Felix baru saja keluar dari kamar mandi melihat Revalina yang sedang duduk di sofa. Wanita itu bangkit dari duduknya, Felix bertanya ada perlu apa sampai harus mengganggunya? "Tadi Mbak Raisa menelepon Bapak," jawab RevalinaPria itu memeriksa ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Felix terkejut ketika melihat banyak sekali panggilan tidak terjawab, bukan hanya itu ia juga membuka pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya. Felix melotot karena Raisa marah padanya melalui pesan dengan mengirimkan foto-foto Felix dan Revalina. "Apakah kamu menjawab panggilan telepon dari Raisa?" tanya Felix setelah melihat panggilan yang dijawab oleh Revalina. "Iya, Pak." Felix menunjukkan foto-foto itu sambil menuduhe Revalina yang mengirimkannya pada Raisa. Revalina tidak mengakui karena tidak melakukannya, bagaimana mungkin bisa mengirimkan itu sedangkan Revalina tidak tahu sandi ponsel tersebut. "Kamu jangan bohong, ya. Siapa lagi yang mengirimkan foto ini kalau bukan kamu, karena kamu yang udah
Revalina mengambil kotak obat mengobati luka di wajah Felix. Sesekali pria itu meringis merasakan perih pada lukanya. Revalina berbicara sambil mengobatinya, seharusnya Felix tidak melakukan kekerasan pada Vino akibatnya ketahuan Vina. "Masalahnya Vino keterlaluan!" tegas Felix yang akhirnya meringis lagi karena bibirnya sakit. Istrinya minta Felix untuk tidak banyak gerak terlebih dahulu sebelum sembuh. Ia menjadi sangat kesal, bagaimana bisa keluar bertemu dengan Raisa kalau keadaannya saat ini saja sudah babak belur. Ya walaupun tidak memar-memar, tetapi bibirnya cukup sakit. "Sudah selesai, sekarang Bapak istirahat saja." "Makasih," ucapnya ketika Revalina beranjak pergi keluar kamar. Sedangkan, di tempat lain Vino sedang diobati oleh Vina. Ia juga sama seperti Felix yang meringis-ringis. Vina menegur pria itu agar ketika punya kesalahan jangan sampai menunggu Felix marah karena jika putranya itu sudah marah amarahnya tidak bisa dibendung lagi. Lagian, aneh saja hanya karena
Felix merenung di kamarnya, Revalina masuk ke sana. Ia memberikan saran agar Felix dan Vino segera berbaikan sebelum kejadian fatal terjadi karena jika satu tim ada yang tidak akur bisa mengakibatkan rencana gagal total. Seharusnya, Felix bisa lebih menahan emosi apalagi menyangkut Raisa karena itu akan sangat membahayakan. Felix menemui Vino yang tengah duduk sambil menikmati secangkir teh manis hangat. Vino tidak menyapanya bahkan hanya sekedar meliriknya pun tidak sama sekali. Felix minta maaf dengan posisinya yang masih berdiri di samping pria itu. "Anggap aja kita udah baikan," jawab Vino sambil kembali meneguk teh itu, lalu pergi meninggalkan Felix. Felix berjalan cepat menghadangnya berdiri di depan Vino membuat langkahnya terhenti. Ia kembali minta maaf apa yang sudah dilakukannya sangat kelewatan. Kata Vino, Felix sudah minta maaf sebaiknya tidak perlu mengulangnya beberapa kali. "Kamu masih marah?" tanya Felix. "Kalau kamu tahu gak usah nanya, kamu pikir apa yang kamu l
Raisa marah pada Heri karena tugasnya selalu saja tidak pernah berhasil. Malah Raisa yang kerugian karena harus menanggung biaya hidup dia keluarga anak buah Heri yang ditahan. Heri membela dirinya yang sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi memang sudah hasilnya selalu gagal karena ada Vino. "Kenapa kalian takut sama dia?" Vino adalah orang yang sangat ditakuti oleh mereka karena terkenal jagoannya. Raisa minta Heri mempunyai anak buah yang jago beladiri melebihi Vino. Heri tidak sanggup karena ia tidak mempunyai kenalan orang yang bisa mengalahkan Vino. Mungkin jika tidak dengan mengalahkannya menggunakan cara bertengkar setidaknya bisa dengan cara halus. "Maksudmu membunuhnya?" "Ya terserah kamu yang penting bisa menjauhkan Vino dari Revalina."Kali ini Heri tidak ingin gegabah, tetapi perintah dari Raisa telah membuatnya menjadi ceroboh. Tiga pria suruhan Heri menungggu Vino lewat, kebetulan pagi ini ia sedang olahraga. Satu-persatu orang turun dari mobil, tanpa Vino sadari
Felix sedang memikirkan siapa orang yang hendak membawa Vino pergi, ia yakin kalau itu pasti ada hubungannya dengan Heri. Pria itu masuk ke kamar Vino melihat keadaannya. "Gimana keadaanmu sekarang?" "Gak usah berlebihan, Lix. Aku cuma luka dikit aja udah sembuh," jawab Vino. Felix membicarakan apa yang di pikirkannya tadi, Vino juga merasakan hal yang sama. "Sebenarnya ada di mana pria itu?" tanya Vino pada Felix. "Sepertinya dia dan teman-temannya berkeliaran, kita harus waspada." Mungkinkah harus menggunakan bodyguard seperti yang disarankan oleh Vina? Tentu Felix tidak setuju dengan pertanyaan dari Vino. Apapun yang Felix lakukan akan ketahuan olehnya, Vina akan mudah tahu. "Kalau kita gak menggunakan mereka pasti bakal diserang terus, aku belum mau mati, belum punya istri belum punya anak belum punya cucu." Felix memelas mendengar ucapan Vino, menurut Felix baik Revalina, Vino atau dirinya harus pergi secara bersamaan agar mereka tidak bisa menyerang satu-persatu. "Kenap
Santi mau ke kampus, tetapi sangat bingung karena uangnya habis. Ibunya bertanya mengapa anaknya belum juga berangkat padahal sudah siang bisa telat masuk kampus. "Ma, boleh minta uang buat beli bensin gak?" Ibunya memelas sambil mengeluarkan uang dari saku celananya. Santi cemberut karena uangnya tidak ada lebihnya, ia minta lagi buat beli makan di kampus, mana mungkin tidak makan selama berada di sana. "Kemarin, kan udah Mama kasih jatah buat hari ini dan besok, masa gak cukup?" "Mama mau kalau anak Mama satu-satunya ini jadi sakit lambung gara-gara gak makan?" Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan pelan, lalu memberikan uang lagi. Santi tersenyum sambil mengambil helm di atas meja. Ibunya melihat Vino lewat, kesempatan ia memanggil pria itu membuat si pengemudi mengentikan kendaraannya. "Nak Vino, Santi mau ikut ke kampus sama Nak Vino boleh, kan?" "Boleh, Tan." "Mama apaan, sih? Malu tahu." "Eh gak apa-apa itung-itung menghemat ongkos, nanti pulang dari kampus kamu bi
Untuk membuat Raisa senang, Felix sengaja memanjakan wanita yang satu ini dengan membawanya membeli banyak barang-barang mewah. Revalina juga ikut ke sana, tetapi gadis itu hanya mengikuti mereka saja. Raisa sudah merencanakan tentang penculikan Revalina. Kedatangannya ke sana diikuti Siska. Namun, mereka kesulitan untuk menangkap Revalina di pusat perbelanjaan karena keadaan sangat ramai. Revalina berada agak jauh dari Felix dan Raisa, ia dipantau oleh Siska. Siska menemui Revalina, gadis itu terkejut karena takut Felix melihat seorang wanita berada di belakangnya, Siska langsung membius Revalina hingga pingsan. Seorang pria yang membersamainya datang membawa gadis tersebut masuk ke mobil. Revalina berhasilnya dibawa dari tempat tersebut tanpa sepengetahuan Felix. Raisa membawa banyak barang yang dipilihnya ke meja kasir. 'Dimana Revalina?' batin Felix dengan mengedarkan pandangannya. "Kamu mencari siapa sayang?" tanya Raisa. "Kamu bayar dulu semua barang-barangnya pake uang ka
Raisa sangat senang karena sudah melihat Revalina secara langsung dalam keadaan pingsan dan terikat. Ia merasa puas dengan apa yang mereka kerjakan untuknya. Heri mengatakan tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya saat ini jadi tidak mungkin Felix bisa menemukannya. Heri minta imbalan yang dijanjikan oleh Raisa. Raisa mengancam Heri jika sampai Revalina bisa melarikan diri maka ia tidak akan mengampuni mereka. Tidak akan Heri biarkan gadis itu pergi karena setelah menghabiskan uang dari Raisa, Revalina akan dijadikan pengantinnya. Itu terserah mau dijadikan apapun Revalina karena bukanlah urusannya yang penting gadis itu sudah tidak ada lagi di hidup Felix. "Ini adalah uang yang kamu inginkan, jaga perempuan itu baik-baik jangan sampai kabur!" tegas Raisa sambil memberikan sekoper uang. Heri sangat senang karena sudah memiliki banyak uang, Raisa pergi karena urusannya sudah dianggap selesai. Heri membuka koper tersebut, ia melihat isinya yang sangat banyak. Salah satu pria
Satu keluarga itu pun tiba di rumah Revalina, tetapi Revalina tidak ada di sana. Ia sudah pergi ke kota, tanpa bicara panjang lebar Felix langsung pergi mengejar Revalina. Dalam perjalanan ia sangat khawatir kalau gadis itu sudah pergi jauh sedangkan kedua orang tuanya pun tidak tahu di kota mana Revalina akan bekerja. Terlalu gegabah, Revalina menyetujuinya pekerjaan dengan cara mendaftarkan online padahal ia belum punya pengalaman tentang bekerja di luar kota. Felix turun di terminal bus, ia mencari-cari Revalina ke penjuru tempat tersebut. Ia naik turun bus yang berjejer di sana hanya untuk memastikan apakah Revalina ada di dalam sana? Felix sangat frustasi, Revalina tidak dapat ditemukan padahal ia sudah mencarinya. Ia melihat sosok gadis yang sangat mirip dengan Revalina, gadis itu naik bus yang akan melaju. Felix mengejar bus yang mau keluar dari terminal. "Revalina, tunggu." Felix terus mengulang kalimat tersebut sambil berlari. "Pak Felix," ucap Revalina membuat langkah pr
Kedua orang tuanya Raisa sangat terpukul dengan keadaan yang sudah menimpa gadis tersebut. Seharusnya Raisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi justru malah mendapat kebalikannya. Mereka telah melihat keadaan Raisa sekarang, hari demi hari gadis itu menjadi seperti bukan Raisa lagi. Sikapnya sangat berbeda, ketika mereka berdua datang ke kantor polisi untuk melihat kondisinya, keadaan Raisa menjadi semakin buruk. Ia menjadi gila, Raisa selalu tertawa senang katanya ia sudah menjadi orang kaya. Apa yang ia lakukan selama ini sudah ada hasilnya, ia kerap kali memeluk jerugi besi katanya ia sedang bersama dengan Felix. Orang tuanya sudah berusaha membuatnya sadar, tetapi Raisa malah menertawakan mereka berdua. Raisa dilarikan ke rumah sakit dikarenakan selalu berbuat gaduh akibat mentalnya yang sudah tidak sehat lagi. Ayah sambungnya marah pada istrinya dikarenakan Raisa menderita seperti sekarang akibat ulahnya. Jika saja Raisa tidak diajarkan untuk menjadi wanita pecinta hart
Vino mengajak Celine bertemu di kafe, ia membawa Santi ke sana. Celine heran mengapa Vino membawa wanita lain pun Santi juga merasa bingung karena Vino mengajaknya pergi keluar eh tahunya malah bertemu wanita lain. "Apakah dia saudaramu?" tanya Celine pada Vino.Vino mengatakan kalau Santi ini adalah kekasihnya, mereka saling mencintai hanya saja Vina malah menjodohkannya pada Celine. Santi terkejut membuatnya melotot pada Vino, di bawah meja kakinya diinjak membuat Santi berusaha untuk tersenyum. "Iya, kami sudah berpacaran sejak lama. Kami udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Tante Vina menyetujui hubungan kita." Wanita itu merasa sangat bersalah karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya. Ia pikir Vino itu masih jomblo sehingga Celine menyanggupi perjodohan dengannya, jika saja sejak awal tahun kalau Vino punya pacar tentu ia pun tidak mau."Saya rasa, perjodohan kita sebaiknya dibatalkan saja." "Saya minta Celine karena gak jujur dari awal, saya hanya tidak m
Raisa kembali memantau Revalina dari jauh, ia berkata kali ini Revalina tidak akan selamat. Sudah tidak sabar untuk melihatnya mati mengenaskan. Raisa menghidupkan mesin kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi, Revalina hendak menyebrang sedangkan mobil tersebut melaju dengan cepat. "Revalina awasss," teriak Siska.Gadis itu berlari mendorong tubuh Revalina ke pinggir jalan membuatnya tersungkur. Siska terbujur kaku tidak berdaya dengan kepalanya banyak mengeluarkan darah. Revalina berteriak memanggil sang Kakak berlari ke arahnya. Dua sepeda motor mengejar mobil yang menabrak, Raisa kewalahan karena mereka tidak henti-henti mengejarnya. Raisa panik mobilnya menjadi kurang keseimbangan yang akhirnya menabrak pohon besar. Ia terluka di bagian jidatnya membuatnya tidak sadarkan diri. Banyak orang yang menolong Siska membawanya ke rumah sakit, begitupun dengan Raisa yang di bawa ke tempat yang sama. Revalina terus menangis minta Siska untuk bertahan, dokter melarangnya untuk masuk k
Dua insan duduk di bangku bawah pohon menikmati cuaca sore hari yang cerah. Vino bercerita kalau malam ini ia akan dijodohkan oleh Vina kemungkinan tidak akan bisa sering bertemu dengan Santi lagi walaupun untuk membicarakan soal Revalina dan Felix. Entah rasa apa yang kian menyelimuti Vino sehingga berat untuk menerima kenyataan itu, tetapi sudah menjadi konsekuensi karena tindakannya. Itu tidaklah masalah bagi Santi ya walaupun tidak akan sering bertemu lagi dengan Vino. Santi hanya minta Vino bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk Revalina karena sangat dibutuhkan. Vino akan mengabulkan keinginan Santi, ia bisa membuat Revalina bekerja di tempat yang layak. Ketika malam tiba, Felix baru saja turun dari tangga melihat koki yang sudah ditugaskan di rumah tersebut sedang memasak. "Ada apa ini?" "Kita masak banyak malam ini, Pak. Kata Nyonya Vina akan ada tamu spesial," jawab salah satu di antara mereka. Penasaran, ia menanyakannya pada Vina yang hanya dijawab tunggu dan lihat
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa