Berusaha Menggalkan Perniikahan.
Di satu sisi Topan tidak suka dengan rencana perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Tetapi di sisi lain Mentari sudah bertekad akan melakukan apapun agar bisa menikah dengan Topan. Ia melakukan itu demi keluarganya. Hari itu
Saat Mentari sedang berkutat di depan computernya, ponselnya berdering ada panggilan dari Ibu Topan.
“Ah, apa lagi yang diinginkan keluarga ini,” rutuk Mentari dengan kesal.
“Halo Tante.”
“Mentari Bunda meminta kamu datang ke sini.”
“Tapi ini sudah malam Tante.”
“Justru sudah malam. Kamu mau menikah gak tidak dengan Topan?”
“Iya Mau Tante,” sahut Mentari bigung.
“Datanglah sekarang, saya akan meminta supir menjemput kamu.”
“Ah … ini sudah-”
“Sudah jangan membantah ikuti saja,” ucap Wanita itu dengan sikap memaksa. Ia bahkan tidak memperdulikan perasaan keluarga Mentari.
Mentari terpaksa pergi diam-diam, kalau ia minta ijin sama ayah dan kakaknya sudah pasti dilarang .
Tiba di rumah Topan Mutiara meminta Mentari masuk ke kamar Topan sebelum anak lelaki itu pulang. Mentari menurut saja dengan apa yang diminta calon ibu mertua.
Topan baru pulang dari kantor, ia bergegas ke kamar. Tapi saat ia masuk dikejutkan dengan seorang gadis h berada di kamarnya.
“Ngapain kamu di sini lagi,” wajah Topan terlihat lelah dan ia semakin marah melihat Mentari ada di sana.
“Kak Topan Bunda memintaku menunggu di sini, ternyata aku ketiduran,” ujarnya.
“Mentari ini sudah malam. Apa yang kamu lakukan di kamar seorang pria di tengah malam begini,” ujar Topan menahan amarah.
“ Aku calon istrimu tidak akan ada masalah.” Mentari menarik tangan Topan hingga terjerap di atas tubuh Mentari. Tidak lama kemudian Ayah dan Ibu Topan membuka pintu melihat lelaki itu sudah diatas tubuh Mentari.
“Apa kamu tidak bisa sabar sampai habis menikah?” ujar Angkasa ia membalikkan tubuhnya
“Keluar sana.” Topan marah lalu mendorong tubuh Mentari dengan kasar.
Rencana Mentari berhasil, Angkasa berpikir kalau Topan melakukan hal yang tidak pantas pada Mentari.
Kesal, jengkel itulah yang dirasakan Topan saat itu, saat melihat reaksi kedua orang tuanya, membuat kepalanya pening, niat ingin istirahat nyatanya ada gadis kecil yang menganggunya.
Seorang gadis muda ke kamarnya dan tidur di ranjangnya membuat suasana hatinya jadi suram.
“Keluar dari kamarku! Aku tidak mau tahu tentang apa yang kamu katakan, aku hanya ingin, tidur,” usir Topan lagi.
“Bundamu yang memintaku ke sini,’ ucap Mentari membela diri.
“Hei, anak kecil! Dengar, ini kamarku, aku tidak perduli kamu di suruh sama siapa, aku mau istirahat. Keluar sana.”
Mentari tersenyum ceria, kemarahan Topan dan penolakkan tidak membuatnya marah.
“Dengar! aku tidak suka dengan wanita yang bersikap lancang seperti kamu”
“Tidak apa-apa, tapi aku suka Kak Topan,” ujar Mentari.
“Keluar gak! Atau aku minta Pak Sappam menyeret kamu dari kamarku,” ujar Topan dengan rahang mengeras.
Wanita mudah itu menghiraukan penolakannya, ia masih tidur di ranjang Topan, membuat lelaki dewasa itu semakin marah
Tidak perduli Mentari adalah seorang wanita ataupun anak-anak, terpenting sudah bicara baik-baik, tetapi ia tidak perduli. Topan menyeret tangannya dari ranjang dan mendorong tubuhnya keluar dari kamar. Terlihat sangat kasar. Tetapi tidak mengapa untuk Mentari ia masih tersenyum walau Topan mengusirnya dari sana. Tiba-tiba mendorongnya dengan kuat membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan.
“Kamu kasar, tanganku jadi sakit ,” ucap Mentari dengan satu tangan memegang pergelangan tanganya, Topan mendorongnya hingga tubuhnya menambarak sisi meja di luar kamar.
Tidak perduli dengan ucapan protes Mentari, Lelakiitu menutp pintu kamar dan merebahkan tubuh mencoba berdamai dengandiri sendiri
Besok paginya, saat ia bangun sang Ibunda memarahinya saat melihat Topan mendorong Mentari keluar dari kamarnya.
“Kamu bagaimamana sih, Pan mendorong Mentari dengan kasar, begitu.”
“Dia masuk ke kamar lelaki dengan sembarangan, aku tidak suka,” ujar Topan.
“Bunda ingin hubungan kalian lebih akur. Kamu ke sekolah sekarang.
Topan tidak bisa membantah ia akahir setuju datang ke sekolah.
*
Topan datang ke sekolah.
Menyusuri gedung sekolah yang luasnya sampai berhektar- hektar itu, membuat Topan sakit kepala, tidak ada niat sedikitpun ingin bekerja di dunia pendidikan, walau ayah akan mengangkatnya kepala sekolah di tempat tersebut.
“Kamu datang juga, kemarin bilang tidak datang,” ucap Mentari melihat calon suami dari lantai dua.
“Gila siapa itu Cowok ganteng bangat,” puji anak-anak perempuan siswi Trida Scool.
“Mentari Bukankah itu,Topan?” tanya Melie.
“Iya.”
“Dia sangat tampan ternyata, lalu kenapa kamu tidak suka?” tanya Melie.
“Dia bukan tipeku dia sombong dan angkuh,” balas Mentari.
“Antara dia dan pacarmu gantengan dia dah,”puji Melie.
Topan melirik ke atas melihat Mentari bersikap cuek dan bodoh amat dengannya. Sikapnya sangat berbeda kalau ia datang ke rumah, saat anak-anak yang lain bersorak melihat Topan saat mencoba main basket. Mentari malah sibuk menatap ponselnya dan mengacuhkannya.
“Anak ini seperti memiliki dua kepribadian. Dirumah tergila-gila padaku di sini sok cuek,” gumam Topan, saat bola sengaja ia lempar ke sampingnya, tapi Mentari tidak perduli.
“Bisa tolong berikab bolanya?”
“Ini.” Mentari menyodorkan bola yang sebgaja dilempar Topan.
“Jangan pernah cerita tentanh hubungan kita kamu mengerti,” ucap Topan.
“Jangan khawatir aku tidak akan melakukannya.”
Topan Banayaka sebagai pewaris tunggal sekolah tersebut ia dituntut ayahnya mengikuti semua kegiatan di sekolah tersebut. Ia berjalan ke ruang guru melihat semua fasilitas di sana Angkasa meminta dirinya untuk menarik simpari guru untuk memilihnya di pemilhan nanti. Topan sebenarnya tidak ingin melakukannya tetapi melihat wajah memelas Bundanya akhirnya ia luluh.
“Pak Topan saya dengar Bapak akan jadi kepala sekolah di sini?’ tanya seorang guru ia mulai cari muka dengan anak pemilik sekolah.
“Saya belum memikirkannya Bu, tapi kalau ada yang lebih baik dari saya sebagai kepala sekolah kenapa tidak. Saya tidak ingin ada pengurus sekolah yang memakan dana sekolah,” ujar Topan tapi matanya melirik Bulan.
“Apa Pak Topan sudah menikah?” tanya seorang guru.
“Belum, saya belum menikah. Tidak seperti orang lain walau sudah gagal menikah tapi dengan mudah menemukan pengganti,” ujar Topan menyindir Bulan ia masih melirik wanita cantik berambut panjang itu.
Untuk pertama kalinya Bulan dan Topan bertemu setelah gagal menikah lima tahun yang lalu. Keduanya sudah berteman dari mereka masih kecil, saat kakek keduanya masih hidup. Itulah sebabnya mereka dijodohkan. Tadinya mereka berdua saling mencintai satu sama lain, tapi gagal menikah. Topan berpikir Bulanlah yang memutuskan hubungan mereka sehari sebelum pernikahan. Sementara Bulan berpikir Topanlah yang meninggalkan dirinya. Mereka berdua sama-sama membenci saat ini.
‘Aku berharap kamu mendapat karma’ Bulan membatin dan meninggalkan Topan ia bersikap cuek.
“Halo Bu Bulan, saya tidak pernah kita akan bertemu lagi. Bagaimana kabarmu?” tanya Topan, ia bertemu Bulan di lorong sekolah.
“Saya baik Pak Topan seperti yang Bapak lihat,” sahut Bulan dengan tenang walau dalam hati ia sebenarnya memendam rasa benci pada Topan mantan kekasihnya tersebut.
“Kamu dan keluargamu sangat hebat, setelah gagal menjadikanku sebagai menantu, kali ini kalian ingin aku menikah dengan anak kecil.”
“Adikku Mentari bukan anak kecil,” bela sang kakak.
“Dia masih sekolah di sini. Apa kamu ingin aku menikah dengannya?” tanya Arsen dengan suara setengah berbisik.
“Iya itu keinginan orang tuamu.”
“Kalau kalian ngebet menjadikanku menantu kenapa kamu tidak bercerai dengan suamimu lalu menikah denganku,” ujar Topan.
Bersambung
Pembicaraan Bulan dengan Topan ternyata di dengar Mentari, akhirnya ia tahu kalau Topan masih memiliki rasa pada Kakanya Bulan. Mentari juga bisa melihat dari tatapan wanita cantik itu kalau ada sisa cinta masa lalu. Mentari masih berdiri tidak jauh dari Topan dan Bulan.“Aku tidak akan melakukan itu, antara kamu dan aku sudah tidak ada hubungan apa-apa,” ujar Bulan.“Lalu kenapa kamu memintaku menikah dengan adik kecilmu.”“Itu atas permintaan keluargamu bukan keinginan kami,” balas Bulan.“Apa kamu bisa menjamin hatimu tidak tertarik lagi padaku jika aku menikah dengan adikmu.” Topan menatap wajah Bulan.“Aku bisa menjamin itu Pak Topan jangan kwatir.” Bulan meninggalkan Topan berdiri di taman sekolah.Bulan masuk ke ruang kelas, ia bersiap akan mengajar. Tetapi kehadiran Topan pagi itu di sekolah mengusik pikirannya ia hanya duduk diam di kursi dan meminta para siswa untuk mencatatat dan merangkum bacaan dalam buku paket. Sementara Bulan masih duduk dikursinya ia memijit jemari
Hari itu Topan baru saja tiba di kantor. Saat menandatangani beberapa berkas sayahnya kembali menelepon. Topan merasa dadanya bergemuruh saat ayahnya selalu menekan hidupnya.“Halo!”“Kamu di mana?” suara Angkasa begitu tegas.“Masih di kantor, Yah.”“Pulang ayah mau bicara.”“Aku baru tiba di kantor, kalau ayah ingin mengatakan sesuatu, katakan saja sekarang Yah,” ujar Topan.“Kamu pulang sekarang atau saya menghancurkan kantormu.”Dengan tangan terkepal kut Topan menutup telepon dan menyimpan berkas di tangannya. Wajahnya mengeras menahan amarah, kalau saja pria berkepala botak itu bukan ayahnya ia sudah dari dulu ingin menghabisinya. Tapi Topan tidak ingin menjadi anak durhaka ia selalu menahan emosi menghadapi sikap keras ayahnya.Topan baru saja membangun perusahaan sendiri walau harus mengunakan embel-embel nama belakang keluarganya di belakan bisnis tetapi ia hanya memakai nama kelurganya semua modal dari Topan sendiri. Ia ngin lepas dari ayahnya. Tapi kerja kerasnya memb
Hari itu Topan baru saja tiba di kantor. Saat menandatangani beberapa berkas ayahnya kembali menelepon. Topan merasa emosinya memuncak saat ayahnya selalu menganggunya saat bekerja. Kalau saja ayahnya tidak menjadikan ibunda tercintanya sebagai pelampiasan ia tidak akan mau menuruti semua kemauan Ayahnya.Topan memejamkan mata lalu menghela napas panjang, mengusap panel berwarna hijau di ponsel miliknya“Halo!”“Kamu di mana?” suara Angkasa begitu tegas.“Masih di kantor, Yah.”“Pulang ayah mau bicara.”“Aku baru tiba di kantor, kalau ayah ingin mengatakan sesuatu, katakan saja sekarang,” ujar Topan.“Kamu pulang sekarang atau saya menghancurkan kantormu.”Dengan tangan terkepal kuat Topan menutup telepon dan menyimpan berkas di tangannya. Wajahnya mengeras menahan amarah, kalau saja pria berkepala botak itu bukan ayahnya ia sudah dari dulu ingin menghabisinya. Tapi Topan tidak ingin menjadi anak durhaka ia selalu menahan emosi menghadapi sikap keras ayahnya.Topan membangun perusa
Saat Mentari ingin bejuang agar pernikahan mereka berlanjut, Topan malah sebaliknya, ia ingin rencana pernikan mereka batal. Bagi Topan , pernikahan mereka tidak masuk akal, salah satunya perbedaan umur yang sangat jauh.Ia juga tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarga mantan kekasihnya. Saat ia berusaha keras untuk menolak , rupanya Mentari berjuang untuk tetap bisa menikah dengan Topan. Mendengar hal tersebut Topan mencoba mencari titik kelemahan Mentari.“Baiklah, aku akan menikah denganmu, tapi aku ingin melihat kamu apa kamu masih perawan atau tidak. Aku akan mempercepat pernikahan kalau kamu masih perawan.”‘Apa jaman sekarang hal itu masih penting?’ tanya Mentari tapi ia tidak mau terlihat lemah.“Baik,” sahut Mentari santai.“Mari kita ke hotel, aku akan pastikan dulu baru kita menikah.” Mentari setuju, Topan tersenyum kecut melihat keberania gadis muda tersebut, ia juga semakin tidak suka melihat Mentari.Sepanjang jalan ada banya hotel berderet, mulai yang murah
Selesai acara pernikahan Topan sengaja membawa mentari ke hotel,l tujuannya agar ia bisa mendapat ketenangan agar bundanya tidak ikut campur dalam hal urusan ranjangnya, sebab Topan belum berniat melakukan malam pertama dengan Mentari.Tetapi setelah pernikahan dan mereka berada di hotel, ada sesuatu yang berubah dari Mentari . Wajahnya tidak lagi ceria seperti sebelum pernikahan. Seakan-akan ia sudah menyelesaikan tugas penting.“Aku ingin membuat kesepakatan,” ucap Topan, ia mengeluarkan kertas dari dalam tasnya.“Iya, katakan saja.” Mentari duduk tenang.“Setelah pernikahan tidak ada yang akan berubah. Kamu akan tetap sekolah dan jangan pernah mengatakan pada orang tentang pernikahan kita. Aku juga tidak akan menyentuh kamu, jangan mengharapkan itu dariku lagi,” ucap Topan.“Baiklah,” sahut Mentari menatap layar ponselnya dengan serius.“Kamu tidak akan mengurusi pribadiku dan aku juga demikian,” ucapnya lagi.“Baiklah.” Mentari tidak menghiraukan Topan, layar ponselnya jauh
Setelah mandi bersih, Mentari bersantai di kamarnya sembari memegang Ipad di tangannya dan mengerjakan tugas dari Mandala. Lalu menelepon seseorang.“Aku sudah mendapatkannya Bos, aku sudah mengirimnya pada Rehan,” ujar Mentari.“Kerja bagus Mentari. Klien kita sangat puas dengan kerjamu, saya sudah transfer bonus ke rekening kamu,” ujar Mandala sang Bos.“Baik Bos.”“Oh, hati-hatilah setiap bertindak,” ujar lelaki itu memperingatkan Mentari. Semntara Topan menunggu Mentari di hotel, ia tidak ingin kembali kerumah sendirian, kalau ia pulang sendiri dan Mentari pulang sendiri, takut orang tuanya curiga. Saat lelaki berwajah tampan itu sedang menunggu, ada panggilan masuk ke ponselnya.“Bunda?” Topan mengusap layar ponsel.“Halo Bun, ada apa?”“Kamu di mana Pan, Mentari sudah di rumah, kalian bertengkar? Dia pulang sendirian.”“Oh tadi ada urusan sebentar Bun, aku pulang.”Saat mendengar Mentari sudah di rumah Topan menendangkan kakinya ke udara dengan perasaan jengkel. Padahal i
Pagi harinyaDi sekolah Mentari, telah terjadi kehebohan, sebab malam sekelompok perampok memasuki sekolah membawa beberapa laptop dan computer sekolah dan paling gilanya mereka bisa membobol brankas sekolah dan membawa kabur berkas-berkas berharga milik sekolah. Mentari masih tidur di kamar, lalu Mandala menelepon.“Mentari, Apa itu kerjaan kamu?” Mandala menahan napas, ia tahu orang seperti keluarga Topan. Kalau sampai ketahuan orang yang mengusik keluarganya maka akan dihabisi.“Jangan khawatir Bos, tidak akan mempengaruhi kinerjaku.”“Mentari, kenapa tidak bilang padaku kalau kamu melakukannya.”“Bos, ini tidak ada hubungannya dengan organisasi kita. Ini antara aku dan mereka. Jangan khawatir aku bisa mengatasinya,” sahut gadis muda pemberani tersebut.“Bagaimana dengan lukamu. Apa parah?” Mandala memberi perhatinya sebagai seorang atasan.“Jangan khawatir Bos, itu hanya luka kecil bagiku, lebih dari itu sudah pernah aku alami,” ucap Mentari.Mentari Gumala usianya bole
Mentari bekerja dengan cepat, ia tidak ingin menunda-nunda balas dendamnya pada keluarga Topan sang suami. Saat Angkasa sibuk mengambil hati masyarakat dalam kampanye untuk pemilu nanti. Ternyata di sisi lain ada berita yang mengemparkan. Kasus lama di ungkap lagi ke permukaan. Terbongkarnya kasus korupsi empat tahun yang lalu yang dituduhkan ke Bapak Mentari Samudra Gumala, kasus itu kembali mencuat ke permukaan. Dalam berita kali ini; Samudra di tuduh melakukan pengelapan pada sekolah dan masuk penjara, tetapi sebenarnya, ia hanya di jadikan kambing hitam, pelakunya pihak sekolah. Semua bukti dipaparkan dan pelaku sebenarnya bukanlah Samudra Gumala, bukti itu ditujukan pada Sutomo kepala sekolah yang baru. Dalam satu situs berita lain. Pihak sekolah diminta meminta maaf pada Samudra Gumala, karena sudah menuduhnya mengelapkan dana sekolah dan meminta pihak sekolah menyelidiki kasus itu kembali. “Ini kan kasus lama kenapa bisa muncul lagi?” tanya para guru di sekolah. “A
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.“Aku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,” ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.“Aku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.”Kedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.“Aku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,” ujar Melie dengan raut wajah menyesal.“Tidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.”Topan berdiri, “Aku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.“Selamat pagi Sayang,” sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.‘Kenapa Topan datang ke kamarku?’ tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.“Kenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,” ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.“Kenapa kamu ada disini.”Mendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, “apa kamu lupa?”“Lupa …? Apa yang aku lupakan?” tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.“Siapa?”“Ini Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.”Mentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.“Aku sudah mengantuk, besok saja.”“Besok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.”Mentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
“Kamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.”Mendengar itu, wajah Topan berubah muram, “kamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.”“Dia kakakku Topan.”“Aku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.”“Tapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.”Topan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.“Kita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,” potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.“Mari kita bicara dan luruskan semuanya,” ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.“Baiklah.” M
Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.“Apa kamu mau jalan-jalan bersamaku?” tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.“Tidak usah, aku malas.”Topan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.“Bagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.”Mentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.“Baiklah, aku ikut,” ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.“Apa perlu kita meminta Melie menem
Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.“Kamu hamil anak siapa?” tanya Melie sahabatnya.“Hamil anak Topanlah Melie,” ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah café setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.“Mel, aku ingin jujur sama kamu,” ucap Mentari dengan raut wajah serius.“Tentang apa?”“Dilan.”Mendenga
Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. “Apa kamu mendengar pertengkaran kami?” tanya pria itu dengan khawatir.“Iya,” sahut Mentari dengan kepala menunduk.“Maafkan Ayah Nak.”Pria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.“Bulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?”“Ayah … dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,” bantah Bulan.“Stop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,” bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.“Kamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,” usirnya lagi.“Yah, maafkan saya, saya khilaf.” Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.“Apa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.” Samudra menggenggam ta
Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.“Apa kamu sakit Nak?” tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.“Tidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.”“Masuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,” ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.“Ayah, membawa makanan yang kamu suka.” Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.“Terimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.”Samudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,