Yuriel memandang tubuh Nyonya Jenkins yang di dorong ke ruang operasi sampai pintunya tertutup.
“Maaf,” gumamnya meminta maaf.
“Hanya ini yang bisa kulakukan.” Dia kemudian berbalik, pergi untuk membayar tagihan rumah sakit dan biaya perawatan jangka panjang Nyonya Jenkins dengan menggunakan kartu hitam Aleandro.
Dia tidak berencana untuk tinggal.
Yuriel menarik uang tunai untuk kembali ke kotanya, sebelum mengirimkan kartu hitam tanpa limit kembali ke mansion. Dia kemudian naik kereta bawah tanah, kembali ke kotanya.
Memandang gedung-gedung pencakar langit Ibukota yang menjauh dari balik jendela, Yuriel mengucapkan selamat tinggal.
....
Aleandro tidak bisa berkonsentrasi bekerja di kantornya. Dia memutar-mutar pena di jarinya, dengan mata menatap dokumen keuangan di depannya. Namun, tidak ada satu pun yang masuk ke kepalanya. Pikirannya berputar-putar dengan kejadian tadi pagi.
Tok, tok, tok.
“Tuan Gilren
Pendek ya? Mau diceritanya di panjangin, siap-siap aja dengan harga koin🤭. Soalnya panjang cerita akan mempengaruhi harga koin. Saat ini cuma bisa up satu bab Krn lgi moodboster. Akan diusahakan up nanti malam klo nggak moodboster. Beri semangat dg komen dan vote cerita ini biar mood nulis author balik dan bisa up malam ini ya😉🥰🥰🥰
Yuriel berdiri diam di depan sebuah bangun berlantai dua. Semua pintu dan jendela tertutup rapat. Dia melihat jam tangannya, sekarang pukul sepuluh malam. Jam segini anak-anak sudah tidur. Yuriel maupun anak-anak dalam panti asuhan tidak pernah merasakan perayaan natal sejak kecil. Mereka sangat miskin dan kepala panti orang yang kikir tidak mau membuang dana untuk perayaan natal. Malam natal yang seharusnya penuh kegembiraan terasa sepi di dalam panti yang terpencil dan lusuh di sudut kota. Dia menghela napas dan bersandar di tiang lampu jalan, menatap bangunan panti asuhan yang sudah lama ditinggalkannya. Dia meninggalkan panti asuhan sejak usianya 18 tahun untuk hidup mandiri. Bangunan panti tidak banyak berubah dari apa yang dia ingat. Ini adalah tempat yang dia habiskan di masa kecil dalam kemiskinan. Berjuang untuk sepotong pakaian dan makanan dengan anak-anak lain. Berharap suatu saat orang tua kandungnya akan datang mencarinya. Namun sayang mimpi hanya lah mimpi. Orang yang
“Thalia, semua ini karena ide busukmu. Cepat datang dan selamatkan aku. Jika kau tidak menyelamatkanku sekarang, jangan harap keluargaku akan membiarkanmu lolos!” Ariana terisak ketakutan, namun masih memiliki tenaga untuk mengancam Thalia. Menyelamatkanmu? Aku pikir aku bodoh? Thalia mencemooh dalam hati. Karena Aleandro suda menangkap Ariana, dia tidak mau mengekspos dirinya terlibat dalam masalah ini jika menyelamatkan Ariana. “Ariana, apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Sinyal sangat buruk, aku akan meneleponmu nanti.” Thalia buru-buru menutup teleponnya. Dia terdiam dengan wajah cemas. Jika apa yang terjadi pada Ariana sampai diketahui keluarga Grinn, dia akan mendapat masalah. “Apa yang harus aku lakukan?” Dia menggigit kuku jarinya cemas. Andai keluarganya memiliki kekuasaan dan kekayaan yang lebih besar dari keluarga Grinn, dia tidak akan secemas ini. “Tidak, aku harus mencari bantuan.” Dia kemudian mengotak-atik ponselnya dan memutar nomor ora
Wajah Yuriel memerah. Sapuan napas beraroma mint lelaki itu terasa menerpa wajahnya. Dia linglung sesaat, namun tersadar ketika melihat lelaki itu mundur dan berbalik pergi. Dia dengan marah berbalik dan merutuk di belakang punggungnya. “Dalam mimpimu, brengsek!” Dia tidak sudi bersama dengan bajingan itu, bahkan jika hanya berpura-pura. Aleandro tetap terus berjalan lurus, tak menghiraukannya. Senyum tipis mengembang di wajahnya yang dingin saat dia naik mobilnya, pergi ke hotel dengan perasaan ringan. Sementara itu di sini lain, Yuriel menghela napas sedih ketika menyadari dia sedang membutuhkan dana untuk membantu panti asuhan. Bajingan busuk! Yuriel mengumpat dalam hati. Setelah semua yang dia alami dan kehilangan keperawanannya, Yuriel tidak mendapatkan apa-apa dari lelaki itu. Yuriel menggertakkan gigi, dan kembali ke panti asuhan dengan perasaan sedih. Dia semakin sedih menyaksikan dengan
Ibu Hanna kemudian menatap Yuriel dengan senyum lebar mengembang di wajah bulatnya.“Yuriel kami adalah gadis yang baik dan bisa merawat anak-anak. Kenapa tidak menjadikannya istri Tuan Smith?”Yuriel menatap Ibu Hanna tidak percaya. Dia merasa seperti dijual.“Hahahaha, aku setuju!” Tuan Smith tertawa gembira dan bertepuk tangan saking senangnya. Dia sampai mengabaikan gadis belia yang meringis di pelukannya karena terjepit dengan tangan gemuknya.“Sudah saatnya Mark memiliki seorang Ibu.”“Karena Tuan Smith sudah setuju, bagaimana kalau kita membahas mas kawin untuk Yuriel,” ujar Ibu Hanna dengan serakah.Dia bahkan tidak mempertimbangkan Yuriel akan setuju apa tidak dan menjual pernikahannya demi uang.“Apa! Tidak! Aku tidak mau!” Seru Yuriel menolak keras mendengar ide mengerikan Ibu Hanna. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Ibu Hanna dengan kasar.Ibu Hanna te
Yuriel tampak jijik menatapnya. Tubuhnya yang pendek dan bulat seperti bola membuatnya terlihat sangat jelek dan menjijikkan. Biadab! Memperlakukan hidup manusia seperti binatang. Yuriel mengutuknya dalam hati. “Oh, calon istriku sudah datang.” Tuan Smith mengalihkan pandangannya pada Yuriel. Tatapannya menjelajahi tubuh Yuriel dengan rakus, nafsu binatang terlihat jelas dalam sorot matanya. Raut wajah Yuriel memucat. Jantungnya berdebar ketakutan di depan lelaki yang seperti binatang buas. “Akh!” Dia mengaduh ketika salah satu laki-laki itu mendorongnya jatuh di depan Tuan Smith. Pundaknya ditahan oleh dua anak buah Tuan Smith, membuatnya berlutut di bawah pria tua gemuk itu. Dia mendongak, hanya untuk melihat wajah jelek Tuan Smith yang menatapnya bernafsu. “Kamu lebih cantik jika dilihat dari dekat.” Tuan Smith membungkuk dan mencubit dagunya dengan tangan bunteknya. Yuriel mengatupkan bibirnya, menahan jijik d
Tuan Smith mundur dengan ketakutan melihat tatapan mematikan Aleandro. Dia merintih kesakitan merasa rasa sakit tajam di kedua bahunya saat bergerak mundur. Mengumpulkan keberaniannya, dia berteriak memanggil anak buahnya. “Cato! Deni! Di mana kalian! Cepat datang dan tangkap orang-orang ini!” Aleandro mendengus dan mencibir, “Bodoh.” Dia tidak akan bisa menerobos masuk kalau tidak menyingkirkan anak buah Tuan Smith yang berjaga di luar. Raut wajah Tuan Smith memucat melihat tidak ada satu pun anak buahnya yang datang. Orang-orang yang seperti anak buah lelaki itu menodongnya dengan senjata api. Barulah dia merasakan perasaan takut. Orang itu tanpa ragu menembaknya dua kali. Ada kemungkinan dia akan membunuhnya. “Tuan, tolong jangan bunuh saya!” Tuan Smith berjuang untuk berlutut di depan mereka. Dia mengabaikan luka di tubuhnya. “Jika kau menginginkan uang, aku akan memberikan semua uangku padamu! Tolong biarkan aku hidu
Ekspresi Aleandro suram melihat wajah cantik Yuriel terluka. “Apa yang dia lakukan padamu?” Dia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Yuriel. Yuriel tersentak dan bergidik merasakan tangan dingin Aleandro di wajahnya. Dia kemudian mengingat saat Tuan Smith melecehkannya. Dia merasa jijik pada dirinya sendiri karena dilecehkan dan Aleandro melihat bukti dia dilecehkan. Tidak ada yang lebih memalukan baginya daripada orang lain melihat saat dia lecehkan. “Kenapa, kau merasa jijik padaku? Mau menghina aku?” ujarnya marah dan menyentak tangan Aleandro menjauh dari wajahnya. Matanya mulai memerah, merasa terhina dan jijik pada dirinya sendiri. Air matanya perlahan mengalir. “Bagaimana mungkin aku jijik.” Aleandro menatapnya dengan lembut melihatnya menangis. Wanita yang selalu terlihat kuat dan keras kepala di depannya, terlihat sangat menyedihkan. Dia mengulurkan tangannya untuk mengelus wajahnya, dan mendekatkan wajahnya ke muka Yuriel. Dahi mereka saling menempel. Yuriel berked
Yuriel menatap bayangan dirinya di wastafel kamar mandi. Wajahnya terasa panas dan merah. Bibirnya bengkak dan merah. Dia mengumpat memutar keran dan mencuci tangannya dengan wajah memerah. Dia menggigit bibir bawahnya saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Sayang sekali Aleandro tidak bisa menyentuh lebih dalam karena lukanya. “Apaan sih!” Yuriel menampar wajahnya dan mencuci mukanya untuk meredakan panas yang membara di pipinya. “Sadarlah, dia itu suami Yunifer. Kau punya dendam yang harus dipenuhi.” Yuriel menyugesti dirinya untuk tidak terpikat pada sosok Aleandro. Dia mengingatkan tujuan awalnya berpura-pura menjadi Yunifer. Namun, jauh di lubuk hatinya, ada yang perasaan yang tidak bisa dijelaskan ketika mengingat Aleandro merupakan suami Yunifer. Aleandro dan Yunifer memiliki sejarah bersama. Yuriel menggelengkan kepalanya. Tidak, jangan sampai dia terpikat dengan suami adiknya. Raut wajah Yuriel berangsur-angsur normal. Kewarasannya perlahan mulai kembali. Pintu