Share

Perang Dingin

Perempuan paruh baya itu melepas kacamata hitam yang melekat di wajahnya. Semua yang ia kenakan adalah barang bermerk dengan harga fantastis. Mulai dari pakaian, tas, sepatu, hingga anting berlian yang tersemat di telinganya. Jelas sudah bila dia bukanlah wanita sembarangan.

“Kenapa kamu terkejut, Hamdan? Apa aku tidak boleh pulang ke rumah mendiang suamiku? Bukankah aku masih dianggap menantu di rumah ini?” tanya Hana sembari menatap Hamdan.

“B-bukan begitu maksud saya, Nyonya Besar. Biasanya Anda memberitahu dulu sebelum pulang,” ucap Hamdan meralat ucapannya. Sedikit saja salah bicara, bisa berakibat fatal. Apalagi, Hana memiliki sifat temperamen dan mudah sekali tersinggung hanya karena hal-hal sepele.

“Memang aku tidak ada rencana untuk kembali ke Jakarta. Tapi, karena aku mendengar kabar yang sangat buruk, terpaksa aku pulang lebih awal.”

Hamdan langsung meneguk saliva kasar. Ia tahu benar apa yang dimaksud oleh Hana, yaitu pernikahan kedua Kaisar yang diatur oleh Tuan Barata
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status