Yuriel memandang tubuh Nyonya Jenkins yang di dorong ke ruang operasi sampai pintunya tertutup. “Maaf,” gumamnya meminta maaf. “Hanya ini yang bisa kulakukan.” Dia kemudian berbalik, pergi untuk membayar tagihan rumah sakit dan biaya perawatan jangka panjang Nyonya Jenkins dengan menggunakan kartu hitam Aleandro. Dia tidak berencana untuk tinggal. Yuriel menarik uang tunai untuk kembali ke kotanya, sebelum mengirimkan kartu hitam tanpa limit kembali ke mansion. Dia kemudian naik kereta bawah tanah, kembali ke kotanya. Memandang gedung-gedung pencakar langit Ibukota yang menjauh dari balik jendela, Yuriel mengucapkan selamat tinggal. .... Aleandro tidak bisa berkonsentrasi bekerja di kantornya. Dia memutar-mutar pena di jarinya, dengan mata menatap dokumen keuangan di depannya. Namun, tidak ada satu pun yang masuk ke kepalanya. Pikirannya berputar-putar dengan kejadian tadi pagi. Tok, tok, tok. “Tuan Gilren
Yuriel berdiri diam di depan sebuah bangun berlantai dua. Semua pintu dan jendela tertutup rapat. Dia melihat jam tangannya, sekarang pukul sepuluh malam. Jam segini anak-anak sudah tidur. Yuriel maupun anak-anak dalam panti asuhan tidak pernah merasakan perayaan natal sejak kecil. Mereka sangat miskin dan kepala panti orang yang kikir tidak mau membuang dana untuk perayaan natal. Malam natal yang seharusnya penuh kegembiraan terasa sepi di dalam panti yang terpencil dan lusuh di sudut kota. Dia menghela napas dan bersandar di tiang lampu jalan, menatap bangunan panti asuhan yang sudah lama ditinggalkannya. Dia meninggalkan panti asuhan sejak usianya 18 tahun untuk hidup mandiri. Bangunan panti tidak banyak berubah dari apa yang dia ingat. Ini adalah tempat yang dia habiskan di masa kecil dalam kemiskinan. Berjuang untuk sepotong pakaian dan makanan dengan anak-anak lain. Berharap suatu saat orang tua kandungnya akan datang mencarinya. Namun sayang mimpi hanya lah mimpi. Orang yang
“Thalia, semua ini karena ide busukmu. Cepat datang dan selamatkan aku. Jika kau tidak menyelamatkanku sekarang, jangan harap keluargaku akan membiarkanmu lolos!” Ariana terisak ketakutan, namun masih memiliki tenaga untuk mengancam Thalia. Menyelamatkanmu? Aku pikir aku bodoh? Thalia mencemooh dalam hati. Karena Aleandro suda menangkap Ariana, dia tidak mau mengekspos dirinya terlibat dalam masalah ini jika menyelamatkan Ariana. “Ariana, apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Sinyal sangat buruk, aku akan meneleponmu nanti.” Thalia buru-buru menutup teleponnya. Dia terdiam dengan wajah cemas. Jika apa yang terjadi pada Ariana sampai diketahui keluarga Grinn, dia akan mendapat masalah. “Apa yang harus aku lakukan?” Dia menggigit kuku jarinya cemas. Andai keluarganya memiliki kekuasaan dan kekayaan yang lebih besar dari keluarga Grinn, dia tidak akan secemas ini. “Tidak, aku harus mencari bantuan.” Dia kemudian mengotak-atik ponselnya dan memutar nomor ora
Wajah Yuriel memerah. Sapuan napas beraroma mint lelaki itu terasa menerpa wajahnya. Dia linglung sesaat, namun tersadar ketika melihat lelaki itu mundur dan berbalik pergi. Dia dengan marah berbalik dan merutuk di belakang punggungnya. “Dalam mimpimu, brengsek!” Dia tidak sudi bersama dengan bajingan itu, bahkan jika hanya berpura-pura. Aleandro tetap terus berjalan lurus, tak menghiraukannya. Senyum tipis mengembang di wajahnya yang dingin saat dia naik mobilnya, pergi ke hotel dengan perasaan ringan. Sementara itu di sini lain, Yuriel menghela napas sedih ketika menyadari dia sedang membutuhkan dana untuk membantu panti asuhan. Bajingan busuk! Yuriel mengumpat dalam hati. Setelah semua yang dia alami dan kehilangan keperawanannya, Yuriel tidak mendapatkan apa-apa dari lelaki itu. Yuriel menggertakkan gigi, dan kembali ke panti asuhan dengan perasaan sedih. Dia semakin sedih menyaksikan dengan
Ibu Hanna kemudian menatap Yuriel dengan senyum lebar mengembang di wajah bulatnya.“Yuriel kami adalah gadis yang baik dan bisa merawat anak-anak. Kenapa tidak menjadikannya istri Tuan Smith?”Yuriel menatap Ibu Hanna tidak percaya. Dia merasa seperti dijual.“Hahahaha, aku setuju!” Tuan Smith tertawa gembira dan bertepuk tangan saking senangnya. Dia sampai mengabaikan gadis belia yang meringis di pelukannya karena terjepit dengan tangan gemuknya.“Sudah saatnya Mark memiliki seorang Ibu.”“Karena Tuan Smith sudah setuju, bagaimana kalau kita membahas mas kawin untuk Yuriel,” ujar Ibu Hanna dengan serakah.Dia bahkan tidak mempertimbangkan Yuriel akan setuju apa tidak dan menjual pernikahannya demi uang.“Apa! Tidak! Aku tidak mau!” Seru Yuriel menolak keras mendengar ide mengerikan Ibu Hanna. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Ibu Hanna dengan kasar.Ibu Hanna te
Yuriel tampak jijik menatapnya. Tubuhnya yang pendek dan bulat seperti bola membuatnya terlihat sangat jelek dan menjijikkan. Biadab! Memperlakukan hidup manusia seperti binatang. Yuriel mengutuknya dalam hati. “Oh, calon istriku sudah datang.” Tuan Smith mengalihkan pandangannya pada Yuriel. Tatapannya menjelajahi tubuh Yuriel dengan rakus, nafsu binatang terlihat jelas dalam sorot matanya. Raut wajah Yuriel memucat. Jantungnya berdebar ketakutan di depan lelaki yang seperti binatang buas. “Akh!” Dia mengaduh ketika salah satu laki-laki itu mendorongnya jatuh di depan Tuan Smith. Pundaknya ditahan oleh dua anak buah Tuan Smith, membuatnya berlutut di bawah pria tua gemuk itu. Dia mendongak, hanya untuk melihat wajah jelek Tuan Smith yang menatapnya bernafsu. “Kamu lebih cantik jika dilihat dari dekat.” Tuan Smith membungkuk dan mencubit dagunya dengan tangan bunteknya. Yuriel mengatupkan bibirnya, menahan jijik d
Tuan Smith mundur dengan ketakutan melihat tatapan mematikan Aleandro. Dia merintih kesakitan merasa rasa sakit tajam di kedua bahunya saat bergerak mundur. Mengumpulkan keberaniannya, dia berteriak memanggil anak buahnya. “Cato! Deni! Di mana kalian! Cepat datang dan tangkap orang-orang ini!” Aleandro mendengus dan mencibir, “Bodoh.” Dia tidak akan bisa menerobos masuk kalau tidak menyingkirkan anak buah Tuan Smith yang berjaga di luar. Raut wajah Tuan Smith memucat melihat tidak ada satu pun anak buahnya yang datang. Orang-orang yang seperti anak buah lelaki itu menodongnya dengan senjata api. Barulah dia merasakan perasaan takut. Orang itu tanpa ragu menembaknya dua kali. Ada kemungkinan dia akan membunuhnya. “Tuan, tolong jangan bunuh saya!” Tuan Smith berjuang untuk berlutut di depan mereka. Dia mengabaikan luka di tubuhnya. “Jika kau menginginkan uang, aku akan memberikan semua uangku padamu! Tolong biarkan aku hidu
Ekspresi Aleandro suram melihat wajah cantik Yuriel terluka. “Apa yang dia lakukan padamu?” Dia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Yuriel. Yuriel tersentak dan bergidik merasakan tangan dingin Aleandro di wajahnya. Dia kemudian mengingat saat Tuan Smith melecehkannya. Dia merasa jijik pada dirinya sendiri karena dilecehkan dan Aleandro melihat bukti dia dilecehkan. Tidak ada yang lebih memalukan baginya daripada orang lain melihat saat dia lecehkan. “Kenapa, kau merasa jijik padaku? Mau menghina aku?” ujarnya marah dan menyentak tangan Aleandro menjauh dari wajahnya. Matanya mulai memerah, merasa terhina dan jijik pada dirinya sendiri. Air matanya perlahan mengalir. “Bagaimana mungkin aku jijik.” Aleandro menatapnya dengan lembut melihatnya menangis. Wanita yang selalu terlihat kuat dan keras kepala di depannya, terlihat sangat menyedihkan. Dia mengulurkan tangannya untuk mengelus wajahnya, dan mendekatkan wajahnya ke muka Yuriel. Dahi mereka saling menempel. Yuriel berked
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro