Jantung Zevin nyeri, sesak, dan sakit luar biasa saat mendapati istri kecilnya menahannya untuk tidak menyakiti Demon.
Sebegitu buruk kah dia di mata Cesa? Bahkan disaat dirinya lemah seperti ini, masih dianggap akan menyakiti Demon! Apa Cesa tidak mendengar ucapan pedas Demon, yang mengkritik dirinya didepan anak-anaknya. Apakah Demon begitu berarti? Harga diri dan wibawa Zevin telah hancur di depan anak-anaknya! Ditambah lagi pembelaan Cesa! Zevin semakin tak punya harga diri dan wibawa lagi, hancur sudah bersama dengan hatinya saat ini. Mengabaikan semua rasa sakit di hatinya, Zevin menatap intens pada Cesa, "K—kau mencintainya?" Dua kata itu yang bisa keluar dari mulutnya saat ini, dua kata yang sebenarnya tak pernah siap Zevin dengar jawabnnya. Zevin takut mendengar kenyataan jika istri kecilnya mencintai laki-laki lain, mengingat hubun"Daddy Lumpuh?" tanya Dares dengan cepat. Deg! Jantung Zevin berdetak kencang bukan karena kata [Lumpuh] yang Dares ucapkan, tapi karena sebutan baru dari Dares. [Daddy] Kebahagiaan memenuhi hati Zevin! Bahkan seumur hidupnya, Zevin sangat ingin di panggil Daddy setiap waktu okeh putranya. Panggilan itu terasa begitu indah hingga membuat Zevin berkaca-kaca menatap Dares sambil mengangguk. Hal itu membuat Dares berfikir jika Daddynya itu sedang sedih, dan membuat hati Dares tak tega. Dares kemudian mendekat dan memeluk Daddy dan Vista sekaligus. Pemandangan yang membuat Cesa juga ikut berkaca- kaca, ditambah lagi kondisi Zevin yang menyedihkan. Hati Cesa juga terasa pedih sekali. Apa yang telah terjadi? Kenapa tiba-tiba kaki Zevin lumpuh? Aku harus marah atau sedih saat ini! Hati Ce
"Seperti anak kecil saja, jangan belepotan makannya, Om!" keluh Cesa sambil mengusap sisa makanan di sudut bibir Zevin, "Persis seperti Dares!" Entah kenapa omelan Cesa membuatnya sangat bahagia. Omelan yang sudah dia nantikan lima tahun lamanya. Sama seperti dulu saat Cesa membersihkan lukanya sambil mengomel. Membuat Zevin gemas! 'Bibirnya mengeluh tapi tangannya tetap perhatian' batin Zevin. "Ayo buka mulutnya lagi yang lebar, Om!" keluhnya menyodorkan makanan. Zevin menurut dan membuka mulut dengan lebar hingga kepenuhan hal itu membuat Cesa merasa sangat lucu dan sedih sekaligus. Kenapa sekarang Zevin sangat penurut seperti Dares! Cesa tersentuh sekaligus, saat mendapati tatapan mata Zevin. 'Dia benar-benar jelmaan Dares!' batin Cesa, 'Eh ke
Cesa dikejutkan dengan dokumen pernikahannya legal dari KUA, beserta dengan surat-surat penunjangnya. Sebuah buku warna hijau yang dulu sangat dia inginkan dari Zevin. Yah, Cesa tak bisa memungkiri jika cinta tumbuh di hatinya seiring dengan fakta jika Zevin yang mengambil kesuciannya. Malam dimana Zevin merenggut kesuciannya itu masih Cesa ingat, kelembutan gerakannya dan penuh damba. Cesa benci takdirnya menjadi wanita kedua, namun Zevin terus membayangi hidupnya. Sentuhan Zevin adalah hal pertama untuk Cesa, juga perhatian dan mencintai Zevin adalah sesuatu yang tidak bisa dia tahan. Zevin adalah cinta pertama untuk Cesa. "Om, kenapa tidak dari dulu? Kenapa saat aku sudah mematikan percikan cinta itu! Dimana kamu saat aku sembilan bulan merindukan kamu di tengah beratnya masa kehamilan kembar!" lirih Cesa. "Kenapa tidak menemukan aku saat itu!" lanjutnya
Cesa sedikit bimbang dengan dirinya sendiri, dilihatnya liontin berbentuk hati dengan berlian di tengahnya. Terlihat indah sekali! Bahkan setelah lima tahun terus berada di kotak dan tidak pernah di buka, warna dan cahayanya masih memancar. 'Kenapa aku begitu bodoh!' runtuknya dalam hati. Cesa juga menyesali kebodohannya sendiri karena tidak menyadari ada hadiah istimewa untuknya. Jika dia tau lima tahun silam, mungkin dia tidak akan tersiksa selama mengandung dan melahirkan kembar, juga tidak akan merawat kembar seorang diri. Semua tentu Cesa lakukan dengan Zevin dengan penuh tawa dan bahagia! Terselip rasa bersalah pada kedua anaknya itu, karena telah mengambil hak dari mereka yaitu kasih sayang seorang ayah. Namun, sebagai laki-laki Zevin terlambat menyampaikan keinginannya.. Jadi bukan sepenuhnya salah Cesa. Cesa kemudian
Setelah beberapa lama. Demon mengantar Cesa dan anak-anak kembali ke rumah setelah menemani berbelanja. Dares dan Vista sudah terlihat sangat lelah dan tidur di carsheet mereka. Ya, mobil Demon sudah sejak mereka berdua kecil terpasang dua carsheet untuk mengantar mereka ke sekolah, atau jalan-jalan walau tanpa mommynya. Demon benar-benar menyayangi kedua putra dan putrinya itu. "Sa, Apakah kamu masih belum bisa menjawab lamaranku?" tanya Demon. "Mas, Cesa sudah sering bilang bahwa kita tidak akan pernah bisa bersatu! Aku tidak bisa, Mas!" ucap Cesa. "Kenapa?" tanya Demon. Cesa menghela nafas mencoba berfikir jernih setelah semua kenyataan tumpang tindih di otaknya. "Apa karena daddynya anak-anak?" kejar Demon. Cesa sontak menatap Demon, "Bukankah sebelum daddynya anak-anak datang aku selalu menolakmu? Alasannya sama, Mas!" ucap C
Bukannya Cesa merasa bersalah untuk penolakan pada Demon, justru Cesa mengingat Zevin yang tengah duduk di kursi roda. Seorang diri! Berjuang untuk sembuh tanpa support dari orang-orang terdekatnya. Hati Cesa mulai bimbang! Cesa berjalan menuju kamar Dares setelah mengunci pintu rumahnya. Membaringkan putranya dan menunggu putranya telah mendapatkan posisi nyaman untuk tidur malam ini. Cesa mengusap pipi Dares pelan dengan penuh kasih, menatap wajah yang selalu menghantuinya selama ini. "Kenapa disaat seperti ini, Om terus saja menghantuiku!" gumam Cesa pelan. Memandang wajah Dares seperti memandang wajah Zevin, sehingga malam ini Cesa ingin menuntaskan hatinya dengan memeluk Dares semalaman. Tak mengerti sesak apa dalam dadanya! Cesa hanya ingin merebahkan kepalanya
Demon tampak mendekat dengan seringai jahat yang bahkan tak pernah Cesa lihat selama lima tahun ini. "Stop, Mas! Sadarlah!" pekik Cesa. Demon berhenti dan kembali menatap Cesa dengan tajam, "Oh iya ... Bu Cesa sangat mencintai suaminya! Hampir saya lupa!" Cesa sejujurnya ketakutan dengan tatapan Demon yang terus mengincar dan menghunusnya. Apa-apaan ini? Apa yang terjadi pada Demon? Laki-laki yang begitu baik dengannya lima tahun ini, kenapa menjadi seperti ini? "Mas, jangan seperti ini? Mas marah karena semalam? Bicara sama Cesa, Mas!" ucapnya. Demon menyeringai, "Panggilan Mas darimu membuatku jengah kali ini, Cesa! Aku tak ingin menjadi kakakmu! Aku bukan orang baik yang rela mengorbankan banyak hal hanya untuk menjadi Kakak!" ucapnya penuh penekanan saat mengatakan [Kakak]. "Mas!" ucap Cesa sedikit kaget dengan jawaban Demon.
Demon dengan cepat menyambar bibir Cesa. Melumat dan menyesap bibir yang sudah dia inginkan sejak lima tahun lalu. Bibir yang selalu ada dalam bayangannya. Tak perduli Cesa terus berontak, tak membalas ciumannya, dan tak mau membuka bibirnya, Demon tetap menyesap kuat bibir mungil itu. Air mata Cesa sudah berada di ujung mata. Penghinaan yang luar biasa dilakukan oleh laki-laki yang sebelumnya sangat dia percaya. Hingga setelah sekian lama, Demon melepaskan pangutannya pada bibir Cesa. Diusap nya bibir mungil yang hampir bengkak itu bersamaan dengan air mata Cesa yang luruh. "Apa tak pernah ada sedikitpun hatimu menuju aku?" tanya Demon. Cesa tetap diam, seolah tak ingin lagi berbicara dengannya. "Apa sebegitu jijiknya kamu denganku?" desis Demon merasa sakit hati karena Cesa tak mau melihatnya. Ada setitik rasa
"EVE! MENYENTUH ISTRIKU SAMA SAJA MENGALI KUBURMU SENDIRI!" teriak Zevin marah. Marah, kesal, khawatir menjadi satu memenuhi dada Zevin hingga naik turun, pasalnya Eve tengah menggunakan rompi Bom. Zevin juga bisa melihat controlnya ada di genggaman tangannya. Entah dimana otak Eve dan kejahatan apa lagi yang dia rencanakan, hingga melakukan hal senekad ini. "Bahkan aku sudah menggali kuburanku sendiri, Zevin! Hingga kau tak perlu susah payah menyiapkannya untukku!" jawab Eve tanpa rasa takut. "Apa maumu?" tanya Zevin. Tidak!Apapun yang terjadi, Cesa dan anak-anak harus aman! Zevin tidak akan biarkan Eve atau siapapun menyentuh mereka. "Aku tidak ingin apa-apa! Aku hanya menjemput sepupuku untuk pulang bersama!" jawab Eve santai. "Kau gila! Kau tidak waras!" pekik Zevin kemudian menoleh sekejap, "Masuk, Sayang! Aku mohon masuklah, kau dan bayi kita harus selamat!" lirih Zevin. "Gak, Dad! Kau juga harus selamat! Ayo kita masuk bersama!" ajak Cesa. "Iya, Masuklah dulu, Saya
Cesa tiba-tiba teringat saat suaminya bermandikan darah saat tertabrak truk untuk menyelamatkannya. "Ya, kejarlah mereka dan jangan pernah lepaskan, Dad!" ucap Cesa. "Iya, Daddy harus melakukan itu! Agar tidak ada lagi korban dan juga keluarga kita aman, Sayang!" "Iya, Dad! Maafkan Mommy ya! Mommy hanya takut Daddy kenapa-napa? Semuanya bertubi-tubi dan daddy selalu terluka!" lirih Cesa. "Tapi Daddy tetap kuat dan masih bersama kamu, Sayang!" lirihnya. "Ya, Benar! Daddy sangat kuat menggendong Dares sepanjang memasuki hutan! Daddy keren! Daddy hebat!" timpal Dares. "Benar, Vista juga sangat bangga pada Daddy!" lanjut Vista. Semuanya mendukung Daddy mereka dan itu membuat Cesa tersenyum bahagia. Bersama dengan anak-anak dan suami yang sangat dia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. "Ya, Daddy hebat!" jawab Cesa. Zevin pun demikian, tersenyum manis saat kedua buah hatinya membelanya. Hatinya menghangat saat seluruh keluarganya merasa aman dalam perlindungannya
Dengan cepat Arga menggendong Dares dan Vista, walaupun mereka berontak dan menangis. "Daddymu akan di gendong uncle Jack, Daddy harus mendapat pertolongan! Jadi jangan menangis, ayo segera keluar dari hutan ini!" ucap Arga. Sontak keduanya terdiam! Mereka mengerti dan membiarkan Daddy nya di gendong oleh seseorang berbadan kekar dan besar. Menempuh beberapa jam untuk keluar dari dalam hutan. Beruntung, kembar sangat kooperatif sekali, walaupun sesekali Vista masih menangis dipundak Arga, "Daddymu sangat kuat, tidak mungkin Daddy kalah dengan tembakan itu, Sayang!" lirih Arga. "Daddy pernah tidur lama dan tidak bangun, Uncle! Vista takut!" "Percayalah padaku!" Arga terus meyakinkan gadis kecil itu jika Daddy nya akan baik-baik saja. Empat jam lebih waktu yang digunakan untuk bisa keluar dari dalam hutan itu, dan mereka langsung menuju rumah sakit karena Zevin masih belum sadar. Hari sudah hampir petang saat mereka keluar dari dalam hutan, dan mau tidak mau, Arga harus menelp
Deg! "Kau juga bukan ayahku, Demon!" Tes! Air mata Vista tak bisa lagi ditahan saat mendengar kata-kata menyakitkan itu, sambil menatap ke atas melihat Demon. Demon pun secara reflek menatap mata tajam gadis kecilnya dulu, "Vista!" Telihat jelas jika putri kecilnya yang selama hampir lima tahun dia rawat berdua dengan Cesa.Tidak! Hatinya seperti tergerak melihat bola mata Cesa pada mata Vista. Mata itu penuh gurat kesakitan. "Kau juga bukan Ayah Zetian lagi, Kau Demon yang nakal! Kau menculikku dan akan membunuhku! Kau jahat!" ucap Vista. Dan itu membuat Demon terpaku! Bohong, jika mata itu tidak mempengaruhi Demon saat ini! Bohong, jika tidak ada rasa cinta setelah membantu Cesa merawat kembar selama empat tahun lebih. Glek! Tanpa mereka sadari, saat adegan itu membuat semua orang membeku, Zevin masuk ke dalam air pantai dan menyelam. Tujuannya adalah naik ke kapal putrinya! Zevin tidak membiarkan kesempatannya hilang begitu saja. Beruntung, kapal tak jauh dari bibir
Kemudian Dares mengambil sebuah japit warna merah muda yang cukup jauh dari jalan tempatnya, "Ini jepit, Adek, Dad!" Deg! "Kita harus ke sana!" seru Zevin menunjuk ke arah yang ditunjukan putranya. Satu yang Zevin lupakan, jika Dares dan Vista telah tumbuh di dalam rahim Cesa berdua, bersama bahkan sejak belum berbentuk. Ikatan batin antara mereka tak akan pernah berkhianat! Setidaknya, Zevin akan mempercayai itu saat ini. Disaat semua alat pelacak telah hilang dari tubuh putrinya, kini hanya Dares yang Zevin percaya akan membawanya menuju tempat Vista. Mereka kemudian terus berlari mengikuti Dares dan Zevin yang sudah memimpin rombongan. Beberapa juga sudah berpencar ke arah lain dari hutan ini sesuai instruksi dari Zevin. Hampir satu jam, mereka sudah berlari semakin masuk dan masuk lagi ke dalam hutan. Semakin dalam dan jauh. Zevin mulai mengkhawatirkan putranya yang sudah beberapa kali tersungkur. Dares tetaplah anak kecil yang belum terbiasa dengan keadaan fisik yang
"Kalau di Dusseldorf?" tanya Zevin pada Dares. "Demon yang mengajari!" Deg! "Demon?" lirih Zevin. Selain terkejut Demon mengajari anaknya yang masih tergolong kecil untuk senjata yang berbahaya itu. Zevin juga terkejut jika Dares tidak lagi memanggil Demon dengan 'Ayah Zetian' lagi. "Apa, Mommy tau jika Dares dan Ayah Zetian, belajar menggunakan senjata api itu?" tanya Zevin mencoba memancing Dares. Dares menggeleng, "Tidak, Dad! paman Demon selalu bilang untuk tidak memberitahu, Mommy!" "Paman?" tanya Zevin. "Yah, dia bukan lagi Ayahku! Dia jahat! Dia menculik Vista!" jawab Dares marah. Terlihat jelas wajah penuh kekecewaan Dares. Zevin kemudian sejenak merengkuh sang putra untuk masuk ke dalam pelukannya. Zevin tau jika putrnya sedang kecewa. Tidak bisa Zevin rubah, jika putranya memilik
Deg! "Putar Balik!" pekik Zevin, "Kembali ke sekolah anak-anak!" Ciiitttt! Suara ban yang beradu dengan aspal beserta rem membuat para pengendara lain ikut mengumpat. Ditambah manuver Arga yang sangat tiba-tiba, membuat beberapa mobil lain ikut menginjak rem. Menghindari terjadinya kecelakaan beruntun. Segala cacian keluar dari mereka yang baru saja berhasil menghindari mobil Zevin. "Kecepatan penuh, Ga!" titah Zevin. Tidak! Tidak akan pernah Zevin biarkan, Demon menyentuh kembar seujung kuku pun! Jangan harap! Jika ada yang tergores sedikitpun dari mereka, Jangan pernah berharap maaf darinya. Bukan polisi lagi yang akan bertindak! Tapi dirinya, bahkan Zevin bersedia membunuh Demon dem
"Supir truk yang menabrak kita, sudah di temukan!" Deg! "Dengan, Eve?" tanya Cesa. Ekspresi Cesa yang sedikit tegang, membuat Zevin mendekat dan memeluk sang istri dengan erat. Tidak! Zevin tidak ingin istrinya banyak pikiran, "Sayang, tenang!" lirihnya. "Apa, Eve berulah lagi, Dad? Please, jangan tutupi apapun dari, Mommy!" pinta Cesa. Zevin kemudian mengurai pelukannya dan menangkup wajah sang istri sambil mengangguk. "Tapi janji, kalau Mommy, tidak boleh banyak pikiran ya!" ucapnya. Cesa mengangguk, "Dad, kali ini, kita harus berjuang bersama untuk rumah tangga ini!" jawabnya. Sejujurnya, Cesa tak ingin suaminya berjuang sendirian, dan mengorbankan dirinya. Bagaimana, Cesa bisa hidup nantinya jika kehilangan, Zevin? Membayangkannya saja sudah sakit! "Mom yakin, kita bisa lewa
"Tidak mudah, Tuan! Eve bekerja sama dengan Demon!" ucapnya. Deg!"Apa?" pekik Cesa terkejut. Tidak!Bukan hanya Cesa, tapi juga Zevin! Zevin tidak pernah memperkirakan jika Demon akan secepat ini bangkit apalagi setelah semua miliknya, orang-orang organisasinya hancur. "Bagaimana bisa mereka bekerja sama?" tanya Zevin dengan dada yang mulai bergemuruh. "Saya juga belum tau, Tuan! Pastinya selama ini, Demon sudah mengintai dan memanfaatkan momen ini!" jawab Arga. Deg! "Anak-anak!" pekik Zevin, "Ga, perketat penjagaan anak-anak! Apapun yang terjadi, jangan biarkan anak-anak jadi korban, Demon!" ucapnya."Iya, Tuan! Sudah saya tambah dan perketat pengawalan anak-anak, Tuan!" "Dad!" lirih Cesa. "Waktunya sudah tiba, Mom! Dia pasti datang untuk mengambilmu, sekaligus menuntut balas karena, Daddy, menghancurkan organisasi mereka!" ucap Zevin. "Lalu, Bagaimana ini