Tuan Smith mundur dengan ketakutan melihat tatapan mematikan Aleandro. Dia merintih kesakitan merasa rasa sakit tajam di kedua bahunya saat bergerak mundur.
Mengumpulkan keberaniannya, dia berteriak memanggil anak buahnya. “Cato! Deni! Di mana kalian! Cepat datang dan tangkap orang-orang ini!”
Aleandro mendengus dan mencibir, “Bodoh.”
Dia tidak akan bisa menerobos masuk kalau tidak menyingkirkan anak buah Tuan Smith yang berjaga di luar.
Raut wajah Tuan Smith memucat melihat tidak ada satu pun anak buahnya yang datang. Orang-orang yang seperti anak buah lelaki itu menodongnya dengan senjata api. Barulah dia merasakan perasaan takut.
Orang itu tanpa ragu menembaknya dua kali. Ada kemungkinan dia akan membunuhnya.
“Tuan, tolong jangan bunuh saya!” Tuan Smith berjuang untuk berlutut di depan mereka. Dia mengabaikan luka di tubuhnya.
“Jika kau menginginkan uang, aku akan memberikan semua uangku padamu! Tolong biarkan aku hidu
Vote dan komen jangan lupa ya😘😘
Ekspresi Aleandro suram melihat wajah cantik Yuriel terluka. “Apa yang dia lakukan padamu?” Dia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Yuriel. Yuriel tersentak dan bergidik merasakan tangan dingin Aleandro di wajahnya. Dia kemudian mengingat saat Tuan Smith melecehkannya. Dia merasa jijik pada dirinya sendiri karena dilecehkan dan Aleandro melihat bukti dia dilecehkan. Tidak ada yang lebih memalukan baginya daripada orang lain melihat saat dia lecehkan. “Kenapa, kau merasa jijik padaku? Mau menghina aku?” ujarnya marah dan menyentak tangan Aleandro menjauh dari wajahnya. Matanya mulai memerah, merasa terhina dan jijik pada dirinya sendiri. Air matanya perlahan mengalir. “Bagaimana mungkin aku jijik.” Aleandro menatapnya dengan lembut melihatnya menangis. Wanita yang selalu terlihat kuat dan keras kepala di depannya, terlihat sangat menyedihkan. Dia mengulurkan tangannya untuk mengelus wajahnya, dan mendekatkan wajahnya ke muka Yuriel. Dahi mereka saling menempel. Yuriel berked
Yuriel menatap bayangan dirinya di wastafel kamar mandi. Wajahnya terasa panas dan merah. Bibirnya bengkak dan merah. Dia mengumpat memutar keran dan mencuci tangannya dengan wajah memerah. Dia menggigit bibir bawahnya saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Sayang sekali Aleandro tidak bisa menyentuh lebih dalam karena lukanya. “Apaan sih!” Yuriel menampar wajahnya dan mencuci mukanya untuk meredakan panas yang membara di pipinya. “Sadarlah, dia itu suami Yunifer. Kau punya dendam yang harus dipenuhi.” Yuriel menyugesti dirinya untuk tidak terpikat pada sosok Aleandro. Dia mengingatkan tujuan awalnya berpura-pura menjadi Yunifer. Namun, jauh di lubuk hatinya, ada yang perasaan yang tidak bisa dijelaskan ketika mengingat Aleandro merupakan suami Yunifer. Aleandro dan Yunifer memiliki sejarah bersama. Yuriel menggelengkan kepalanya. Tidak, jangan sampai dia terpikat dengan suami adiknya. Raut wajah Yuriel berangsur-angsur normal. Kewarasannya perlahan mulai kembali. Pintu
Senyum mengembang di wajah Thalia melihat Sherly terpancing dengan informasinya.“Dia adalah salah satu teman sesama jurusanku di kampusku yang dulu. Namanya Yuriel Scott,” ujarnya hati-hati menatap Sherly.“Yuriel Scott? Yunifer Jenkins?” Sherly mengerutkan keningnya membandingkan kedua nama itu.“Apa mereka kembar?” tanyanya ingin tahu.Dia baru kali ini mendengar Yunifer memiliki kembaran. Setahunya Yunifer hanya putri tunggal dari keluarga Jenkins.“Itu yang aku pikirkan,” jawab Thalia.“Jadi kau tidak yakin mereka kembar?” Sherly mengerutkan bibirnya dengan ekspresi mencibir.“Untuk apa kamu memberikan informasi tentang kembaran Yunifer yang bahkan tidak jelas mereka saudara apa tidak. Ada banyak orang sangat mirip di dunia.” Sherly tampak tidak senang.Waktunya terbuang percuma hanya untuk mendengar silsilah keluarga Yunifer.“Aku s
Dia tidak bisa membayang jika saat itu Yuriel dan Yunifer tidak selamat, mungkin dalam kehidupan ini, dia tidak akan bertemu dengan Yuriel. Aleandro membuat sumpah dalam hatinya jika suatu saat orang tua Yuriel datang mencarinya. Dia tidak akan memberi mereka kesempatan untuk mengklaim hak mereka sebagai orang tua. Dia akan merawat Yuriel dan memanjakannya sepenuh hati hingga wanita itu tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Saat dia sedang berpikir untuk membuat Yuriel tidak meninggalkannya, Bibi Marry membawanya ke sebuah ruangan yang dikhususkan untuk bayi. Aleandro terdiam menatap ke dalam. Dalam ruangan beraroma susu bayi, beberapa Box bayi berjejer dengan rapi. Empat orang pengasuh yang baru diperkerjakan oleh Aleandro tampak tengah mengobrol sambil mengasuh salah satu bayi. Tatapan Aleandro terpaku pada sosok Yuriel yang menggendong bayi ke pelukannya. Dia tersenyum dengan riang bermain-main dengan bayi di gendongannya. Dia tampak alami merawat bayi seperti seorang ibu
“Kenapa dengan mukau?” Aleandro menoleh menatap Yuriel sambil tersenyum. “Mungkin demam.” Yuriel memelototinya dengan pipi bersemu. “Ya, sepertinya dia perlu diperiksa ke dokter. Tidak hanya demam, mungkin ada penyakit lain dari bekas pekerjaanmu dulu sebagai pelayan bar,” balas Katherine menyindir penuh penghinaan. Siapa yang tahu dia melayani para pria di bar dan tertular penyakit seksual. Yuriel ingin marah mendengar kata-kata Katherine dan ingin membalas wanita tua itu. Namun Aleandro menahan pahanya. “Jangan khawatir Ibu. Aku akan ‘memeriksanya’ dengan benar,” ujar Aleandro melirik Yuriel sambil berkedip. Katherine cemberut melihat reaksi Aleandro tidak seperti yang dia harapkan. Tampaknya konteks pemikiran mereka berbeda. “Ibu akan pulang.’ “Oke.” Katherine mengerutkan keningnya melihat Aleandro tidak berdiri untuk mengantarnya keluar. “Nyonya, biarkan saya mengantarkan Anda keluar,” ujar Butler Greyson yang senantiasa berdiri di samping Aleandro. Dia berpura-pura ti
Sebuah mobil Limosin berhenti di depan perusahaan besar. Beberapa orang berhenti untuk melihat siapa yang turun dari mobil yang sering digunakan bos besar mereka ke perusahaan. Jon turun dan membukakan pintu penumpang dengan hormat. Beberapa laki-laki menahan napas menatap kaki jenjang putih nan mulus bersepatu high heels merah sensual, menjulur keluar. Kemudian tubuh wanita bergaun merah seksi keluar dengan anggun. Dia menatap ke sekeliling, melihat beberapa orang menatapnya terpesona. Yuriel tersenyum acuh tak acuh mengalihkan pandangannya pada gedung perusahaan di depannya, tempat di mana sosok Aleandro Gilren membangun kerajaan bisnis. “Aleandro Gilren ... mari kita lihat, apa kau berani untuk bekerja sama dengan Sherly.” Yuriel menyungging senyum evil. Hari ini dia akan mengganggu kerja sama perusahaan Gilren dan Kindle. Dia tidak akan pernah membiarkan Sherly, wanita ular itu memiliki keberuntungan atau merayu suami orang. Dengan langkah anggun Yuriel memasuki perusahaan. B
“Nyonya Gilren!” Cindy dan Viktor menoleh dengan terkejut melihat sosok Yuriel masuk ke area kantor Presiden Direktur. Yuriel melambai pada mereka, menyapa meskipun tidak kenal dengan mereka. Dia memandang ke sekeliling ruangan kantor Presiden Direktur yang teramat luas dan canggih. Meja kerja Viktor dan Cindy berada di luar kantor pribadi Aleandro. Ada area ruang tamu di sebelah meja kerja asisten dengan sekat kaca. Terdapat sofa dan meja yang bisa menjadi tempat untuk menunggu. Sementara satu-satunya pintu utama dengan bahan berkualitas tinggi berada di ujung. Itu kantor pribadi Presiden Direktur. “Nyonya, apa yang membuatmu datang? Apa Anda mencari Tuan Gilren?” Viktor dan Cindy berdiri untuk menyambutnya. Yuriel menghampiri meja mereka. Gaun merah terang yang di kenakannya sangat mencolok. Beberapa kulitnya yang putih nan halus terbuka. Viktor menundukkan kepalanya pura-pura sibuk dengan komputernya, mati-matian menahan naluri pria untuk menatap tubuh sintal Yuriel yang sensu
“Presdir Gilren saat ini lagi sibuk, dia meminta kalian untuk menunggu.” Cindy melaksanakan perintah Nyonya Yunifer untuk membuat Sherly menunggu sementara mereka berhubungan seks di dalam ruangan kerja bos besar. Sherly mengerutkan keningnya, menatapnya curiga. “Waktunya sesuai dengan janji. Apa yang disibukkan Alen?” Tentu saja bercinta dengan istrinya, jawab Cindy dalam hati. Kamu hanya akan mengganggu. “Saya tidak tahu,” jawab pura-pura tidak tahu. “Silakan menunggu di ruang tunggu. Saya akan membawakan Anda semua teh.” Sherly tidak bisa memprotes. Demi menjaga image-nya di depan Aleandro, dia hanya bisa menuruti permintaannya. Sementara perwakilan perusahaan Kindle menggerutu protes. Namun tidak bisa berkata apa-apa saat bos yang sebenarnya tidak memprotes. Sherly menyipitkan matanya menatap pintu ruang kerja Aleandro yang tertutup rapat di ujung ruangan sebelum mengikuti Cindy ke ruang yang dikhususkan untuk tamu yang menunggu. Cindy kembali ke mejanya setelah menyajik
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro