“Bagaimana kau akan melaporkanku? Hm, istriku, atau ... harus kupanggil, penipu?” Yuriel menegang dan berhenti memberontak. Matanya membelalak syok menatap wajah tampan di depannya. Aleandro telah menyentuhnya dan pasti mengetahui dirinya masih perawan. Yunifer yang sebenarnya bukan lagi perawan karena dia pernah hamil. “ Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau pura-pura menjadi istriku?” Aleandro mengelus wajahnya dengan lembut, sebelum kemudian mencengkeram rahangnya. “Beraninya kau mempermainkanku!” Aleandro teringat bagaimana Yuriel mempermainkannya dan menginjak-injak harga dirinya. Dia telah memenuhi semua keinginannya dan memanjakan, hanya untuk seseorang yang palsu entah siapa. Dia tidak pernah merasa semarah ini. Harga dirinya terluka ditipu oleh seseorang yang entah sejak kapan mulai memasuki hatinya. “Katakan siapa kau sebenarnya?!” Yuriel mengerang kesakitan akibat cengkeramannya, di tambah dengan rasa di sekujur tubuhnya. Rasa takutnya yang sesaat dia rasakan karena meng
Yuriel memandang tubuh Nyonya Jenkins yang di dorong ke ruang operasi sampai pintunya tertutup. “Maaf,” gumamnya meminta maaf. “Hanya ini yang bisa kulakukan.” Dia kemudian berbalik, pergi untuk membayar tagihan rumah sakit dan biaya perawatan jangka panjang Nyonya Jenkins dengan menggunakan kartu hitam Aleandro. Dia tidak berencana untuk tinggal. Yuriel menarik uang tunai untuk kembali ke kotanya, sebelum mengirimkan kartu hitam tanpa limit kembali ke mansion. Dia kemudian naik kereta bawah tanah, kembali ke kotanya. Memandang gedung-gedung pencakar langit Ibukota yang menjauh dari balik jendela, Yuriel mengucapkan selamat tinggal. .... Aleandro tidak bisa berkonsentrasi bekerja di kantornya. Dia memutar-mutar pena di jarinya, dengan mata menatap dokumen keuangan di depannya. Namun, tidak ada satu pun yang masuk ke kepalanya. Pikirannya berputar-putar dengan kejadian tadi pagi. Tok, tok, tok. “Tuan Gilren
Yuriel berdiri diam di depan sebuah bangun berlantai dua. Semua pintu dan jendela tertutup rapat. Dia melihat jam tangannya, sekarang pukul sepuluh malam. Jam segini anak-anak sudah tidur. Yuriel maupun anak-anak dalam panti asuhan tidak pernah merasakan perayaan natal sejak kecil. Mereka sangat miskin dan kepala panti orang yang kikir tidak mau membuang dana untuk perayaan natal. Malam natal yang seharusnya penuh kegembiraan terasa sepi di dalam panti yang terpencil dan lusuh di sudut kota. Dia menghela napas dan bersandar di tiang lampu jalan, menatap bangunan panti asuhan yang sudah lama ditinggalkannya. Dia meninggalkan panti asuhan sejak usianya 18 tahun untuk hidup mandiri. Bangunan panti tidak banyak berubah dari apa yang dia ingat. Ini adalah tempat yang dia habiskan di masa kecil dalam kemiskinan. Berjuang untuk sepotong pakaian dan makanan dengan anak-anak lain. Berharap suatu saat orang tua kandungnya akan datang mencarinya. Namun sayang mimpi hanya lah mimpi. Orang yang
“Thalia, semua ini karena ide busukmu. Cepat datang dan selamatkan aku. Jika kau tidak menyelamatkanku sekarang, jangan harap keluargaku akan membiarkanmu lolos!” Ariana terisak ketakutan, namun masih memiliki tenaga untuk mengancam Thalia. Menyelamatkanmu? Aku pikir aku bodoh? Thalia mencemooh dalam hati. Karena Aleandro suda menangkap Ariana, dia tidak mau mengekspos dirinya terlibat dalam masalah ini jika menyelamatkan Ariana. “Ariana, apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Sinyal sangat buruk, aku akan meneleponmu nanti.” Thalia buru-buru menutup teleponnya. Dia terdiam dengan wajah cemas. Jika apa yang terjadi pada Ariana sampai diketahui keluarga Grinn, dia akan mendapat masalah. “Apa yang harus aku lakukan?” Dia menggigit kuku jarinya cemas. Andai keluarganya memiliki kekuasaan dan kekayaan yang lebih besar dari keluarga Grinn, dia tidak akan secemas ini. “Tidak, aku harus mencari bantuan.” Dia kemudian mengotak-atik ponselnya dan memutar nomor ora
Wajah Yuriel memerah. Sapuan napas beraroma mint lelaki itu terasa menerpa wajahnya. Dia linglung sesaat, namun tersadar ketika melihat lelaki itu mundur dan berbalik pergi. Dia dengan marah berbalik dan merutuk di belakang punggungnya. “Dalam mimpimu, brengsek!” Dia tidak sudi bersama dengan bajingan itu, bahkan jika hanya berpura-pura. Aleandro tetap terus berjalan lurus, tak menghiraukannya. Senyum tipis mengembang di wajahnya yang dingin saat dia naik mobilnya, pergi ke hotel dengan perasaan ringan. Sementara itu di sini lain, Yuriel menghela napas sedih ketika menyadari dia sedang membutuhkan dana untuk membantu panti asuhan. Bajingan busuk! Yuriel mengumpat dalam hati. Setelah semua yang dia alami dan kehilangan keperawanannya, Yuriel tidak mendapatkan apa-apa dari lelaki itu. Yuriel menggertakkan gigi, dan kembali ke panti asuhan dengan perasaan sedih. Dia semakin sedih menyaksikan dengan
Ibu Hanna kemudian menatap Yuriel dengan senyum lebar mengembang di wajah bulatnya.“Yuriel kami adalah gadis yang baik dan bisa merawat anak-anak. Kenapa tidak menjadikannya istri Tuan Smith?”Yuriel menatap Ibu Hanna tidak percaya. Dia merasa seperti dijual.“Hahahaha, aku setuju!” Tuan Smith tertawa gembira dan bertepuk tangan saking senangnya. Dia sampai mengabaikan gadis belia yang meringis di pelukannya karena terjepit dengan tangan gemuknya.“Sudah saatnya Mark memiliki seorang Ibu.”“Karena Tuan Smith sudah setuju, bagaimana kalau kita membahas mas kawin untuk Yuriel,” ujar Ibu Hanna dengan serakah.Dia bahkan tidak mempertimbangkan Yuriel akan setuju apa tidak dan menjual pernikahannya demi uang.“Apa! Tidak! Aku tidak mau!” Seru Yuriel menolak keras mendengar ide mengerikan Ibu Hanna. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Ibu Hanna dengan kasar.Ibu Hanna te
Yuriel tampak jijik menatapnya. Tubuhnya yang pendek dan bulat seperti bola membuatnya terlihat sangat jelek dan menjijikkan. Biadab! Memperlakukan hidup manusia seperti binatang. Yuriel mengutuknya dalam hati. “Oh, calon istriku sudah datang.” Tuan Smith mengalihkan pandangannya pada Yuriel. Tatapannya menjelajahi tubuh Yuriel dengan rakus, nafsu binatang terlihat jelas dalam sorot matanya. Raut wajah Yuriel memucat. Jantungnya berdebar ketakutan di depan lelaki yang seperti binatang buas. “Akh!” Dia mengaduh ketika salah satu laki-laki itu mendorongnya jatuh di depan Tuan Smith. Pundaknya ditahan oleh dua anak buah Tuan Smith, membuatnya berlutut di bawah pria tua gemuk itu. Dia mendongak, hanya untuk melihat wajah jelek Tuan Smith yang menatapnya bernafsu. “Kamu lebih cantik jika dilihat dari dekat.” Tuan Smith membungkuk dan mencubit dagunya dengan tangan bunteknya. Yuriel mengatupkan bibirnya, menahan jijik d
Tuan Smith mundur dengan ketakutan melihat tatapan mematikan Aleandro. Dia merintih kesakitan merasa rasa sakit tajam di kedua bahunya saat bergerak mundur. Mengumpulkan keberaniannya, dia berteriak memanggil anak buahnya. “Cato! Deni! Di mana kalian! Cepat datang dan tangkap orang-orang ini!” Aleandro mendengus dan mencibir, “Bodoh.” Dia tidak akan bisa menerobos masuk kalau tidak menyingkirkan anak buah Tuan Smith yang berjaga di luar. Raut wajah Tuan Smith memucat melihat tidak ada satu pun anak buahnya yang datang. Orang-orang yang seperti anak buah lelaki itu menodongnya dengan senjata api. Barulah dia merasakan perasaan takut. Orang itu tanpa ragu menembaknya dua kali. Ada kemungkinan dia akan membunuhnya. “Tuan, tolong jangan bunuh saya!” Tuan Smith berjuang untuk berlutut di depan mereka. Dia mengabaikan luka di tubuhnya. “Jika kau menginginkan uang, aku akan memberikan semua uangku padamu! Tolong biarkan aku hidu