Malam menjijikkan yang dikatakan Karina memang benar, tapi hanya sekitar dua puluh persen. Itu hanya tentang dirinya membawa pulang Aaron dari bar tempatnya mabuk berat. Ia juga yang membaringkan Aaron di kamarnya. Aaron yang mabuk berat dan terus menyebut nama Alexa juga benar, berikut saat Aaron menyangka kalau Karina adalah Alexa pada malam itu.Akan tetap saat mereka hampir melakukan persetubuhan, Aaron yang memang memiliki kulit yang sensitif pada sentuhan wanita lain selain Alexa, seketika merasa tidak nyaman dan memilih tertidur. Dirinya batal melakukan itu pada Karina, hingga Karina yang sudah berharap lebih, batal mendapatkan tubuh Aaron.Karina yang kesal karena tidak bisa melakukan apapun, memilih pergi dari rumah Aaron dan menghabiskan malam di bar untuk mabuk. Dirinya baru kembali ke rumah Aaron lagi saat pagi buta.Dan, semua adegan pergi dan kembalinya Karina berikut Aaron di rumahnya itu, terekam dalam pantauan CCTV rumah tersebut. Dari tempat yang lain, tepatnya di ru
Saat Alexa tengah menderita dengan kehancuran hati dan kepercayaannya pada pria yang amat dicintainya tersebut, Aaron sendiri tengah berbaring tanpa sadar di rumah sakit keluarganya. Austin membawa kakaknya ke rumah sakit setelah mendapati Aaron terbaring tidak berdaya karena terlalu banyak minum. Aaron terus muntah dan lemas hingga akhirnya pingsan tanpa seorang pun di rumah. Beruntung Austin cepat pulang saat itu."Kak, sebenarnya situasi kacau macam apa yang kita hadapi ini? Aku tidak akan tahan kalau kau terus menghancurkan dirimu sendiri seperti ini. Bangun dan kuatlah seperti dirimu yang dulu, aku dan Axel sangat membutuhkanmu, ..." ucap Austin lirih sambil menggenggam tangan Aaron yang masih terpejam."Papa?" panggil Axel yang berada di depan pintu sambil menggenggam tangan kakeknya. Si kecil datang bersama Tuan Daniel."Kemarilah, Nak." panggil Austin pada Axel yang kemudian mendekat dan duduk di pangkuannya, "Axel, bangunkan Papamu. Katakan padanya, saat ini bukan waktu yang
Ryanlah yang amat tahu seberapa berbahaya obat yang telah diminum oleh Alexa. Karena dirinya sendiri yang meracik obat tersebut untuk Alexa. Racikan obat perangsang yang dicampurkan dengan herbal tertentu hingga menghasilkan efek rangsangan kuat bagi yang meminumnya. Dan itulah yang terjadi pada Alexa setelah meminum obat tersebut.Namun, selain khasiatnya yang begitu kuat, efek sampingnya juga tidak main-main. Orang yang meminum obat tersebut akan kehilangan nyawanya saat hasrat seksnya tidak tersalurkan setelah beberapa saat efek obat mulai terasa.Dan hal itu yang saat ini menjadi ketakutan bagi Ryan. Ia tidak ingin Alexa mati konyol karena perbuatannya. Awalnya Ryan sangat yakin Alexa akan menuruti hasrat yang diminta tubuhnya. Akan tetapi, Ryan salah. Cinta Alexa pada Aaron dan keteguhan hati Alexa terlalu keras untuk dihancurkan oleh nafsu yang bisa membunuhnya saat ini.Walaupun Ryan sudah mengakui kesalahannya dari lubuk hati yang terdalam, dirinya tetap harus membuat Alexa te
"Kak, apa kau ingin seperti ini saja? Kau tidak peduli lagi dengan perusahaan kita? Asistenku masih dirawat, dan aku kewalahan saat ini. Bagaimana kau bisa begitu kejam padaku, Kak? Aku tidak suka melihatmu seperti ini. Kau tidak seperti Kakakku Aaron yang tangguh!" omel Austin lagi."Maaf, Austin. Aku memang tidak berguna. Aku tidak bisa menjaga apapun yang kumiliki. Perusahaan, keluarga, dan istriku. Aku benar-benar pecundang." jawab Aaron pasrah dan putus asa.‘Plak!’"Maaf, Kak! Aku tidak tahan lagi melihatmu seperti ini. Tamparan itu untuk menyadarkanmu kalau kau tidak sedang tidur dan bermimpi. Ini kenyataan, dan kau harus menjalaninya! Jangan terus berputar-putar seperti ini. Ceritakanlah padaku apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?!" bentak Austin tidak bisa lagi menahan kekesalannya.'Aku tidak akan membahayakan hidupmu, Austin. Kau akan kecewa padaku karena masalah Karina. Kau juga mungkin akan kecewa pada Alexa karena sebenarnya dia sudah memiliki hubungan lain sebelum p
"Rain, sepertinya kau akan kedatangan tamu," ucap Ryan santai pada Alexa yang baru saja bangun."Siapa?" tanya Alexa singkat."Austin Hobbs. Apa selain saudaranya, dia juga tahu identitasmu yang seorang mafia? Kuharap kau mengatakan tidak," balas Ryan dengan ekspresi serius."Aku tidak yakin, tapi sepertinya dia tidak tahu. Jangan bertindak berlebihan, Ryan. Meskipun dia tahu, aku yakin dia akan menjaga rahasiaku. Austin bisa dipercaya." jawab Alexa yang curiga dengan ucapan Ryan tentang Austin."Kenapa kau begitu yakin orang-orang itu tidak akan membuka mulut mereka lebih lebar setelah semua ini?" Ryan kembali bertanya."Mereka orang-orang yang baik. Aku yakin mereka akan menjaga rahasiaku dan tidak membuat masalah lebih." jawab Alexa dengan perasaan miris."Baiklah, aku akan mengabaikan keteledoranmu kali ini. Tapi, kalau saja di kemudian hari kudengar kau bermasalah karena mereka, jangan salahkan aku, Rain. Aku hanya berusaha melindungimu," balas Ryan tenang."Ayo, kubantu kau memb
"Kau yakin akan ke luar? Angin di luar begitu sejuk. Ingatlah tubuhmu, Rain." tanya Ryan pada Alexa saat membantunya duduk di sebuah kursi roda. "Tidak akan ada yang terjadi padaku, kau tenang saja. Aku ingin bicara dengan Axel saat hatinya bahagia. Dengan begitu, perpisahan kami tidak begitu menyedihkan untuknya." jawab Alexa tenang seraya tersenyum miris. "Baiklah, terserah padamu. Pergilah bersama anak buahmu." ucap Ryan. "Kau tidak takut aku akan lari?" Alexa menggoda Ryan. "Lari saja kalau kau bisa. Aku akan selalu tahu keberadaanmu walau tanpa alat pelacak. Sudahlah, ada hal yang harus kukerjakan setelah komputerku kau hancurkan." jawab Ryan santai. "Baiklah kalau begitu, aku keluar dulu. Ayo, Kay. Axel sudah menunggu kita." ucap Alexa pada Ryan lalu menoleh pada Kay yang bersiap untuk mendorong kursi rodanya. Setelah Alexa menghilang di balik pintu apartemen, Ryan mulai menunjukkan wajah serius. *** Alexa bersama Kay tengah di perjalanan menuju taman kota. Mereka akan m
Sesaat memandang wajah teduh sang mama, mata Axel mulai memerah seperti akan menangis, tapi dengan cepat ia seka sebelum air mata itu turun."Mama tahu apa yang Axel pikirkan. Jangan takut, Nak. Mama ingin Axel menjadi kuat tapi tidak harus seperti yang Axel lihat dari Mama. Axel hanya perlu berlatih untuk melindungi diri sendiri agar kejadian mengerikan seperti yang kau, mama, dan Nenek alami tidak terulang lagi. Axel mengerti apa maksud mama, kan?" Alexa bertanya setelah memberikan pandangan ke depan.Alexa menoleh ke Austin yang sedari tadi mendengarkannya bicara dengan Axel."Austin, bisa aku memintamu untuk menyewa guru bela diri untuknya mulai dari sekarang? Aku rasa Axel sudah harus belajar untuk menjaga keselamatannya sendiri. Keluarga Hobbs memiliki banyak musuh dan titik terlemah keluarga kalian adalah Axel. Tidak berlebihan kalau mulai dari sekarang kalian mengarahkannya untuk melindungi dirinya sendiri. Aku yakin anakku bisa melakukannya dengan baik." ucap Alexa pada Austi
Di kamarnya, tangis Alexa mulai pecah tak terbendung lagi. Jika dulu air matanya keluar karena kesedihan ditinggalkan semua keluarganya sendirian. Kini, malah dirinyalah yang pergi meninggalkan semua yang ia sayangi. Pedih, sakit, dan hancur? Tentu saja. Saat Alexa telah memilih dan yakin kalau hidupnya telah bahagia bersama Aaron dan yang lainnya, ia melupakan status yang diberikan takdir untuknya. Kenyataan bahwa dirinya seorang mafia dan memiliki Ryan sebagai tunangannya. "Ryan, apa semuanya sudah selesai? Bisakah kita pergi sekarang sebelum aku terlalu berat meninggalkan semua yang ada di sini?" tanya Alexa sambil terisak saat Ryan datang mendekatinya. “Aku sudah menunggu kalimat itu sejak awal. Kau saja yang terlalu keras kepala.” Ryan mencibir, “Kita akan berangkat besok. Semuanya sudah kuurus jadi mari kita pulang. Ayah sudah menunggu kita ataupun sebaliknya.” sambungnya bicara dengan artian yang dalam. *** Di tepat berbeda, ada Megan yang sedang berharap cemas. Pasalnya