekali tidak mengira sambutan yang ia terima bahkan saat luka melahirkan masih nyeri adalah seperti ini. Selama beberapa detik, perempuan itu hanya bisa tertegun di ambang pintu.“Bu Vidia, Binar baru saja pulang dari rumah sakit. Kenapa anda

    Last Updated : 2024-07-18
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   66. Bertemu

    **Dua Tahun.William Aarav bertopang dagu di atas meja kerjanya, menatap kosong kepada hamparan pemandangan kota di luar dinding kaca ruangannya yang megah.Kegiatan yang seperti sudah menjadi kebiasaan pria itu selama dua tahun belakangan ini jika ia sedang tidak begitu sibuk ; melamun.Dua tahun sejak ia berpisah dengan istri kecilnya. Saat ini, William sama sekali tidak mengetahui di mana Binar berada. Juga putra perempuan itu, yang hingga detik ini sama sekali tidak pernah William ketahui seperti apa wajahnya.Pria itu menghela napas. Ia beranjak dari kursi kebesaran dan mengayun langkah keluar dari kantor Diamond Group, tempat kebanggaannya selama ini.William rasa ia butuh penyegaran otak. Seharian duduk di balik layar laptop membuatnya merasa sakit kepala.Sang tuan yang kini berusia tiga puluh tujuh tahun itu akhirnya memilih mengemudi memutari kota dan menghentikan kendaraannya di sebuah taman yang tampak damai.Sesuatu yang William tidak pernah lakukan sebelumnya. Mau apa m

    Last Updated : 2024-07-21
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   67. Dingin

    **William tidak bisa berhenti memikirkannya.Paras itu, sosok mungil yang berlari-lari riang di dalam kepalanya sejak siang tadi.Hingga lebih dari tengah malam, William masih termangu di tepi balkon ruang tengah rumah megahnya. Merenung dengan batang nikotin terselip di antara jemari. Sekali-sekali celah bibirnya menghembuskan asap sepekat benaknya kala itu.William tidak akan sadar bahwa saat itu sudah tengah malam, kalau saja ia tidak menengok sebab mendengar langkah-langkah kaki datang dari arah tangga.“Rachel?” Ia menyebut reflek saat mendapati sang istri baru saja pulang. Masih dengan penampilan glamor full make up. Yang bersangkutan tertegun sesaat saat melihat suaminya memandang sengit dari kejauhan. “Ini hampir jam setengah dua dini hari, Rachel. Bagaimana mungkin kamu baru pulang jam segini?”William bertanya, sebab sebelum ini sang istri setidaknya sudah di rumah paling lambat jam dua belas malam. Kalaupun terlambat dan terpaksa pulang larut, ia pasti mengabari terlebih

    Last Updated : 2024-07-24
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   68. Penantian

    **Binar masih separuh tertidur saat ponselnya berdering.Ia bangun dan duduk, lantas meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menelepon, perempuan itu menggulir layar untuk menerima panggilan teleponnya. Ia pikir mungkin itu adalah Gio.“Halo?” sapanya dengan suara mengantuk. Binar bahkan tidak sempat melihat saat itu jam berapa. Ia hanya ingat melirik Noah yang tengah lelap di atas ranjang. Memastikan sang putra baik-baik saja, kemudian baru bisa fokus kepada ponselnya lagi.“Halo?” Binar mengulangi.Tidak ada suara jawaban dari seberang. Binar memutuskan itu adalah semacam telepon iseng dan berniat mematikan panggilan saja, namun suara dalam yang pelan membuatnya mengurungkan niat.“Binar?”Binar mengernyit. Ingat, ia masih setengah mengantuk jadi tidak bisa seratus persen fokus. Kendati demikian, alam bawah sadarnya mengenal suara itu dengan sangat familiar.“Ya, halo?”“Binar, kamu belum tidur?”Kerutan halus menghiasi kening Binar. Sekali lagi ia me

    Last Updated : 2024-07-29
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   69. Bersama Siapa?

    **Ini sungguh menyebalkan, namun William tidak bisa menolong dirinya sendiri.Seluruh benaknya dipenuhi bayangan tentang Binar setelah pria itu nekat menelepon sang mantan istri kedua semalam. Hingga hari berganti pagi, ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata sedikitpun. Terbayang-bayang paras lembut yang sempat membuat hatinya bergetar saat-saat lampau dulu.Akhirnya sekitar pukul sembilan pagi, sang presdir membawa wajah kuyunya keluar kamar. Menyeret langkah malas menuju meja makan untuk bersiap berangkat ke kantor.Tak ia temukan sang istri di sana. Membuat kernyitan dalam tercetak pada kening pria rupawan meski usianya sudah hampir kepala empat itu.“Ke mana Rachel? Apa dia belum bangun?” tanyanya kepada perempuan pegawai rumah yang sedang menyiapkan meja makan.Perempuan itu tampak sedikit gugup menerima pertanyaan demikian dari sang tuan. Ia mundur beberapa langkah dan menunduk dalam-dalam sementara menjawab.“Nyonya … Nyonya sudah berangkat sekitar satu jam yang lalu, Tuan.

    Last Updated : 2024-08-02
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   70. Problem Solving

    **Dua orang itu terperanjat. Terutama si pria di samping Rachel yang segera menjauhkan tubuh dengan canggung. Ia berdehem pelan untuk menutupi salah tingkah, sementara itu Rachel sendiri terlihat gelagapan walau setelahnya bertingkah seolah tidak ada yang terjadi.“William? Kamu ngapain di sini?”Sang tuan melangkah mendekat dengan pandangan keruh. “Bukankah seharusnya aku yang bertanya begitu? Sedang apa kamu berada di sini pada hari sepagi ini?”“Aku kerja, Willy!”“Pekerjaan macam apa? Aku nggak melihat apapun yang tampak seperti pekerjaan. Kecuali kalau berpegangan tangan dengan laki-laki asing menurutmu termasuk pekerjaan?”Pria rupawan itu menjatuhkan pandangan tajam kepada pria di samping Rachel yang ternyata membalas tatapannya dengan berani.“Willy–”“Dan haruskah di tempat seperti ini? Apakah kamu bisa memberikan penjelasan yang masuk akal kepadaku?”Rachel sungguh gagal menyembunyikan rasa gugupnya. Ia mengalihkan pandangan dari sang suami yang masih berdiri di tempat deng

    Last Updated : 2024-08-04

Latest chapter

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   100. Kembali Padamu

    **Seharusnya, acara pernikahan memanglah seperti ini.Penuh dengan rasa dan suasana bahagia. Dan walaupun dari keluarga Binar yang hadir hanya tiga orang, yaitu Ayahnya, Gio, dan Linda, namun bagi Binar itu lebih dari cukup. Dari tiga orang itu, tidak ada yang memiliki senyum palsu. Mereka tersenyum karena memang turut merasa bahagia. Ini adalah pernikahan William dan Binar yang kedua. Namun rasanya seperti mereka baru saja mengikrarkan janji suci setelah saling jatuh cinta sekian lamanya. Dalam balutan gaun putih sederhana yang justru membuat Binar terlihat sangat cantik, perempuan itu tak henti-henti tersenyum. Hatinya mengembang bahagia, mekar seperti bunga-bunga di musim semi. Sesekali melirik kepada sang suami yang terlihat seperti patung dewa, mengenakan setelan tuksedo putih senada. Tidak tampak lagi Tuan William Aarav yang dingin dan kaku. Malam ini pria rupawan itu menebar senyum kepada setiap orang yang turut datang pada hari bahagianya.Pernikahan dilaksanakan di salah sa

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   99. Tidak Bisa Menunggu

    **“Aku turut berbahagia dengan keputusan kalian. Meski demikian, kalau kau ulangi perbuatanmu sekali lagi, aku bersumpah akan merebut Binar dan membawa dia lari ke ujung dunia, William. Akan aku pastikan kau tidak bisa menemukannya apapun caramu.”William dan Binar saling bertukar pandang sejenak sebelum yang lebih muda tertunduk malu. Kedua orang itu sedang duduk dengan canggung di ruang tamu kediaman Gio malam ini. Mengantarkan Noah melepas rindu dengan sang ‘papa’, sekaligus menyampaikan niat untuk kembali bersama.“Kedengaran seperti ancaman.”“Ya memang ancaman. Aku serius, William. Jangan sok meremehkan begitu wajahmu!”“Baiklah, baiklah Tuan.” William memotong dengan dengus tawa pendek. “Akan aku pastikan hal itu tidak akan pernah terjadi.”“Binar, kamu tahu harus mencariku di mana kalau manusia jelek ini menyakitimu lagi. Nggak usah khawatir, aku selalu dalam mode siaga untuk membawamu kabur, kapan saja.”“Jaga mulutmu, Gio!”“Aku nggak akan menjaga mulutku kepada orang payah

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   98. Berbahagialah

    **Binar terpaku di tempatnya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menanggapi permintaan itu. William terlalu frontal, dan impulsif. Bisa-bisanya ia datang selarut ini hanya untuk meminta pelukan.“Tu-Tuan, ini sudah malam.”“Aku sudah tahu.”“Bukankah sebaiknya anda pulang saja?”Pria itu tersenyum. Sebuah pemandangan yang jarang sekali dilihat orang. Senyumnya tampak tulus, membuat wajahnya yang sudah tampan, menjadi berkali-kali lipat lebih dari itu. Binar terkesima, sungguh.“Sudah aku bilang, kan. Aku sudah merindukanmu lagi. Aku tidak mau pulang sebelum kamu memberiku pelukan.”Apa-apaan itu? Binar bergerak dengan tidak nyaman. Sesekali ia menoleh ke arah belakang, khawatir kalau-kalau Linda atau Noah mengintipnya dari dalam sana. Tapi tentu saja tidak, sebab keduanya sudah tidur sejak beberapa jam yang lalu.“Tuan, ini tidak benar.” Binar mendesah dengan gusar. Ia menatap entitas di hadapannya itu dengan agak segan.“Memang tidak benar. Sejak kapan cinta bisa dibena

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   97. Dilema

    **Binar buru-buru menghapus air matanya. Ia menoleh dengan gugup ke samping, dan baru menyadari bahwa sang putra juga masih berada di sana. Bocah kecil itu memandang dengan ketakutan, terutama kepada Binar yang menangis.“Mama?” sebutnya lirih, “Mama okay?”“Ah, sorry. Mama okay. Mama nggak apa-apa, Sayang.” Binar menghempaskan tangan William yang masih menggenggam pergelangan tangannya. Ia berjongkok untuk mensejajarkan tinggi badan dengan Noah yang masih memasang wajah gusar.“Mama, are you cry?”“Yes, a little.” Binar menjawab pertanyaan itu dengan senyum. “Tapi Mama sudah nggak apa-apa.”“Mama ….”“Noah, come in, Baby. Bisa Aunty minta tolong untuk kasih makan Gi?” Linda mendadak datang untuk menyelamatkan situasi. Ia menunjuk golden retriever-nya yang sedang mengibas-ngibaskan ekor penuh semangat.“Tapi Mama?” Noah tampak keberatan. Ia memandang sang ibu, khawatir bahwa pria di belakangnya itu akan membawa pergi ibunya jika ia meninggalkan tempat.“Mama hanya akan bicara dengan

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   96. Jangan Menangis

    **Hampir satu bulan berlalu sejak kedatangan para pria yang mengaku utusan dari Juliana Aarav itu. Sepanjang satu bulan itu Binar harap-harap cemas, takut kalau-kalau mereka datang lagi. Tapi ternyata ketakutannya tidak terbukti, para utusan itu tidak lagi menampakkan batang hidungnya. Maka, Binar menganggap semua itu hanya angin lalu. Hidupnya kembali berjalan dengan normal belakangan ini.Sore ini, di tengah kegiatannya menjaga butik milik Linda, Binar sedang melihat-lihat review pre-school yang berada di sekitar sana melalui internet. Ia rasa sudah waktunya mendaftarkan Noah untuk bersekolah.“Dia belum genap empat tahun, dan kamu sudah ribut mau menyekolahkan?” celetuk Linda dari balik meja kasir.“Dia empat tahun dua bulan lagi, Lin. Lagipula sepertinya dia bosan di rumah seharian tanpa teman seusia, kan?” Binar layangkan pandang kepada sang putra yang sedang bermain-main dengan anak anjing di luar butik. Padahal Noah sama sekali tidak kelihatan bosan.“Oh, kalau aku jadi Noah,

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   95. Pembalasan

    **“Sialan! Dari mana mereka dapat video itu? Itu draft pribadi yang aku simpan di ponsel, dan nggak ada seorang pun yang pernah menyentuh ponsel aku selain kamu, Abian!”Rachel berteriak murka di dalam kamar apartemennya. Ia baru saja melihat berita yang saat ini sedang panas ditayangkan di semua channel stasiun televisi ; video affair dirinya dengan Abian, tanpa sensor!“Kamu nuduh aku?” balas Abian tak terima. Pria itu berdiri dari sofa dan menunjuk sang kekasih dengan berang. “Atas dasar apa kamu nuduh aku begitu, Rachel?”“Tapi nggak ada seorang pun yang pernah sentuh ponsel aku selain kamu, Bi!”“Apa kamu pernah lihat aku pegang-pegang ponselmu akhir-akhir ini? Pikir dulu kalau mau menuduh, jangan asal buka mulut kamu, Rachel!”“Sial! Argh, sial! Jadi ini bagaimana? Aku harus bagaimana?” Perempuan cantik itu mengacak surai panjangnya dengan frustasi. Sekali lagi ia melirik kepada televisi yang masih menyala, dan pemberitaan tentang dirinya masih ditayangkan di sana.“Sial, berit

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   94. Lega

    **“Ibu sudah menemukan keberadaan Binar? Benar kah, Bu? Di mana Binar sekarang? Apa dia baik-baik saja?”William yang kala itu masih berkutat dengan perasaan galau, mendadak saja melupakan semua kegalauannya hanya demi kabar yang baru saja ia dapatkan dari sang ibu hari ini. Pria itu memastikan panggilan ponselnya masih tersambung, ia beranjak dari sofa dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar.“Bagaimana, Bu?”“Dia aman. Hidup dengan baik bersama temannya di Australia. Utusan Ibu berhasil menemukannya dengan melacak posisi sinyal ponsel.”“A-Australia? Astaga, sejauh itu?”Suara hela napas samar Juliana Aarav terdengar melalui speaker ponsel. William tidak sabar menunggu kelanjutan beritanya.“Dia nggak mau kembali kepadamu, Will. Ibu sudah suruh orang untuk menyampaikan tawaran itu, tapi orang-orang utusan Ibu bilang Binar nggak ingin kembali ke Indonesia.”“Sial ….” “Bukan sial, tapi kalau kamu ingin dia kembali kepadamu, maka kamu harus jalan sendiri sekarang. Ibu sudah cukup m

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   93. Tidak Mau Kembali

    **Binar terkesiap. Sungguh ia kaget mendengar nama itu.Juliana Aarav? Tidak, ia tidak akan melupakannya meskipun hanya satu kali dalam hidupnya ia bertemu dengan pemilik nama itu.Sang Nyonya Besar, ibunda dari William Aarav. Perempuan anggun di atas kursi roda yang datang saat hari pernikahan William dengan Binar dulu.“Nyo-Nyonya Juliana?” Binar masih tercekat. Ia memandang kepada para utusan yang masih berdiri dengan kepala menunduk penuh hormat kepada dirinya.“Benar, Nona Binar. Kami diutus untuk menemukan keberadaan anda.”“Silahkan duduk dulu, dan jelaskan duduk perkaranya kepada Binar agar dia tidak bingung. Kalian lihat, dia ketakutan dan mengira kalian adalah orang jahat.” Suara Linda terdengar geli saat mempersilahkan beberapa pria itu untuk duduk kembali. Sebab mereka akan terus berdiri seperti itu selama Binar tidak menyuruhnya duduk.“Kamu juga, Binar. Dengarkan dulu apa alasan mereka sampai bisa menemukanmu di tempat ini.”Binar yang linglung hanya bisa menurut apa k

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   92. Para Utusan

    **“Oh, ini semakin buruk. Apa yang terjadi? Kenapa beritanya jadi begini?”Binar tanpa sadar menggigiti kuku jemarinya sendiri. Sebuah kebiasaan yang sulit ia tinggalkan jika sedang gusar dan galau seperti sekarang ini. Perempuan itu tengah termangu di depan televisi yang sedang menyiarkan berita dari Indonesia. Sebuah acara infotainment, yang belakangan ini entah bagaimana seperti Binar temukan kapanpun ia menyalakan televisi atau membuka sosial media.“Aku bisa saja menuntut kau dan perusahaanmu karena tuduhan seperti itu. Aku hanya diam selama ini bukan berarti aku tidak bisa melawan. Jika kau, dan kalian semua, masih tetap bersikap seperti orang-orang yang tidak beradab, maka aku akan mengirim kalian ke tempat di mana seharusnya kalian berada.”Binar mendesis melihat potongan video itu. Ia tahu siapapun yang mengambil potongan video itu, sengaja membuatnya menjadi sedemikian dramatis. William, ya, William Aarav, tampak angkuh dan menakutkan dalam video tersebut. Meski Binar sang

DMCA.com Protection Status