Santi mau ke kampus, tetapi sangat bingung karena uangnya habis. Ibunya bertanya mengapa anaknya belum juga berangkat padahal sudah siang bisa telat masuk kampus. "Ma, boleh minta uang buat beli bensin gak?" Ibunya memelas sambil mengeluarkan uang dari saku celananya. Santi cemberut karena uangnya tidak ada lebihnya, ia minta lagi buat beli makan di kampus, mana mungkin tidak makan selama berada di sana. "Kemarin, kan udah Mama kasih jatah buat hari ini dan besok, masa gak cukup?" "Mama mau kalau anak Mama satu-satunya ini jadi sakit lambung gara-gara gak makan?" Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan pelan, lalu memberikan uang lagi. Santi tersenyum sambil mengambil helm di atas meja. Ibunya melihat Vino lewat, kesempatan ia memanggil pria itu membuat si pengemudi mengentikan kendaraannya. "Nak Vino, Santi mau ikut ke kampus sama Nak Vino boleh, kan?" "Boleh, Tan." "Mama apaan, sih? Malu tahu." "Eh gak apa-apa itung-itung menghemat ongkos, nanti pulang dari kampus kamu bi
Untuk membuat Raisa senang, Felix sengaja memanjakan wanita yang satu ini dengan membawanya membeli banyak barang-barang mewah. Revalina juga ikut ke sana, tetapi gadis itu hanya mengikuti mereka saja. Raisa sudah merencanakan tentang penculikan Revalina. Kedatangannya ke sana diikuti Siska. Namun, mereka kesulitan untuk menangkap Revalina di pusat perbelanjaan karena keadaan sangat ramai. Revalina berada agak jauh dari Felix dan Raisa, ia dipantau oleh Siska. Siska menemui Revalina, gadis itu terkejut karena takut Felix melihat seorang wanita berada di belakangnya, Siska langsung membius Revalina hingga pingsan. Seorang pria yang membersamainya datang membawa gadis tersebut masuk ke mobil. Revalina berhasilnya dibawa dari tempat tersebut tanpa sepengetahuan Felix. Raisa membawa banyak barang yang dipilihnya ke meja kasir. 'Dimana Revalina?' batin Felix dengan mengedarkan pandangannya. "Kamu mencari siapa sayang?" tanya Raisa. "Kamu bayar dulu semua barang-barangnya pake uang ka
Raisa sangat senang karena sudah melihat Revalina secara langsung dalam keadaan pingsan dan terikat. Ia merasa puas dengan apa yang mereka kerjakan untuknya. Heri mengatakan tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya saat ini jadi tidak mungkin Felix bisa menemukannya. Heri minta imbalan yang dijanjikan oleh Raisa. Raisa mengancam Heri jika sampai Revalina bisa melarikan diri maka ia tidak akan mengampuni mereka. Tidak akan Heri biarkan gadis itu pergi karena setelah menghabiskan uang dari Raisa, Revalina akan dijadikan pengantinnya. Itu terserah mau dijadikan apapun Revalina karena bukanlah urusannya yang penting gadis itu sudah tidak ada lagi di hidup Felix. "Ini adalah uang yang kamu inginkan, jaga perempuan itu baik-baik jangan sampai kabur!" tegas Raisa sambil memberikan sekoper uang. Heri sangat senang karena sudah memiliki banyak uang, Raisa pergi karena urusannya sudah dianggap selesai. Heri membuka koper tersebut, ia melihat isinya yang sangat banyak. Salah satu pria
Setelah beberapa hari, Siska belum juga mendapatkan bagian sepeserpun dari hasil kerja kerasnya. Sudah kesekian kalinya Siska menemui Heri, tetapi tetap saja uang itu tidak diberikannya. Heri juga menjadi mogok bertemu dengan Siska, akhir-akhir ini ia sering menghindar dari gadis tersebut dengan pergi berenang-renang dengan banyak wanita. Merasa tertipu, ia tidak akan membiarkan keberuntungan terus berpihak pada Heri. Ia masuk ke ruang penyekapan, kali ini Revalina tidak bereaksi minta tolong karena tahu kalau sang Kakak tidak mungkin menolongnya.Siska masuk membawa makanan untuk Revalina, tetapi tujuannya bukan itu. Ia mengunci pintu dari dalam, sedangkan para penjaga malah asyik bermain kartu. Siska melepaskan tali yang mengikat gadis tersebut, menyingkirkan kain yang menutupi mulutnya. Siska memecahkan kaca menggunakan kayu membuat jalan untuk bisa menembus keluar ruangan tersebut. Revalina hanya diam melihat apa yang dilakukan oleh Siska. "Sekarang kamu keluar lewat dari jendel
Para penjahat mencoba membuka pintu, tetapi pintu dikunci dari dalam. Mereka memanggil Siska, tidak ada jawaban dari sana. Terpaksa pintu didobrak, mereka terkejut melihat kaca yang sudah pecah dan Revalina tidak ada, itu artinya Revalina berhasil melarikan diri dengan bantuan dari Siska. Salah satu di antara mereka berpendapat tidak mungkin Siska membawa gadis itu pergi, jelas-jelas ia bergabung dengan Heri. Mereka memeriksa setiap penjuru ruangan tersebut, terlihatlah Siska yang sudah terkapar tidak berdaya di bawah jendela di luar tempat tersebut. Di sebelahnya ada kayu, mereka yakin kalau Revalina sudah memukul Siska sehingga pingsan. Satu di antara lima penjahat itu membawa Siska masuk, sedangkan yang lainnya mencari Revalina. Mereka tidak menemukan jejak apapun dari gadis tersebut, orang yang membawa Siska mencoba menyadarkannya, tetapi Siska belum juga sadar. "Hallo Bos, Revalina melarikan diri." Di balik telepon Heri marah-marah, ia langsung datang ke tempat kejadian meli
Sulit rasanya untuk Raisa bisa menemui Vina di rumahnya karena wanita itu tidak akan mau bertemu dengannya. Kebetulan ketika Raisa bersama dengan temannya, ia melihat ada Vina dengan cucunya. Mereka berdua sedang makan di restoran. "Sebentar, ya. Aku ada perlu dulu," ucap Raisa yang diangguki kedua temannya yang sedang mengobrol. Ia pergi menemui Vina duduk di bangku kosong depannya. Vina terkejut beraninya wanita itu hadir di hadapannya. Tanpa basa-basi Raisa langsung mengatakan kalau Felix dan Revalina itu hanya menikah kontrak. Felix melakukan itu untuk membuat Vina memberikan hak waris padanya. Sampai detik ini juga Raisa dan Felix masih berpacaran, Raisa menunjukkan cincin di jarinya, mengatakan itu adalah cicin pertunangannya dengan Felix. "Saya tidak akan bisa dibohongi sama kamu!" "Tante jangan terlalu polos sehingga bisa dibohongi oleh mereka." "Jika memang kamu masih pacaran dengan anak saya, lalu kenapa kamu membongkar semua ini? Apa gunanya buat kamu?""Saya gak mau
Vina tidak berhasil membuka laci keempat karena ia pikir terlalu bodoh jika percaya pada musuhnya. Kali ini ia berbicara dengan dengan putranya yang dihadiri oleh Vino dan Revalina. Wanita itu ingin membicarakan hal yang sangat penting. Ia akan memberikan hak warisnya yakni pada Felix karena yakin kalau Felix bisa meneruskan perjalanan bisnisnya dengan baik. Vino juga diminta untuk terus bergabung dengan Felix membangun perusahaan menjadi lebih maju. Mendapat kabar menggembirakan, Felix memberitahu Raisa secara langsung di kediamannya. Raisa sangat senang dengan kabar tersebut, tetapi ada rasa khawatir yang menyelimutinya. Vina akan memberikan hak warisnya, tetapi bukan hari ini, ia takut bagaimana jika Vina lebih dahulu menemukan bukti nikah kontrak mereka sebelum hak waris itu diberikan? "Sayang, kenapa kamu kayak gak senang gitu?""Mana mungkin, justru aku senang banget." Felix memegang kedua tangan kekasihnya sambil berkata kalau mereka berdua akan segera bersatu seperti yang
Vina tidak sengaja lewat di depan pintu kamar Felix yang terbuka. Rasa penasarannya kembali muncul ketika ruangan tersebut sangatlah hening tidak berpenghuni. Ia memeriksa semua tempat yang berada di kamar tersebut, sehingga kamar tersebut terlihat agak berantakan. Terakhir, Vina hendak membuka lemari, tetapi dikunci. Ia mencari-cari kunci di dalam laci nakas, ditemukannya kunci tersebut lemari pun terbuka. Di sana terdapat beberapa tumpukan baju Felix dan Revalina, Vina menemukan berkas dengan map hijau di tengah-tengah tumpukan baju anaknya. Perlahan benda itu dibukanya, benda itu jatuh dari lengan Vina tanpa sengaja. Matanya melotot dengan pandangannya yang lurus ke depan. Felix dan Revalina kembali ke kamarnya setelah bermain dengan Felicia di taman belakang rumah. Dua insan itu terkejut matanya saling bertemu pandang, tanpa berpikir panjang Vina langsung menampar pipi putra tercintanya itu. Seorang anak yang selalu ia bangga-banggakan ternyata diam-diam menusuknya dari belakan