Vina tidak sengaja lewat di depan pintu kamar Felix yang terbuka. Rasa penasarannya kembali muncul ketika ruangan tersebut sangatlah hening tidak berpenghuni. Ia memeriksa semua tempat yang berada di kamar tersebut, sehingga kamar tersebut terlihat agak berantakan. Terakhir, Vina hendak membuka lemari, tetapi dikunci. Ia mencari-cari kunci di dalam laci nakas, ditemukannya kunci tersebut lemari pun terbuka. Di sana terdapat beberapa tumpukan baju Felix dan Revalina, Vina menemukan berkas dengan map hijau di tengah-tengah tumpukan baju anaknya. Perlahan benda itu dibukanya, benda itu jatuh dari lengan Vina tanpa sengaja. Matanya melotot dengan pandangannya yang lurus ke depan. Felix dan Revalina kembali ke kamarnya setelah bermain dengan Felicia di taman belakang rumah. Dua insan itu terkejut matanya saling bertemu pandang, tanpa berpikir panjang Vina langsung menampar pipi putra tercintanya itu. Seorang anak yang selalu ia bangga-banggakan ternyata diam-diam menusuknya dari belakan
Akhir-akhir ini, Felix sering merasa hidupnya ada yang kurang. Biasanya ia selalu melihat ada Revalina duduk di sofa memberikan apa yang dibutuhkannya, tetapi kali ini tidak ada. Sesekali bayangan gadis itu lewat di hadapannya seperti sedang tersenyum kadang merapikan pakaian di lemari. Bagi Felix mungkin itu karena kebiasan sebelumnya ada Revalina, tetapi sekarang tidak ada jadi teringat gadis tersebut. Ia pergi meninggalkan rumahnya untuk ke kantor bersama dengan Vino. Tiba-tiba dalam perjalanan mobilnya malah mogok, terpaksa ia harus ke bengkel terlebih dahulu. Ia melihat seorang wanita berbaju montir, Felix rasa itu adalah Revalina sehingga ia menyentuh pundaknya memanggil nama Revalina. Wanita itu berbalik mengatakan kalau dirinya bukan Revalina. "Revalina gak ada kerja di bengkel, dia ada di kontrakan. Kalau kamu mau ketemu sama dia, aku bisa nganterin kamu ke sana.""Gak usah, aku hanya berpikir kalau itu Revalina karena mirip." Vino menggelengkan kepalanya, ia rasa Felix te
Vino terkejut ketika mendapati rumah yang ditinggali oleh Revalina sudah kosong, pemiliknya pun tidak tahu kemana Revalina pergi karena tiba-tiba rumahnya kosong. Vino memberitahu Felix kalau Revalina tidak ada di rumah tersebut. "Mungkin dia pulang," tebak Felix. "Beruntung kalau dia udah pulang, Lix. Tapi gimana kalau dia diculik lagi sama Heri?" Mata pria itu membola, apa yang dikatakan Vino ada benarnya juga. Ia mengambil kunci mobil yang berada di atas nakas, langkahnya begitu cepat menuruni anak tangga. Vina yang bertanya pun tidak dijawab sama sekali. Vino berlari mengejar Felix keluar dari rumah tersebut, Vina memperhatikan dua pria tersebut. Mereka masuk ke mobil yang sama, keduanya mencari-cari Revalina ke sekeliling. Ketika ada di tempat ramai, mereka turun untuk menanyakan Revalina menunjukkan fotonya. Mungkin apa yang dipikirkannya itu benar kalau Revalina sudah pulang, Felix pun menghentikan kendaraannya di depan rumah Revalina. Namun, rumah itu sudah tidak berpengh
Felix menjadi bingung sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? Semuanya terasa campur aduk, ia kehilangan Revalina mungkin untuk selamanya karena sampai detik ini belum juga ditemukan. Di sisi lain, Felix juga sedang kesulitan dengan hubungannya. Bagaikan tiada henti, Felix terus mencari Revalina ke berbagai tempat. Namun, ia tidak pernah menemukan keberadaan gadis tersebut. Felix berhenti di salah satu restoran untuk beristirahat sejenak dan makan siang bersama dengan Vino. Ia melihat sosok wanita pelayan restoran tersebut yang sama persis dengan Revalina. Felix langsung berlari mengejar wanita yang menghindari darinya. Vino mengikuti Felix, lalu bertanya siapa yang dikejarnya? Vino tidak melihat Revalina jadi tidak percaya kalau gadis itu ada di tempat tersebut. Felix yakin kalau itu adalah Revalina, tidak mungkin wajahnya sama persis. "Mungkin karena kamu terlalu memikirkannya jadi setiap orang yang kamu lihat mirip dengan Revalina." "Aku gak salah lihat, No. Itu Revalina asli
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu