Wajah Ginny dari merah menjadi pucat seolah darah telah disedot dari keluar wajahnya. Kemarahan di dadanya naik dan dia memukul-mukul dada Lewis keras.
“Biadab! Bajingan! Binatang! Lewis Flint, kamu iblis! Yuriel adalah putrimu! Teganya kamu menggunakan jantung putrimu sendiri untuk wanita itu.”
Tanpa memedulikan rasa takut pada pria itu, dia memukul-mukul dadanya dengan beringas dan mengutuk binatang buas yang memakan anak-anaknya.
Lewis menangkap lengannya yang mukul-mukul dadanya dan menekan lengannya ke dinding dengan kejam.
“Jadi kenapa kalau aku binatang buas? Kamu bahkan tidak lebih baik dari aku. Kamu meninggalkan anak-anakmu begitu kamu melahirkan mereka,” desisnya sinis.
“Menurutmu itu karena siapa?!” Ginny menggertakkan gigi menatapnya dengan mata memerah, memelototinya dengan penuh dengan kebencian dan kemarahan dalam sorot matanya. Dia memberontak dalam kungkungan Lewis.
Pria itu sebaliknya menatapnya dengan pandangan penu
Sorry telat update, tempat Author selalu eror jaringan
Tidak tahu malu! Pria itu masih tidak tahu malu dan berbuat mesum tanpa kenal tempat. Terang-terangan menampilkan tontonan tidak senonoh saat di depan pintu apartemennya yang terbuka lebar.Beberapa penghuni apartemen lewat mengintip mereka dengan ingin tahu karena melihat selusin anak buah Lewis berjaga di depa pintu.Lewis tidak peduli dengan sekitarnya dan menggeram tidak sabar.“Kaitkan kakimu di pinggangku,” perintahnya penuh kesombongan dan mendominasi.Wajah Ginny semakin merah dan dia memukul dada Lewis sekali lagi.“Tidak tahu malu! Apa kamu pikir kita anak muda lagi?!”Hei meski tubuhnya terlihat awet muda, dia masih memiliki tulang tua yang sekuat dulu.Melingkarkan kaki di pinggangnya? Jangan bercanda! Hanya Lewis Flint, iblis cabul dan tak bermoral yang bisa melakukan itu.Mata Lewis menyipit, menatapnya dengan tatapan berbahaya.“Sayang, kamu tau aku tidak suka mengulang
Tenggorokan Ginny tercekat dan matanya mulai memanas. Dia membuka mulutnya ingin menjawab, tetapi pada akhirnya dia tidak mengucapkan apa-apa.Tiba-tiba sebuah lengan kekar memeluk pinggang Ginny dari belakang dan mengecup lehernya.“Iya, kenapa?” Lewis yang menyahut panggilan Yuriel.“Ayah, kamu ada di mana? Kamu tidak membantai keluarga Gilren dan Kindle, kan? Jangan mencampuri urusanku. Biar aku mengurus mereka dan membalas dendamku.” Yuriel mengomel.“Hmmm.” Lewis mendengkur tanpa melepaskan bibirnya dari kulit lembut Ginny dan mulai menghisapnya.Wajah Ginny memerah dan dia menggigit bibir bawahnya menahan erangan lembut keluar dari mulutnya. Dia mencubit lengan Lewis dengan cemas.“Hentikan, Yuriel masih menelepon,” desisnya dengan suara pelan hingga hanya mereka berdua yang mendengar.Lewis tidak peduli dan mengulurkan tangannya untuk meremas payudara Ginny dari belakang dengan me
“Nona Flint, maafkan kalau aku tidak bisa menyambut kedatanganmu karena kamu tidak diterima di sini. Jadi cepat pergi dari sini. Aku tidak ingin seorang wanita simpanan mengotori rumahku.”Yuriel mendengus dan mendongak memandang Sherly.“Sherly Kindle, yang seharusnya pergi dari sini itu kamu.”Sudut bibir Sherly berkedut dan dia menatap Yuriel dengan tatapan dingin.“Ini adalah rumahku dan aku Nyonya rumah ini. Apa hak seorang simpanan mengusirku dari rumahku? Kamu wanita tidak tahu malu,” cibirnya memandang Yuriel rendah.“Nona Flint, meski kamu Nona Muda Flint, tempat ini adalah Capital dan bukan Kingstown hingga kamu berbuat seenaknya.” Sherly berkata sambil menggertakkan giginya menahan kebencian dan amarah di dadanya.Dai tidak menduga identitas Yuriel begitu luar biasa sebagai Nona Muda Flint kemudian teringat dengan kejadian dia dipermainkan di mal Neon Plaza.Wanita mempe
Aleandro terdiam menatapnya tanpa berkedip.Sorot mata Yuriel sangat dingin. Dia mengangkat tangannya menyentuh wajah pria itu.“Kenapa, kamu tidak suka?” ujarnya dengan dingin.Sherly menatap Aleandro dengan penuh harap.“Alen, kita sudah menikah selama lima tahun dan memiliki Deon. Jangan biarkan wanita itu mempermalukan aku dengan seperti ini. Aku masih ibu Deon dan Deon adalah anakmu.” Dia memohon menggunakan Deon untuk menarik simpati Aleandro.Aleandro mengabaikannya. Dia menatap lurus ke dalam mata Yuriel.Tidak ada kehangatan biasa di mata Yuriel saat menatapnya. Sorot matanya dingin tanpa kehangatan seolah mereka tidak memiliki hubungan apa pun.“Riel, apa yang terjadi padamu? Apa kamu marah atas apa yang terjadi di pesta itu. Aku minta maaf membuatmu mengalami semua itu.” Dia berkata dengan lembut dan membujuk memegang tangan Yuriel yang menyentuh wajahnya.Raut wajah Yuriel tidak b
Setelah apa yang dilakukan di masa lalu, pengurungan dan penyiksaan, dia masih membuatnya berada di sisinya dan membuainya dengan janji yang sama.“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan.” Aleandro mengerutkan keningnya.Yuriel menatapnya tanpa ekspresi.“Aleandro Gilren … mari kita bercerai,” ucapnya menatap lurus mata gelap pria itu.Aleandro tertegun, menatapnya dengan terkejut.“Riel, apa maksudmu bercerai dan bukan putus.” Dai bertanya dengan hati-hati.Mangkinkah ingatan Yuriel sudah pulih?Jantungnya berdegung kencang. Dia menatap Yuriel dengan tatapan cemas sambil berharap dalam hati.Itu tidak mungkin.Yuriel menatapnya tanpa ekspresi. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum sinis.“Aleandro Gilren, aku ingat semuanya. Saat kamu menamparku karena keguguran, menuduhku membunuh Grace dan mengurungku serta menyiksaku di vila itu.”
Mata gadis kecil itu memerah dan berkaca-kaca menatap Yuriel. Bibirnya mengerucut tampak menahan isakannya. Air matanya perlahan mengalir di pipinya“Mama ….” Panggilnya lirih.Yuriel mengangguk kepalanya dan menghapus air mata gadis kecil itu.“Benar, ini Mama, sayang. Maafkan Mama Yuri.” Dia menarik Yuri dalam pelukannya.Gadis kecilnya sangat merindukannya tetapi dia menolak dikenali sebagai ibu kandung Yuri dan memintanya untuk tidak memanggilnya Mama.Betapa gadis kecilnya menahan perasaannya selama ini karena takut dia akan meninggalkannya.“Mama ….” Panggil Yuri dengan suara sengau. Dia membenamkan wajahnya di pundak Yuriel dan memeluk lehernya erat.“Mama tidak akan tinggalkan Yuri, kan,” bisik gadis kecil itu.“Tentu tidak. Yuri putri kecil Mama. Maafkan Mama tidak mengenali Yuri,” kata Yuriel dengan sedih memeluk tubuh kecil Yuri semakin erat.
“Dasar perempuan jahat! Aku akan melapor kalian ke polisi!”Wajahnya membengkak dan memar karena tamparan keras dari wanita itu. Cukup untuk melaporkan wanita itu atas tindakan kekerasan.“Ya lapor saja. Mari kita liat siapa yang duluan ditangkap!” cibir wanita itu dengan dingin.Celine sangat marah dan mendongkak untuk melihat wajah wanita itu dengan marah. Dia tertegun melihat wajahnya kemudian menatap Yuriel.Syok melintas di wajahnya. Wajah kedua wanita itu sama persis.“Kamu siapa?” tanya ragu-ragu khawatir jika dia salah mengenali orang dan memukul orang yang salah.Ginny menatap dingin dan mengacuhkannya. Dia berbalik menatap Yuriel yang membantu Yuri didorong jatuh.Wanita itu adalah Ginevra Scott, ibu kandung Yuriel. Dia ingin bertemu dengan putrinya setela mendengar kabar Yuriel berbelanja. Namun yang dia temukan putrinya ditindas oleh Celine dan cucunya didorong dengan kasar.&ldqu
Pria itu menyiram wajah Celine dengan cairan dalam botol sebelum masuk kembali dalam mobil. Mobil itu kemudian melaju meninggalkan parkiran.Celine yang disiram cairan putih itu menjerit histeris, berjongkok sambil menutup wajahnya.Wajahnya terbakar oleh cairan bening yang siram oleh pria berpakaian hitam. Jeritan Celine menarik perhatian orang-orang di parkiran.Mereka berkerumun di sekitar Celine menanyakan keadaannya. Beberapa memanggil ambulans.Sudut bibir Lewis melengkung membentuk senyum kejam. Ini akibat jika berani melukai putrinya.Jika Yuriel tidak melarangnya untuk ikut campur, Lewis sudah pasti menyingkirkan keluarga Kindle sampai ke akar-akarnya hingga mereka menghilang dari dunia.Mereka malah menjadi-jadi hanya karena dia diam selama ini.Pelajaran ini sebagai peringatan pada keluarga Kindle untuk tidak berani macam-macam dan berpikir dua kali jika ingin melukai putrinya.Lewis mengalihkan perhatiannya dari par
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro