"Kak, apa kau ingin seperti ini saja? Kau tidak peduli lagi dengan perusahaan kita? Asistenku masih dirawat, dan aku kewalahan saat ini. Bagaimana kau bisa begitu kejam padaku, Kak? Aku tidak suka melihatmu seperti ini. Kau tidak seperti Kakakku Aaron yang tangguh!" omel Austin lagi."Maaf, Austin. Aku memang tidak berguna. Aku tidak bisa menjaga apapun yang kumiliki. Perusahaan, keluarga, dan istriku. Aku benar-benar pecundang." jawab Aaron pasrah dan putus asa.‘Plak!’"Maaf, Kak! Aku tidak tahan lagi melihatmu seperti ini. Tamparan itu untuk menyadarkanmu kalau kau tidak sedang tidur dan bermimpi. Ini kenyataan, dan kau harus menjalaninya! Jangan terus berputar-putar seperti ini. Ceritakanlah padaku apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?!" bentak Austin tidak bisa lagi menahan kekesalannya.'Aku tidak akan membahayakan hidupmu, Austin. Kau akan kecewa padaku karena masalah Karina. Kau juga mungkin akan kecewa pada Alexa karena sebenarnya dia sudah memiliki hubungan lain sebelum p
"Rain, sepertinya kau akan kedatangan tamu," ucap Ryan santai pada Alexa yang baru saja bangun."Siapa?" tanya Alexa singkat."Austin Hobbs. Apa selain saudaranya, dia juga tahu identitasmu yang seorang mafia? Kuharap kau mengatakan tidak," balas Ryan dengan ekspresi serius."Aku tidak yakin, tapi sepertinya dia tidak tahu. Jangan bertindak berlebihan, Ryan. Meskipun dia tahu, aku yakin dia akan menjaga rahasiaku. Austin bisa dipercaya." jawab Alexa yang curiga dengan ucapan Ryan tentang Austin."Kenapa kau begitu yakin orang-orang itu tidak akan membuka mulut mereka lebih lebar setelah semua ini?" Ryan kembali bertanya."Mereka orang-orang yang baik. Aku yakin mereka akan menjaga rahasiaku dan tidak membuat masalah lebih." jawab Alexa dengan perasaan miris."Baiklah, aku akan mengabaikan keteledoranmu kali ini. Tapi, kalau saja di kemudian hari kudengar kau bermasalah karena mereka, jangan salahkan aku, Rain. Aku hanya berusaha melindungimu," balas Ryan tenang."Ayo, kubantu kau memb
"Kau yakin akan ke luar? Angin di luar begitu sejuk. Ingatlah tubuhmu, Rain." tanya Ryan pada Alexa saat membantunya duduk di sebuah kursi roda. "Tidak akan ada yang terjadi padaku, kau tenang saja. Aku ingin bicara dengan Axel saat hatinya bahagia. Dengan begitu, perpisahan kami tidak begitu menyedihkan untuknya." jawab Alexa tenang seraya tersenyum miris. "Baiklah, terserah padamu. Pergilah bersama anak buahmu." ucap Ryan. "Kau tidak takut aku akan lari?" Alexa menggoda Ryan. "Lari saja kalau kau bisa. Aku akan selalu tahu keberadaanmu walau tanpa alat pelacak. Sudahlah, ada hal yang harus kukerjakan setelah komputerku kau hancurkan." jawab Ryan santai. "Baiklah kalau begitu, aku keluar dulu. Ayo, Kay. Axel sudah menunggu kita." ucap Alexa pada Ryan lalu menoleh pada Kay yang bersiap untuk mendorong kursi rodanya. Setelah Alexa menghilang di balik pintu apartemen, Ryan mulai menunjukkan wajah serius. *** Alexa bersama Kay tengah di perjalanan menuju taman kota. Mereka akan m
Sesaat memandang wajah teduh sang mama, mata Axel mulai memerah seperti akan menangis, tapi dengan cepat ia seka sebelum air mata itu turun."Mama tahu apa yang Axel pikirkan. Jangan takut, Nak. Mama ingin Axel menjadi kuat tapi tidak harus seperti yang Axel lihat dari Mama. Axel hanya perlu berlatih untuk melindungi diri sendiri agar kejadian mengerikan seperti yang kau, mama, dan Nenek alami tidak terulang lagi. Axel mengerti apa maksud mama, kan?" Alexa bertanya setelah memberikan pandangan ke depan.Alexa menoleh ke Austin yang sedari tadi mendengarkannya bicara dengan Axel."Austin, bisa aku memintamu untuk menyewa guru bela diri untuknya mulai dari sekarang? Aku rasa Axel sudah harus belajar untuk menjaga keselamatannya sendiri. Keluarga Hobbs memiliki banyak musuh dan titik terlemah keluarga kalian adalah Axel. Tidak berlebihan kalau mulai dari sekarang kalian mengarahkannya untuk melindungi dirinya sendiri. Aku yakin anakku bisa melakukannya dengan baik." ucap Alexa pada Austi
Di kamarnya, tangis Alexa mulai pecah tak terbendung lagi. Jika dulu air matanya keluar karena kesedihan ditinggalkan semua keluarganya sendirian. Kini, malah dirinyalah yang pergi meninggalkan semua yang ia sayangi. Pedih, sakit, dan hancur? Tentu saja. Saat Alexa telah memilih dan yakin kalau hidupnya telah bahagia bersama Aaron dan yang lainnya, ia melupakan status yang diberikan takdir untuknya. Kenyataan bahwa dirinya seorang mafia dan memiliki Ryan sebagai tunangannya. "Ryan, apa semuanya sudah selesai? Bisakah kita pergi sekarang sebelum aku terlalu berat meninggalkan semua yang ada di sini?" tanya Alexa sambil terisak saat Ryan datang mendekatinya. “Aku sudah menunggu kalimat itu sejak awal. Kau saja yang terlalu keras kepala.” Ryan mencibir, “Kita akan berangkat besok. Semuanya sudah kuurus jadi mari kita pulang. Ayah sudah menunggu kita ataupun sebaliknya.” sambungnya bicara dengan artian yang dalam. *** Di tepat berbeda, ada Megan yang sedang berharap cemas. Pasalnya
"Alexa, apa yang baru saja kau katakan? Kenapa kau malah menyalahkanku? Bukankah kita saling mencintai? Kenapa kau tega menyalahkanku dengan keadaan kita yang seperti ini?" Aaron bertanya bingung karena masih belum percaya pada setiap ucapan Alexa."Kita? Kukira kau salah menyebut. Karena aku tidak merasa terbebani ataupun tersakiti saat ini. Semua kesakitan dan penderitaanmu sekarang adalah bentuk balas dendamku untuk kehidupanku yang hancur setelah perbuatanmu malam itu.”“Maaf, karena aku sudah membuatmu jatuh cinta dan terluka. Jadi, lupakan saja semuanya, anggap saja kita sudah impas karena masing-masing dari kita telah menjalani hidup yang berat, terlebih kita sudah memiliki pasangan masing-masing." ucap Alexa tegas dan penuh dengan kalimat menyakitkan."Ryan, kita berangkat sekarang. Aku sudah selesai." ucap Alexa pada Ryan."Alexa, kau tidak mungkin sekejam ini. Jadi apa artinya semua yang sudah kita jalani? Bukankah kita saling mencintai?!" Aaron masih berusaha menolak semuan
[Di bab ini nama Rain akan digunakan untuk memanggil Alexa.] Dua mobil sport mewah dengan warna berbeda memecah lalu lintas jalan raya California dengan berbaris memanjang ke belakang. Sudah bukan pemandangan yang aneh bagi masyarakat di sana. Semua orang tahu, jika ada barisan mobil sport mewah dengan lambang Trisula dan Matahari yang melintas, itu artinya rombongan kelompok mafia besar yang di kota itu kembali berkumpul. Kalau yang terlihat biasanya hanya mobil sport berwarna hitam dove dan biru metalic berlambang sama, kini mobil berwarna maroon dengan lambang Trisula dan Matahari kembali terlihat. Itu artinya Rain Parker sudah kembali. Hanya dengan melihat pemandangan seperti itu, orang-orang di sana tahu, kalau keluarga Tuan Rafael Parker sudah berkumpul dengan anggota lengkap. Ryan dengan mobil biru mencoloknya. Begitu juga yang mengendarai mobilnya sendiri. Sementara mobil sport maroon dengan lambang yang sama dikendarai oleh Kay dan Rain. Hampir enam jam perjalanan berla
"Jadi menurutmu, apa aku memang tidak bisa bersama dengannya?" Rain bertanya lemah sambil membuang pandangannya ke luar jendela mobil.'Apa aku bisa mengubur cintaku untuknya?' sambungnya bertanya dalam hati.Tuan Rafael tersenyum simpul melihat kemurungan Rain. Beliau mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap pucuk kepala putrinya dengan lembut."Selama kau masih bernyawa, berusahalah yang terbaik. Tuhan akan melihat apakah kalian layak bersama atau tidak. Meskipun dalam pikiran kita itu mustahil, yakin saja, untuk membuat jalan kalian bersatu kembali bukan hal yang sulit untukNya," jawab Tuan Rafael sambil tersenyum pada Rain."Menurutmu kami masih bisa bersama?" tanya Rain penuh pengharapan."Why not? Tapi aku rasa sekarang ini belum saatnya." Tuan Rafael menjawab santai."Kenapa begitu santai seperti bicara tentang ini? Apa Ayah menyembunyikan sesuatu dariku? Lalu bagaimana dengan Ryan dan hubungan yang kulanggar ini?" tanya Rain curiga."Jangan banyak berpikir, Rain. Ayahmu se