Felix sedang memikirkan siapa orang yang hendak membawa Vino pergi, ia yakin kalau itu pasti ada hubungannya dengan Heri. Pria itu masuk ke kamar Vino melihat keadaannya. "Gimana keadaanmu sekarang?" "Gak usah berlebihan, Lix. Aku cuma luka dikit aja udah sembuh," jawab Vino. Felix membicarakan apa yang di pikirkannya tadi, Vino juga merasakan hal yang sama. "Sebenarnya ada di mana pria itu?" tanya Vino pada Felix. "Sepertinya dia dan teman-temannya berkeliaran, kita harus waspada." Mungkinkah harus menggunakan bodyguard seperti yang disarankan oleh Vina? Tentu Felix tidak setuju dengan pertanyaan dari Vino. Apapun yang Felix lakukan akan ketahuan olehnya, Vina akan mudah tahu. "Kalau kita gak menggunakan mereka pasti bakal diserang terus, aku belum mau mati, belum punya istri belum punya anak belum punya cucu." Felix memelas mendengar ucapan Vino, menurut Felix baik Revalina, Vino atau dirinya harus pergi secara bersamaan agar mereka tidak bisa menyerang satu-persatu. "Kenap
Santi mau ke kampus, tetapi sangat bingung karena uangnya habis. Ibunya bertanya mengapa anaknya belum juga berangkat padahal sudah siang bisa telat masuk kampus. "Ma, boleh minta uang buat beli bensin gak?" Ibunya memelas sambil mengeluarkan uang dari saku celananya. Santi cemberut karena uangnya tidak ada lebihnya, ia minta lagi buat beli makan di kampus, mana mungkin tidak makan selama berada di sana. "Kemarin, kan udah Mama kasih jatah buat hari ini dan besok, masa gak cukup?" "Mama mau kalau anak Mama satu-satunya ini jadi sakit lambung gara-gara gak makan?" Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan pelan, lalu memberikan uang lagi. Santi tersenyum sambil mengambil helm di atas meja. Ibunya melihat Vino lewat, kesempatan ia memanggil pria itu membuat si pengemudi mengentikan kendaraannya. "Nak Vino, Santi mau ikut ke kampus sama Nak Vino boleh, kan?" "Boleh, Tan." "Mama apaan, sih? Malu tahu." "Eh gak apa-apa itung-itung menghemat ongkos, nanti pulang dari kampus kamu bi
Untuk membuat Raisa senang, Felix sengaja memanjakan wanita yang satu ini dengan membawanya membeli banyak barang-barang mewah. Revalina juga ikut ke sana, tetapi gadis itu hanya mengikuti mereka saja. Raisa sudah merencanakan tentang penculikan Revalina. Kedatangannya ke sana diikuti Siska. Namun, mereka kesulitan untuk menangkap Revalina di pusat perbelanjaan karena keadaan sangat ramai. Revalina berada agak jauh dari Felix dan Raisa, ia dipantau oleh Siska. Siska menemui Revalina, gadis itu terkejut karena takut Felix melihat seorang wanita berada di belakangnya, Siska langsung membius Revalina hingga pingsan. Seorang pria yang membersamainya datang membawa gadis tersebut masuk ke mobil. Revalina berhasilnya dibawa dari tempat tersebut tanpa sepengetahuan Felix. Raisa membawa banyak barang yang dipilihnya ke meja kasir. 'Dimana Revalina?' batin Felix dengan mengedarkan pandangannya. "Kamu mencari siapa sayang?" tanya Raisa. "Kamu bayar dulu semua barang-barangnya pake uang ka
Raisa sangat senang karena sudah melihat Revalina secara langsung dalam keadaan pingsan dan terikat. Ia merasa puas dengan apa yang mereka kerjakan untuknya. Heri mengatakan tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya saat ini jadi tidak mungkin Felix bisa menemukannya. Heri minta imbalan yang dijanjikan oleh Raisa. Raisa mengancam Heri jika sampai Revalina bisa melarikan diri maka ia tidak akan mengampuni mereka. Tidak akan Heri biarkan gadis itu pergi karena setelah menghabiskan uang dari Raisa, Revalina akan dijadikan pengantinnya. Itu terserah mau dijadikan apapun Revalina karena bukanlah urusannya yang penting gadis itu sudah tidak ada lagi di hidup Felix. "Ini adalah uang yang kamu inginkan, jaga perempuan itu baik-baik jangan sampai kabur!" tegas Raisa sambil memberikan sekoper uang. Heri sangat senang karena sudah memiliki banyak uang, Raisa pergi karena urusannya sudah dianggap selesai. Heri membuka koper tersebut, ia melihat isinya yang sangat banyak. Salah satu pria
Setelah beberapa hari, Siska belum juga mendapatkan bagian sepeserpun dari hasil kerja kerasnya. Sudah kesekian kalinya Siska menemui Heri, tetapi tetap saja uang itu tidak diberikannya. Heri juga menjadi mogok bertemu dengan Siska, akhir-akhir ini ia sering menghindar dari gadis tersebut dengan pergi berenang-renang dengan banyak wanita. Merasa tertipu, ia tidak akan membiarkan keberuntungan terus berpihak pada Heri. Ia masuk ke ruang penyekapan, kali ini Revalina tidak bereaksi minta tolong karena tahu kalau sang Kakak tidak mungkin menolongnya.Siska masuk membawa makanan untuk Revalina, tetapi tujuannya bukan itu. Ia mengunci pintu dari dalam, sedangkan para penjaga malah asyik bermain kartu. Siska melepaskan tali yang mengikat gadis tersebut, menyingkirkan kain yang menutupi mulutnya. Siska memecahkan kaca menggunakan kayu membuat jalan untuk bisa menembus keluar ruangan tersebut. Revalina hanya diam melihat apa yang dilakukan oleh Siska. "Sekarang kamu keluar lewat dari jendel
Para penjahat mencoba membuka pintu, tetapi pintu dikunci dari dalam. Mereka memanggil Siska, tidak ada jawaban dari sana. Terpaksa pintu didobrak, mereka terkejut melihat kaca yang sudah pecah dan Revalina tidak ada, itu artinya Revalina berhasil melarikan diri dengan bantuan dari Siska. Salah satu di antara mereka berpendapat tidak mungkin Siska membawa gadis itu pergi, jelas-jelas ia bergabung dengan Heri. Mereka memeriksa setiap penjuru ruangan tersebut, terlihatlah Siska yang sudah terkapar tidak berdaya di bawah jendela di luar tempat tersebut. Di sebelahnya ada kayu, mereka yakin kalau Revalina sudah memukul Siska sehingga pingsan. Satu di antara lima penjahat itu membawa Siska masuk, sedangkan yang lainnya mencari Revalina. Mereka tidak menemukan jejak apapun dari gadis tersebut, orang yang membawa Siska mencoba menyadarkannya, tetapi Siska belum juga sadar. "Hallo Bos, Revalina melarikan diri." Di balik telepon Heri marah-marah, ia langsung datang ke tempat kejadian meli
Sulit rasanya untuk Raisa bisa menemui Vina di rumahnya karena wanita itu tidak akan mau bertemu dengannya. Kebetulan ketika Raisa bersama dengan temannya, ia melihat ada Vina dengan cucunya. Mereka berdua sedang makan di restoran. "Sebentar, ya. Aku ada perlu dulu," ucap Raisa yang diangguki kedua temannya yang sedang mengobrol. Ia pergi menemui Vina duduk di bangku kosong depannya. Vina terkejut beraninya wanita itu hadir di hadapannya. Tanpa basa-basi Raisa langsung mengatakan kalau Felix dan Revalina itu hanya menikah kontrak. Felix melakukan itu untuk membuat Vina memberikan hak waris padanya. Sampai detik ini juga Raisa dan Felix masih berpacaran, Raisa menunjukkan cincin di jarinya, mengatakan itu adalah cicin pertunangannya dengan Felix. "Saya tidak akan bisa dibohongi sama kamu!" "Tante jangan terlalu polos sehingga bisa dibohongi oleh mereka." "Jika memang kamu masih pacaran dengan anak saya, lalu kenapa kamu membongkar semua ini? Apa gunanya buat kamu?""Saya gak mau
Vina tidak berhasil membuka laci keempat karena ia pikir terlalu bodoh jika percaya pada musuhnya. Kali ini ia berbicara dengan dengan putranya yang dihadiri oleh Vino dan Revalina. Wanita itu ingin membicarakan hal yang sangat penting. Ia akan memberikan hak warisnya yakni pada Felix karena yakin kalau Felix bisa meneruskan perjalanan bisnisnya dengan baik. Vino juga diminta untuk terus bergabung dengan Felix membangun perusahaan menjadi lebih maju. Mendapat kabar menggembirakan, Felix memberitahu Raisa secara langsung di kediamannya. Raisa sangat senang dengan kabar tersebut, tetapi ada rasa khawatir yang menyelimutinya. Vina akan memberikan hak warisnya, tetapi bukan hari ini, ia takut bagaimana jika Vina lebih dahulu menemukan bukti nikah kontrak mereka sebelum hak waris itu diberikan? "Sayang, kenapa kamu kayak gak senang gitu?""Mana mungkin, justru aku senang banget." Felix memegang kedua tangan kekasihnya sambil berkata kalau mereka berdua akan segera bersatu seperti yang
Satu keluarga itu pun tiba di rumah Revalina, tetapi Revalina tidak ada di sana. Ia sudah pergi ke kota, tanpa bicara panjang lebar Felix langsung pergi mengejar Revalina. Dalam perjalanan ia sangat khawatir kalau gadis itu sudah pergi jauh sedangkan kedua orang tuanya pun tidak tahu di kota mana Revalina akan bekerja. Terlalu gegabah, Revalina menyetujuinya pekerjaan dengan cara mendaftarkan online padahal ia belum punya pengalaman tentang bekerja di luar kota. Felix turun di terminal bus, ia mencari-cari Revalina ke penjuru tempat tersebut. Ia naik turun bus yang berjejer di sana hanya untuk memastikan apakah Revalina ada di dalam sana? Felix sangat frustasi, Revalina tidak dapat ditemukan padahal ia sudah mencarinya. Ia melihat sosok gadis yang sangat mirip dengan Revalina, gadis itu naik bus yang akan melaju. Felix mengejar bus yang mau keluar dari terminal. "Revalina, tunggu." Felix terus mengulang kalimat tersebut sambil berlari. "Pak Felix," ucap Revalina membuat langkah pr
Kedua orang tuanya Raisa sangat terpukul dengan keadaan yang sudah menimpa gadis tersebut. Seharusnya Raisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi justru malah mendapat kebalikannya. Mereka telah melihat keadaan Raisa sekarang, hari demi hari gadis itu menjadi seperti bukan Raisa lagi. Sikapnya sangat berbeda, ketika mereka berdua datang ke kantor polisi untuk melihat kondisinya, keadaan Raisa menjadi semakin buruk. Ia menjadi gila, Raisa selalu tertawa senang katanya ia sudah menjadi orang kaya. Apa yang ia lakukan selama ini sudah ada hasilnya, ia kerap kali memeluk jerugi besi katanya ia sedang bersama dengan Felix. Orang tuanya sudah berusaha membuatnya sadar, tetapi Raisa malah menertawakan mereka berdua. Raisa dilarikan ke rumah sakit dikarenakan selalu berbuat gaduh akibat mentalnya yang sudah tidak sehat lagi. Ayah sambungnya marah pada istrinya dikarenakan Raisa menderita seperti sekarang akibat ulahnya. Jika saja Raisa tidak diajarkan untuk menjadi wanita pecinta hart
Vino mengajak Celine bertemu di kafe, ia membawa Santi ke sana. Celine heran mengapa Vino membawa wanita lain pun Santi juga merasa bingung karena Vino mengajaknya pergi keluar eh tahunya malah bertemu wanita lain. "Apakah dia saudaramu?" tanya Celine pada Vino.Vino mengatakan kalau Santi ini adalah kekasihnya, mereka saling mencintai hanya saja Vina malah menjodohkannya pada Celine. Santi terkejut membuatnya melotot pada Vino, di bawah meja kakinya diinjak membuat Santi berusaha untuk tersenyum. "Iya, kami sudah berpacaran sejak lama. Kami udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Tante Vina menyetujui hubungan kita." Wanita itu merasa sangat bersalah karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya. Ia pikir Vino itu masih jomblo sehingga Celine menyanggupi perjodohan dengannya, jika saja sejak awal tahun kalau Vino punya pacar tentu ia pun tidak mau."Saya rasa, perjodohan kita sebaiknya dibatalkan saja." "Saya minta Celine karena gak jujur dari awal, saya hanya tidak m
Raisa kembali memantau Revalina dari jauh, ia berkata kali ini Revalina tidak akan selamat. Sudah tidak sabar untuk melihatnya mati mengenaskan. Raisa menghidupkan mesin kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi, Revalina hendak menyebrang sedangkan mobil tersebut melaju dengan cepat. "Revalina awasss," teriak Siska.Gadis itu berlari mendorong tubuh Revalina ke pinggir jalan membuatnya tersungkur. Siska terbujur kaku tidak berdaya dengan kepalanya banyak mengeluarkan darah. Revalina berteriak memanggil sang Kakak berlari ke arahnya. Dua sepeda motor mengejar mobil yang menabrak, Raisa kewalahan karena mereka tidak henti-henti mengejarnya. Raisa panik mobilnya menjadi kurang keseimbangan yang akhirnya menabrak pohon besar. Ia terluka di bagian jidatnya membuatnya tidak sadarkan diri. Banyak orang yang menolong Siska membawanya ke rumah sakit, begitupun dengan Raisa yang di bawa ke tempat yang sama. Revalina terus menangis minta Siska untuk bertahan, dokter melarangnya untuk masuk k
Dua insan duduk di bangku bawah pohon menikmati cuaca sore hari yang cerah. Vino bercerita kalau malam ini ia akan dijodohkan oleh Vina kemungkinan tidak akan bisa sering bertemu dengan Santi lagi walaupun untuk membicarakan soal Revalina dan Felix. Entah rasa apa yang kian menyelimuti Vino sehingga berat untuk menerima kenyataan itu, tetapi sudah menjadi konsekuensi karena tindakannya. Itu tidaklah masalah bagi Santi ya walaupun tidak akan sering bertemu lagi dengan Vino. Santi hanya minta Vino bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk Revalina karena sangat dibutuhkan. Vino akan mengabulkan keinginan Santi, ia bisa membuat Revalina bekerja di tempat yang layak. Ketika malam tiba, Felix baru saja turun dari tangga melihat koki yang sudah ditugaskan di rumah tersebut sedang memasak. "Ada apa ini?" "Kita masak banyak malam ini, Pak. Kata Nyonya Vina akan ada tamu spesial," jawab salah satu di antara mereka. Penasaran, ia menanyakannya pada Vina yang hanya dijawab tunggu dan lihat
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa