Raisa sangat senang karena sudah melihat Revalina secara langsung dalam keadaan pingsan dan terikat. Ia merasa puas dengan apa yang mereka kerjakan untuknya. Heri mengatakan tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya saat ini jadi tidak mungkin Felix bisa menemukannya. Heri minta imbalan yang dijanjikan oleh Raisa. Raisa mengancam Heri jika sampai Revalina bisa melarikan diri maka ia tidak akan mengampuni mereka. Tidak akan Heri biarkan gadis itu pergi karena setelah menghabiskan uang dari Raisa, Revalina akan dijadikan pengantinnya. Itu terserah mau dijadikan apapun Revalina karena bukanlah urusannya yang penting gadis itu sudah tidak ada lagi di hidup Felix. "Ini adalah uang yang kamu inginkan, jaga perempuan itu baik-baik jangan sampai kabur!" tegas Raisa sambil memberikan sekoper uang. Heri sangat senang karena sudah memiliki banyak uang, Raisa pergi karena urusannya sudah dianggap selesai. Heri membuka koper tersebut, ia melihat isinya yang sangat banyak. Salah satu pria
Setelah beberapa hari, Siska belum juga mendapatkan bagian sepeserpun dari hasil kerja kerasnya. Sudah kesekian kalinya Siska menemui Heri, tetapi tetap saja uang itu tidak diberikannya. Heri juga menjadi mogok bertemu dengan Siska, akhir-akhir ini ia sering menghindar dari gadis tersebut dengan pergi berenang-renang dengan banyak wanita. Merasa tertipu, ia tidak akan membiarkan keberuntungan terus berpihak pada Heri. Ia masuk ke ruang penyekapan, kali ini Revalina tidak bereaksi minta tolong karena tahu kalau sang Kakak tidak mungkin menolongnya.Siska masuk membawa makanan untuk Revalina, tetapi tujuannya bukan itu. Ia mengunci pintu dari dalam, sedangkan para penjaga malah asyik bermain kartu. Siska melepaskan tali yang mengikat gadis tersebut, menyingkirkan kain yang menutupi mulutnya. Siska memecahkan kaca menggunakan kayu membuat jalan untuk bisa menembus keluar ruangan tersebut. Revalina hanya diam melihat apa yang dilakukan oleh Siska. "Sekarang kamu keluar lewat dari jendel
Para penjahat mencoba membuka pintu, tetapi pintu dikunci dari dalam. Mereka memanggil Siska, tidak ada jawaban dari sana. Terpaksa pintu didobrak, mereka terkejut melihat kaca yang sudah pecah dan Revalina tidak ada, itu artinya Revalina berhasil melarikan diri dengan bantuan dari Siska. Salah satu di antara mereka berpendapat tidak mungkin Siska membawa gadis itu pergi, jelas-jelas ia bergabung dengan Heri. Mereka memeriksa setiap penjuru ruangan tersebut, terlihatlah Siska yang sudah terkapar tidak berdaya di bawah jendela di luar tempat tersebut. Di sebelahnya ada kayu, mereka yakin kalau Revalina sudah memukul Siska sehingga pingsan. Satu di antara lima penjahat itu membawa Siska masuk, sedangkan yang lainnya mencari Revalina. Mereka tidak menemukan jejak apapun dari gadis tersebut, orang yang membawa Siska mencoba menyadarkannya, tetapi Siska belum juga sadar. "Hallo Bos, Revalina melarikan diri." Di balik telepon Heri marah-marah, ia langsung datang ke tempat kejadian meli
Sulit rasanya untuk Raisa bisa menemui Vina di rumahnya karena wanita itu tidak akan mau bertemu dengannya. Kebetulan ketika Raisa bersama dengan temannya, ia melihat ada Vina dengan cucunya. Mereka berdua sedang makan di restoran. "Sebentar, ya. Aku ada perlu dulu," ucap Raisa yang diangguki kedua temannya yang sedang mengobrol. Ia pergi menemui Vina duduk di bangku kosong depannya. Vina terkejut beraninya wanita itu hadir di hadapannya. Tanpa basa-basi Raisa langsung mengatakan kalau Felix dan Revalina itu hanya menikah kontrak. Felix melakukan itu untuk membuat Vina memberikan hak waris padanya. Sampai detik ini juga Raisa dan Felix masih berpacaran, Raisa menunjukkan cincin di jarinya, mengatakan itu adalah cicin pertunangannya dengan Felix. "Saya tidak akan bisa dibohongi sama kamu!" "Tante jangan terlalu polos sehingga bisa dibohongi oleh mereka." "Jika memang kamu masih pacaran dengan anak saya, lalu kenapa kamu membongkar semua ini? Apa gunanya buat kamu?""Saya gak mau
Vina tidak berhasil membuka laci keempat karena ia pikir terlalu bodoh jika percaya pada musuhnya. Kali ini ia berbicara dengan dengan putranya yang dihadiri oleh Vino dan Revalina. Wanita itu ingin membicarakan hal yang sangat penting. Ia akan memberikan hak warisnya yakni pada Felix karena yakin kalau Felix bisa meneruskan perjalanan bisnisnya dengan baik. Vino juga diminta untuk terus bergabung dengan Felix membangun perusahaan menjadi lebih maju. Mendapat kabar menggembirakan, Felix memberitahu Raisa secara langsung di kediamannya. Raisa sangat senang dengan kabar tersebut, tetapi ada rasa khawatir yang menyelimutinya. Vina akan memberikan hak warisnya, tetapi bukan hari ini, ia takut bagaimana jika Vina lebih dahulu menemukan bukti nikah kontrak mereka sebelum hak waris itu diberikan? "Sayang, kenapa kamu kayak gak senang gitu?""Mana mungkin, justru aku senang banget." Felix memegang kedua tangan kekasihnya sambil berkata kalau mereka berdua akan segera bersatu seperti yang
Vina tidak sengaja lewat di depan pintu kamar Felix yang terbuka. Rasa penasarannya kembali muncul ketika ruangan tersebut sangatlah hening tidak berpenghuni. Ia memeriksa semua tempat yang berada di kamar tersebut, sehingga kamar tersebut terlihat agak berantakan. Terakhir, Vina hendak membuka lemari, tetapi dikunci. Ia mencari-cari kunci di dalam laci nakas, ditemukannya kunci tersebut lemari pun terbuka. Di sana terdapat beberapa tumpukan baju Felix dan Revalina, Vina menemukan berkas dengan map hijau di tengah-tengah tumpukan baju anaknya. Perlahan benda itu dibukanya, benda itu jatuh dari lengan Vina tanpa sengaja. Matanya melotot dengan pandangannya yang lurus ke depan. Felix dan Revalina kembali ke kamarnya setelah bermain dengan Felicia di taman belakang rumah. Dua insan itu terkejut matanya saling bertemu pandang, tanpa berpikir panjang Vina langsung menampar pipi putra tercintanya itu. Seorang anak yang selalu ia bangga-banggakan ternyata diam-diam menusuknya dari belakan
Akhir-akhir ini, Felix sering merasa hidupnya ada yang kurang. Biasanya ia selalu melihat ada Revalina duduk di sofa memberikan apa yang dibutuhkannya, tetapi kali ini tidak ada. Sesekali bayangan gadis itu lewat di hadapannya seperti sedang tersenyum kadang merapikan pakaian di lemari. Bagi Felix mungkin itu karena kebiasan sebelumnya ada Revalina, tetapi sekarang tidak ada jadi teringat gadis tersebut. Ia pergi meninggalkan rumahnya untuk ke kantor bersama dengan Vino. Tiba-tiba dalam perjalanan mobilnya malah mogok, terpaksa ia harus ke bengkel terlebih dahulu. Ia melihat seorang wanita berbaju montir, Felix rasa itu adalah Revalina sehingga ia menyentuh pundaknya memanggil nama Revalina. Wanita itu berbalik mengatakan kalau dirinya bukan Revalina. "Revalina gak ada kerja di bengkel, dia ada di kontrakan. Kalau kamu mau ketemu sama dia, aku bisa nganterin kamu ke sana.""Gak usah, aku hanya berpikir kalau itu Revalina karena mirip." Vino menggelengkan kepalanya, ia rasa Felix te
Vino terkejut ketika mendapati rumah yang ditinggali oleh Revalina sudah kosong, pemiliknya pun tidak tahu kemana Revalina pergi karena tiba-tiba rumahnya kosong. Vino memberitahu Felix kalau Revalina tidak ada di rumah tersebut. "Mungkin dia pulang," tebak Felix. "Beruntung kalau dia udah pulang, Lix. Tapi gimana kalau dia diculik lagi sama Heri?" Mata pria itu membola, apa yang dikatakan Vino ada benarnya juga. Ia mengambil kunci mobil yang berada di atas nakas, langkahnya begitu cepat menuruni anak tangga. Vina yang bertanya pun tidak dijawab sama sekali. Vino berlari mengejar Felix keluar dari rumah tersebut, Vina memperhatikan dua pria tersebut. Mereka masuk ke mobil yang sama, keduanya mencari-cari Revalina ke sekeliling. Ketika ada di tempat ramai, mereka turun untuk menanyakan Revalina menunjukkan fotonya. Mungkin apa yang dipikirkannya itu benar kalau Revalina sudah pulang, Felix pun menghentikan kendaraannya di depan rumah Revalina. Namun, rumah itu sudah tidak berpengh