Yuriel tampak jijik menatapnya. Tubuhnya yang pendek dan bulat seperti bola membuatnya terlihat sangat jelek dan menjijikkan.
Biadab! Memperlakukan hidup manusia seperti binatang. Yuriel mengutuknya dalam hati.
“Oh, calon istriku sudah datang.”
Tuan Smith mengalihkan pandangannya pada Yuriel. Tatapannya menjelajahi tubuh Yuriel dengan rakus, nafsu binatang terlihat jelas dalam sorot matanya.
Raut wajah Yuriel memucat. Jantungnya berdebar ketakutan di depan lelaki yang seperti binatang buas.
“Akh!” Dia mengaduh ketika salah satu laki-laki itu mendorongnya jatuh di depan Tuan Smith. Pundaknya ditahan oleh dua anak buah Tuan Smith, membuatnya berlutut di bawah pria tua gemuk itu.
Dia mendongak, hanya untuk melihat wajah jelek Tuan Smith yang menatapnya bernafsu.
“Kamu lebih cantik jika dilihat dari dekat.” Tuan Smith membungkuk dan mencubit dagunya dengan tangan bunteknya.
Yuriel mengatupkan bibirnya, menahan jijik d
Akhirnya bisa dobel up lagi😌 beri semangat pada author dg komen dan Vote ya😁😘
Tuan Smith mundur dengan ketakutan melihat tatapan mematikan Aleandro. Dia merintih kesakitan merasa rasa sakit tajam di kedua bahunya saat bergerak mundur. Mengumpulkan keberaniannya, dia berteriak memanggil anak buahnya. “Cato! Deni! Di mana kalian! Cepat datang dan tangkap orang-orang ini!” Aleandro mendengus dan mencibir, “Bodoh.” Dia tidak akan bisa menerobos masuk kalau tidak menyingkirkan anak buah Tuan Smith yang berjaga di luar. Raut wajah Tuan Smith memucat melihat tidak ada satu pun anak buahnya yang datang. Orang-orang yang seperti anak buah lelaki itu menodongnya dengan senjata api. Barulah dia merasakan perasaan takut. Orang itu tanpa ragu menembaknya dua kali. Ada kemungkinan dia akan membunuhnya. “Tuan, tolong jangan bunuh saya!” Tuan Smith berjuang untuk berlutut di depan mereka. Dia mengabaikan luka di tubuhnya. “Jika kau menginginkan uang, aku akan memberikan semua uangku padamu! Tolong biarkan aku hidu
Ekspresi Aleandro suram melihat wajah cantik Yuriel terluka. “Apa yang dia lakukan padamu?” Dia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Yuriel. Yuriel tersentak dan bergidik merasakan tangan dingin Aleandro di wajahnya. Dia kemudian mengingat saat Tuan Smith melecehkannya. Dia merasa jijik pada dirinya sendiri karena dilecehkan dan Aleandro melihat bukti dia dilecehkan. Tidak ada yang lebih memalukan baginya daripada orang lain melihat saat dia lecehkan. “Kenapa, kau merasa jijik padaku? Mau menghina aku?” ujarnya marah dan menyentak tangan Aleandro menjauh dari wajahnya. Matanya mulai memerah, merasa terhina dan jijik pada dirinya sendiri. Air matanya perlahan mengalir. “Bagaimana mungkin aku jijik.” Aleandro menatapnya dengan lembut melihatnya menangis. Wanita yang selalu terlihat kuat dan keras kepala di depannya, terlihat sangat menyedihkan. Dia mengulurkan tangannya untuk mengelus wajahnya, dan mendekatkan wajahnya ke muka Yuriel. Dahi mereka saling menempel. Yuriel berked
Yuriel menatap bayangan dirinya di wastafel kamar mandi. Wajahnya terasa panas dan merah. Bibirnya bengkak dan merah. Dia mengumpat memutar keran dan mencuci tangannya dengan wajah memerah. Dia menggigit bibir bawahnya saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Sayang sekali Aleandro tidak bisa menyentuh lebih dalam karena lukanya. “Apaan sih!” Yuriel menampar wajahnya dan mencuci mukanya untuk meredakan panas yang membara di pipinya. “Sadarlah, dia itu suami Yunifer. Kau punya dendam yang harus dipenuhi.” Yuriel menyugesti dirinya untuk tidak terpikat pada sosok Aleandro. Dia mengingatkan tujuan awalnya berpura-pura menjadi Yunifer. Namun, jauh di lubuk hatinya, ada yang perasaan yang tidak bisa dijelaskan ketika mengingat Aleandro merupakan suami Yunifer. Aleandro dan Yunifer memiliki sejarah bersama. Yuriel menggelengkan kepalanya. Tidak, jangan sampai dia terpikat dengan suami adiknya. Raut wajah Yuriel berangsur-angsur normal. Kewarasannya perlahan mulai kembali. Pintu
Senyum mengembang di wajah Thalia melihat Sherly terpancing dengan informasinya.“Dia adalah salah satu teman sesama jurusanku di kampusku yang dulu. Namanya Yuriel Scott,” ujarnya hati-hati menatap Sherly.“Yuriel Scott? Yunifer Jenkins?” Sherly mengerutkan keningnya membandingkan kedua nama itu.“Apa mereka kembar?” tanyanya ingin tahu.Dia baru kali ini mendengar Yunifer memiliki kembaran. Setahunya Yunifer hanya putri tunggal dari keluarga Jenkins.“Itu yang aku pikirkan,” jawab Thalia.“Jadi kau tidak yakin mereka kembar?” Sherly mengerutkan bibirnya dengan ekspresi mencibir.“Untuk apa kamu memberikan informasi tentang kembaran Yunifer yang bahkan tidak jelas mereka saudara apa tidak. Ada banyak orang sangat mirip di dunia.” Sherly tampak tidak senang.Waktunya terbuang percuma hanya untuk mendengar silsilah keluarga Yunifer.“Aku s
Dia tidak bisa membayang jika saat itu Yuriel dan Yunifer tidak selamat, mungkin dalam kehidupan ini, dia tidak akan bertemu dengan Yuriel. Aleandro membuat sumpah dalam hatinya jika suatu saat orang tua Yuriel datang mencarinya. Dia tidak akan memberi mereka kesempatan untuk mengklaim hak mereka sebagai orang tua. Dia akan merawat Yuriel dan memanjakannya sepenuh hati hingga wanita itu tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Saat dia sedang berpikir untuk membuat Yuriel tidak meninggalkannya, Bibi Marry membawanya ke sebuah ruangan yang dikhususkan untuk bayi. Aleandro terdiam menatap ke dalam. Dalam ruangan beraroma susu bayi, beberapa Box bayi berjejer dengan rapi. Empat orang pengasuh yang baru diperkerjakan oleh Aleandro tampak tengah mengobrol sambil mengasuh salah satu bayi. Tatapan Aleandro terpaku pada sosok Yuriel yang menggendong bayi ke pelukannya. Dia tersenyum dengan riang bermain-main dengan bayi di gendongannya. Dia tampak alami merawat bayi seperti seorang ibu
“Kenapa dengan mukau?” Aleandro menoleh menatap Yuriel sambil tersenyum. “Mungkin demam.” Yuriel memelototinya dengan pipi bersemu. “Ya, sepertinya dia perlu diperiksa ke dokter. Tidak hanya demam, mungkin ada penyakit lain dari bekas pekerjaanmu dulu sebagai pelayan bar,” balas Katherine menyindir penuh penghinaan. Siapa yang tahu dia melayani para pria di bar dan tertular penyakit seksual. Yuriel ingin marah mendengar kata-kata Katherine dan ingin membalas wanita tua itu. Namun Aleandro menahan pahanya. “Jangan khawatir Ibu. Aku akan ‘memeriksanya’ dengan benar,” ujar Aleandro melirik Yuriel sambil berkedip. Katherine cemberut melihat reaksi Aleandro tidak seperti yang dia harapkan. Tampaknya konteks pemikiran mereka berbeda. “Ibu akan pulang.’ “Oke.” Katherine mengerutkan keningnya melihat Aleandro tidak berdiri untuk mengantarnya keluar. “Nyonya, biarkan saya mengantarkan Anda keluar,” ujar Butler Greyson yang senantiasa berdiri di samping Aleandro. Dia berpura-pura ti
Sebuah mobil Limosin berhenti di depan perusahaan besar. Beberapa orang berhenti untuk melihat siapa yang turun dari mobil yang sering digunakan bos besar mereka ke perusahaan. Jon turun dan membukakan pintu penumpang dengan hormat. Beberapa laki-laki menahan napas menatap kaki jenjang putih nan mulus bersepatu high heels merah sensual, menjulur keluar. Kemudian tubuh wanita bergaun merah seksi keluar dengan anggun. Dia menatap ke sekeliling, melihat beberapa orang menatapnya terpesona. Yuriel tersenyum acuh tak acuh mengalihkan pandangannya pada gedung perusahaan di depannya, tempat di mana sosok Aleandro Gilren membangun kerajaan bisnis. “Aleandro Gilren ... mari kita lihat, apa kau berani untuk bekerja sama dengan Sherly.” Yuriel menyungging senyum evil. Hari ini dia akan mengganggu kerja sama perusahaan Gilren dan Kindle. Dia tidak akan pernah membiarkan Sherly, wanita ular itu memiliki keberuntungan atau merayu suami orang. Dengan langkah anggun Yuriel memasuki perusahaan. B
“Nyonya Gilren!” Cindy dan Viktor menoleh dengan terkejut melihat sosok Yuriel masuk ke area kantor Presiden Direktur. Yuriel melambai pada mereka, menyapa meskipun tidak kenal dengan mereka. Dia memandang ke sekeliling ruangan kantor Presiden Direktur yang teramat luas dan canggih. Meja kerja Viktor dan Cindy berada di luar kantor pribadi Aleandro. Ada area ruang tamu di sebelah meja kerja asisten dengan sekat kaca. Terdapat sofa dan meja yang bisa menjadi tempat untuk menunggu. Sementara satu-satunya pintu utama dengan bahan berkualitas tinggi berada di ujung. Itu kantor pribadi Presiden Direktur. “Nyonya, apa yang membuatmu datang? Apa Anda mencari Tuan Gilren?” Viktor dan Cindy berdiri untuk menyambutnya. Yuriel menghampiri meja mereka. Gaun merah terang yang di kenakannya sangat mencolok. Beberapa kulitnya yang putih nan halus terbuka. Viktor menundukkan kepalanya pura-pura sibuk dengan komputernya, mati-matian menahan naluri pria untuk menatap tubuh sintal Yuriel yang sensu