Home / Romansa / Istri Idaman Tuan Ares / 3. Namanya Anggun

Share

3. Namanya Anggun

Author: Irma W
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hidup sebagai anak hasil dari perselingkuhan memang terlihat buruk. Setelah ibu meninggal sekitar 10 tahun yang lalu, Ares terpaksa tinggal bersama ayahnya bersama istri tertua dengan satu anak laki-laki. Di hitung dari umur Ares yang sudah menginjak umur 30 tahun, itu berarti Ares mulai tinggal di sini sejak umur 20 tahun.

Jika bukan karena ayah menjual rumah lamanya secara diam-diam, mungkin Ares tak akan pernah tinggal di rumah ini. Rumah yang menurut Ares penuh dengan sandiwara.

“Aku memang bukan pria kantoran seperti Rangga. Tapi aku bisa membuktikan bahwa dengan waktu tiga tahun saja aku bisa memiliki usaha sendiri.” Ares tengah menggerutu di dalam kamarnya.

“Memiliki usaha sesudah para wanita meninggalkanku dengan kejam.” Ares tertawa getir. “Mungkin karena ini mereka meninggalkanku dulu.”

Ares meraup wajahnya kemudian menjambret handuk di gantungan. Dengan langkah malas, Ares masuk ke dalam kamar mandi.

Jam dinding masih menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh. Namun, jika di gunakan untuk mandi sepertinya sudah terlalu larut. Tidak apa, setidaknya dengan mandi mungkin bisa menghilangkan rasa panas dan stres.

“Kau panggil Ares. Suruh dia ikut makan malam,” perintah Bian pada pembantunya.

Pembantunya langsung mengangguk dan segera pergi ke lantai dua.

“Tuan, makan malam sudah siap.” Pembantu itu mengetuk pintu beberapa kali.

“Ya. Aku segera turun,” sahut Ares dari dalam.

Sambil mengancing kemeja tidurnya, Ares mendengus sambil menyeringai. “Ternyata ayah masih mengingatku setelah putra kesayangannya pulang?”

Meski rasanya malas, Ares pun keluar dari kamar. Raganya malas, tapi perut tidak bisa diajak bekerja sama.

Saat berjalan memasuki ruang makan, dada Ares mendadak berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Kedua kakinya terlihat sulit di gerakkan.

“Kenapa dia masih di sini?” batin Ares.

“Ayo Ares, kita makan malam bersama.”

Suara panggilan itu membuyarkan lamunan Ares. Suara wanita yang seharusnya Ares panggil Ibu. Ibu tiri.

Membuang napas kasar, Ares pun ikut duduk. Posisi duduk Ares tidaklah menguntungkan karena harus berhadapan dengan Mareta yang posisi duduknya di samping Rangga.

“Apa ada hubungan spesial di antara mereka?” Ares masih saja membatin.

“Ayah senang melihat kita kumpul lagi seperti ini.”

Ucapan Ayah membuat Ares ingin muntah. Melihat wajah Rangga yang sok gagah saja sudah membuat Ares merasakan mual di perut.

Mereka mengobrol sambil mulai menyantap makanannya masing-masing.

“Kemungkinan, besok kalian akan menikah di hari yang sama,” ucap Ana sambil memandangi semua orang yang ada di sini.

Ares dan Rangga saling tatap. Namun, tak lama karena Ares langsung membuang muka.

“Jadi Rangga dan Mareta akan menikah?” batin Ares.

“Jadi, kau juga mau menikah?” tanya Mareta. “Dengan siapa?”

Ares mendecih dan terus mengunyah makanannya. Barulah setelah tertelan habis, Ares berbicara tanpa menaikkan wajah.

“Tak perlu tanya-tanya, bukan urusanmu juga kan?”

Mareta langsung tersenyum getir. Tak mau melihat calon istrinya merasa tersinggung, Rangga membalas ucapan Ares.

“Sopanlah sedikit saat bicara dengan wanita. Dia itu calon kakak iparmu,” jelas Rangga.

“Jadi benar, mereka akan menikah?” batin Ares lagi.

Berdehem, kemudian Ares berkata, “Tidak sopannya di mana? Aku berbicara dengan halus. Harusnya dia yang tidak sopan menanyakan hal itu padaku,” cibir Ares.

“Kau!” Rangga melotot dan hampir saja berdiri. Tapi Mareta langsung mencegahnya.

“Ares besok kau temui Anggun di rumahnya,” pinta Ayah.

“Untuk apa?”

“Jadi namanya anggun ya?” Batin seseorang tengah bicara. Antara Rangga dan Mareta sama-sama sedang berbicara dengan hati mereka masing-masing.

Ayah menghela napas. “Tentu saja supaya kau lebih dekat dengannya.”

Saat ingin membantah, Ares tak sengaja mendapati pandangan menyakitkan di atas meja. Dua tangan tengah bergandengan di atas meja.

“Baiklah, besok aku akan temui dia.” Ares berdiri lalu berjalan meninggalkan ruang makan.

Udara malam di luar tidaklah terlalu buruk. Setidaknya embusan angin bisa membuat tubuh ini sedikit lebih relaks. Ares mendesah lalu duduk di kursi melengkung di teras rumah.

“Kau tunggu di sini. Aku ambil kunci mobil dulu.”

Suara itu terdengar sampai ke telinga Ares. Dan beberapa detik kemudian, seseorang menyembul dari balik pintu ruang tamu.

“Hai Ares,” sapa Mareta dengan seutas senyum.

Ares tak bisa jika tak melihat wajah cantik wanita di hadapannya ini. “Hai.” Hanya itu yang ke luar dari mulut Ares.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Mareta.

“Baik.”

Rasa dongkol akan masa lalu bersama Mareta tentunya masih membekas. Sebuah rasa yang sebenarnya masih ada dan sulit untuk dihilangkan. Namun, sebisa mungkin Ares harus menutupi rasa gejolak di dadanya bahwa dirinya tengah merindu pada wanita di hadapannya saat ini.

“Jadi ... kau juga mau menikah ya?” tanya Mareta lagi.

Ares hanya mengangguk. Sebuah anggukan yang tak jelas apa maksudnya.

Menikah? Siapa yang mau menikah? Aku? Dengan wanita lusuh itu? Yang benar saja. Ares tengah menggerutu di dalam hati.

“Ayo, sayang.” Suara Rangga menghentikan obrolan kaku antara Ares dan Mareta.

Mareta tersenyum. Mendapat lirikan yang entah apa artinya, Ares hanya diam tapi bola matanya terus mengikuti dua langkah orang itu hingga masuk ke dalam mobil.

“Ayah tahu dia mantan kekasihmu.”

Ares spontan terperanjat saat suara ayah mengejutkannya dari belakang.

“Ayah,” celetuk Ares sambil mencengkeram kuat sandaran kursi kiri dan kanan.

Bian duduk di kursi kosong di samping Ares. “Kau sudah lama berpisah dengannya kan?” tanya Bian.

Ares mengangguk.

“Kau jangan pernah berpikir Ayah membeda-bedakan kalian berdua. Ayah juga sangat menyayangimu.”

Ares memutar pandangan tajam. “Inikah yang disebut tidak membeda-bedakan?”

“Apa maksudmu?”

“Ayah membiarkan Rangga menikahi wanita yang pernah aku cintai. Aku masih cinta padanya, ayah,” ucap Ares. Untuk bagian terakhir, Ares hanya bisa berkata di dalam hati.

“Tapi itu dulu kan? Kau sudah lama berpisah dengannya. Mereka saling mencintai, haruskah ayah melarang mereka?”

Ares menyeringai. “Benar, mereka saling mencintai ya?” Ares manggut-manggut. “Lalu, bagaimana denganku? Kenapa ayah harus menjodohkanku dengan Anggun? Dia tidak selevel denganku.”

“Beginikah cara kau mencintai seorang wanita?” tanya Ayah bernada sesal. “Apa yang salah dengan Anggun? Di cantik, baik. Dan berasal dari keluarga yang baik juga.”

“Aku bisa cari wanitaku sendiri, Ayah,” sergah Ares. “Ayah pikir aku tidak laku?”

“Bukan begitu Ares,” desah Bian. “Ayah hanya ingin melihatmu lebih bertanggung jawab.”

Ares berdiri. Bola matanya terlihat menyala. “Bertanggung jawab yang bagaimana? Menikah dengan wanita pilihan ayah? Iya begitu?”

Ares mendapati ibu tirinya tengah menatapnya dari ambang pintu.

“Bukan ayah yang memilihkan Anggun untukmu, tapi ibu,” sahut Ana saat itu.

“Oh,” pekik Ares dengan bibir terbuka. “Aku tahu sekarang. Jadi ... karena takut anakmu tersaingi, makanya kau mencarikan wanita kampungan?”

Ares geleng-geleng kepala. “Sepicik itukah cara kau dan anakmu menyingkirkanku?!”

“Cukup Ares!” gertak Bian. “Bukan cuma ibumu yang memilihkan Anggun untukmu, tapi ayah juga. Ayah mengenal dekat kakek Anggun.”

“Terserah!” tepis Ares. “Jika itu membuat keluarga ini puas, maka akan aku lakukan. “Dengan satu syarat!” Ares mengacungkan jari telunjuk sambil melotot.

Bian dan Ana saling pandang lalu bersamaan menatap Ares.

“Aku mau pernikahanku di gelar dengan mewah!” pinta Ares dengan lantang. “Satu lagi, Aku tak mau pernikahanku disatukan dengan Rangga. Tak sudi Aku!”

Setelah mengucapkan kalimat bernada tinggi itu, Ares langsung melenggak masuk ke dalam rumah. Ini sebuah pilihan tepat atau bukan, yang jelas Ares menyetujui untuk menikah dengan Anggun.

***

Related chapters

  • Istri Idaman Tuan Ares   4. Dia Cantik

    “Jadi, Tuan sungguh mau menikah dengan Nona Anggun?” tanya Nando saat dalam perjalanan menuju rumah AnggunAres yang duduk di jok belakang sambil bersandar pada kaca, mengangguk. “Mau bagaimana lagi, Aku tidak punya pilihan lain.”Nando diam sejenak. Ia seperti hendak mengatakan sesuatu tapi tersangkut di tenggorokan karena ragu.“Katakan saja, Aku akan dengarkan pendapatmu.”Nando sempat meringis sebelum melirik ke arah spion yang menggantung di atas. “I-iya, Tuan.”“Setidaknya beri aku solusi sebelum aku benar-benar menjalani pernikahan dengan orang yang tidak aku kenal,” desah Ares masih sambil menatapi jalanan yang ramai.Nando menelan saliva. Kedua bibirnya mulai bergerak untuk berbicara.“Menurutku Nona Anggun gadis yang baik. Dia juga cantik dan manis.”“Cantik kau bilang?” Ares membelalak. “Cantik dari mananya?”“Aku tidak tahu, aku hanya merasa gadis itu tidaklah buruk. Sepertinya dia gadis yang mandiri,” ujar Nando.Ares mengusap-usap dagu sambil bersandar pada dinding sofa.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   5. Kita Akan Menikah

    Masuk ke dalam kamar tersebut, Ares sedikit tercengang dengan kondisinya. Bukan karena kamar ini jelek, tapi hanya terlalu sempit menurut Ares.Hanya ada satu kamar yang muat untuk satu orang saja, lalu ada satu lemari berukuran sekitar setengah meter. Dan ada meja rias komplit dengan kaca bulat di sudut ruangan. Jika di lihat, kamar ini berukuran sekitar 3 x 3 meter saja.Berbalik badan, Ares mendapati sebuah pintu di samping lemari. Itu pasti kamar mandi.“Bagaimana caranya dia tidur?” tanya Ares saat pandangannya kembali tertuju pada ranjang sempit itu.“Aku baru tahu, ternyata ada ranjang sekecil ini. Kamar pembantu saja tidak seperti ini di rumahku.” Ares masih berbicara sendiri.“Lho, kenapa pintu kamarku terbuka?” gumam Anggun. Dua kakinya berhenti tepat di depan pintu.Secara perlahan dan sebisa mungkin tak mengeluarkan suara, Anggun mengintip dari pintu yang sedikit terbuka itu.Mata Anggun langsung membelalak. Satu telapak tangannya membungkam mulut supaya tidak sampai berte

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   6. Datang Dan Mabuk

    Setelah dari rumah Anggun, Ares pulang naik taksi. Tidak pulang ke rumah, melainkan Ares beralih jalur menuju sebuah kelab di pinggiran kota.Minum sedikit mungkin tidak ada masalah. Setidaknya untuk menghilangkan sedikit rasa stres karena sebentar lagi harus mengadakan pernikahan dengan seorang wanita yang sama sekali tidak dicintainya.“Beri aku wine, anggur, bir, Wisky atau semacamnya,” pinta Ares pada salah satu bar tender.Sambil menunggu minumannya datang, Ares memandangi sekumpulan orang-orang yang tengah berjoget ria di bawah sinar lampu kelap-kelip diiringi sebuah musik.“Kenapa mereka bisa berjoget ria seperti itu?” tanya Ares dalam hati. “Apa mereka sama sekali tidak ada beban hidup?”Ares memutar pandangan saat minumannya datang. Meneguknya hingga habis, kemudian matanya mengerjap-kerjap merasai lidahnya yang terasa seperti mengisap sesuatu.“Halo, Tampan.” Seorang wanita datang mendekat dan bergelayut manja. “Mau aku temani?”Ares terlihat menaikkan satu ujung bibirnya. W

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   7. Bukan Wanita Bodoh

    Beruntung karena semua orang sudah tertidur. Namun, tetap saja Anggun meminta Nando untuk membawa Ares secara perlahan dan sebisa mungkin tanpa bersuara. Meskipun harus bersusah payah membawa Ares dengan setengah menyeret, akhirnya Ares jatuh bisa di atas ranjang Anggun.Nando terlihat sedang mengatur napasnya sambil membungkuk bersangga pada tangan menekan lututnya. Sementara Anggun, sedang menggigit bibir sambil memandangi Ares yang tergeletak dan masih terpejam.“Kalau sudah begini mau bagaimana, Tuan?” tanya Anggun sedikit panik.Ya ... meskipun katanya sebentar lagi akan menjadi sepasang suami istri, tapi melihat ada Ares di dalam kamarnya tentu membuat Anggun gugup dan takut.“Biarkan Tuan Ares menginap semalam di sini,” ucap Nando saat sudah berdiri tegak.Dari cara Nando berbicara, terlihat kalau dia masih tersengal-sengal.“Menginap di sini?” pekik Anggun. “Kenapa tadi Tuan Ares tidak dibawa pulang saja? Dan kenapa justru di bawa ke sini?” Anggun terus bertanya.Nando menghel

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   8. Tidur Dengan Seorang Pria

    Pagi sudah datang. perlahan-lahan Ares membuka matanya sambil menggeliat dan menguap. Saat mendongak, Ares mendapati jam masih menunjukkan pukul lima pagi.Beralih menatap ke bawah, Ares mendapati Anggun masih meringkuk di atas lantai beralaskan selimut. Tanpa selimut lain dan hanya menggunakan satu bantal saja.Ares menggeser tubuhnya secara perlahan. Saat kedua matanya sudah menapak lantai, Ares kemudian berdiri. Berdiri sejenak karena setelah itu Ares berjongkok.“Aku tidak habis pikir, kenapa kau bisa tidur dengan nyaman di atas lantai?” gumam Ares sambil menelusuri wajah Anggun yang mulus dan persih tanpa cacat luka.“Kau lumayan,” gumam Ares lagi sambil menyibakkan helaian rambut yang menyelip di bagian leher.“Anggun! Bangun!” seseorang mengetuk pintu dengan keras diiringi teriakannya yang lantang.Ares yang sedang menikmati wajah Anggun yang sedang terpejam, seketika terenyak dan langsung berdiri. Untungnya Anggun tidur dengan sangat nyenyak.“Anggun! Cepat bangun! Aku tunggu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   9. Menginap Dari Semalam

    Sesuai janjinya semalam, Nando pagi ini datang ke rumah Anggun. Tepatnya sekitar pukul sembilan pagi.Sementara Nando dan Ares sedang berbincang di teras rumah, dari balik jendela ruang tamu Tika dan ibunya tengah mengintip alias menguping.“Benarkah Tuan Ares calon suami Anggun?” tanya Tika setengah berbisik.“Tentu saja,” jawab Maya.“Kenapa tidak dijodohkan denganku saja, Bu? Dia tampan dan kaya,” dengus Tika.Mata Tika masih mengintip—memantau wajah tampan milik Ares. “Ibu juga tidak tahu,” desis Maya. “Kapan-kapan ibu jelaskan padamu.”Tika berdecak sebal. Saat kedua kakinya memutar balik, sosok Anggun sudah berdiri di belang mereka berdua.“Kalian sedang apa?” tanya Anggun.Sambil mendengus, Tika menghampiri Anggun kemudian mencengkeram lengan Anggun. “Dengar ya, jangan mentang-mentang kau akan menikah dengan Tuan Ares, kau jadi berani padaku!” hardik Tika sambil melotot.“Apa maksudmu?” tanya Anggun.“Jangan berlagak bodoh kau!” Maya menoyor pelipis Anggun. “Kau jangan macam-m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   10. Membahas Pernikahan

    Mobil sudah memasuki pekarangan rumah. Saat sudah terparkir dengan benar, para penghuninya pun segera beranjak keluar melalui pintu masing-masing.“Hei kau!” panggil Ares saat Anggun sedang berdiri sambil mengamati bangunan rumah mewah tersebut.Anggun menoleh dengan cepat, hingga kedua kepang rambutnya terkibas sampai di atas pundak.“Ada apa, Tuan?” tanya Anggun.“Jangan membuatku malu. Ingat!” Ares mengacungkan jari telunjuk dengan sorot mata tajam.“Memangnya aku membuat malu dalam hal apa?” tanya Anggun polos.“Hei!” Ares menarik ujung kepang Anggun lagi. “Kau itu calon istriku, jadi bersikaplah layaknya wanita papan atas. Lihatlah dirimu! Aku menyuruhmu berdandan rapi kau tetap saja mengepang rambutmu. Dan bajumu itu, sungguh norak!”Anggun merengut sambil mengamati tampilannya sendiri. “Sepertinya tidak ada yang salah kan?” gumam Anggun.Ares mencebik lalu memutar pandangan ke arah Nando. “Bawa dia ke kamarku. Nanti aku menyusul.”Nando mengangguk dan mempersilahkan Anggun untu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   11. Wanita Biasa Saja

    Semua keluarga dari pihak kakak maupun adik Bian sudah berkumpul di ruang makan. Hanya tinggal Ares dan Anggun yang belum turun.Ares yang awalnya sudah berada di lantai Satu pun naik lagi ke lantai dua untuk melihat apakah Anggun sudah siap atau belum.“Apa belum selesai Bibi?” tanya Ares pada Bibi Rani saat sedang merias wajah Anggun.Ares menutup pintu kamar kemudian menghampiri Bibi Rani dan Anggun. Dan betapa terkejutnya Ares saat melihat Anggun yang sama sekali belum bersiap.“Astaga! apa-apaan ini?” pekik Ares.Anggun menunduk, pun dengan Bibi Rani.“Kenapa Anggun belum dandan, Bibi?” tanya Ares pada Bibi Rani. “Semua orang sudah bersiap di bawah.”“Anu, Tuan. Nona Anggun, e—” Bibi Rani bingung harus berkata apa.“Anu apa?” hardik Ares.“Aku tidak mau di dandani,” Anggun yang menyahuti.“Apa maksudmu?” Ares sudah mendelik begitu dekat ke arah Anggun yang masih duduk di depan meja rias “A-aku, aku tidak mau berdandan. Aku tidak suka mengubah wajahku hanya sekedar untuk acara ma

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 57 (Tamat)

    Sesuai saran Rena, pelan-pelan Ares mendekati Anggun yang saat ini sedang menangis di sudut ranjang. Anggun menyembunyikan wajahnya di balik lutut dan kedua tangannya yang terlipat.Dari jarak beberapa meter saja, Ares bisa mendengar dengan jelas kalau Anggun masih terus menangis hingga tubuhnya bergetar.“Anggun,” panggil Ares dengan sangat pelan.Anggun mendongak sekilas sebelum akhirnya menelungkup lagi. Ares hampir saja menjerit saat melihat wajah Anggun yang sembab, tapi kemudian memilih membisu dan mendekat.Ares tak peduli jika nanti Anggun marah atau berteriak, tapi Ares tetap maju dan ikut naik ke atas ranjang. Anggun tak bergerak selain tetap menelungkup.“Anggun ... maafkan aku,” kata Ares. Ares hampir meraih siku Anggun, sayangnya lolos karena Anggun menyingkir.“Maafkan aku, Anggun. Aku hanya cemburu.” Ares kian mendekat dan kali ini berhasil merengkuh tubuh Anggun.“Lepaskan aku!” Anggun berontak, tapi Ares tetap mendekapnya.“Tidak sebelum kau memaafkan aku,” Ares kian

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 56

    Hampir setengah jam Ares mondar mandir di ruang tamu. Menunggu Anggun yang tak kunjung pulang, membuat Ares meradang. Ares marah, tapi juga khawatir. Nomor Anggun berulang kali ia hubungi juga tak kunjung tersambung.“Kau di mana?” gumam Ares masih dengan mondar-mandiri.Cekleeek ...Seketika Ares berbalik badan dan mendongak. Pintu terbuka dan seseorang menyembul dari baliknya.Melihat siapa yang datang, Ares seketika menggeram keras sambil mengepalkan kepalan di udara. Rena yang terkejut lantas masuk dengan perasaan bingung.“Kau kenapa?” tanya Rena saat sudah mendekat.Rena meraih pundak Ares dan bertanya lagi. “Heh, kau kenapa?”Ares meraup wajah lalu menghempas duduk di atas sofa. Rena yang masih belum mengerti, angkat bahu kemudian ikut duduk.“Ada apa?” Rena bertanya lagi. “Ada masalah?”“Anggun belum pulang,” jawab Ares.“Ha?” Anggun ternganga. “Belum pulang? Memangnya Anggun kemana?”Ares tidak menjawab dan hanya mendesah.Tak lama kemudian, pintu terbuka lagi. Keduanya mendo

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 55

    Klunting!Satu pesan singkat masuk ke ponsel Anggun yang berada di atas pangkuan. Anggun yang kala itu sedang duduk bersantai sambil menonton televisi, segera meraih ponselnya lalu membuka pesan masuk tersebut.“Nomor siapa ini?” batin Anggun. Karena penasaran, Anggun pun menggeser lagi layar ponselnya. Dan saat itu juga muncullah serentetan pesan bergambar.Anggun menutup mulutnya yang terbuka dengan satu telapak tangan. Matanya berkedut tanpa beralih pandangan pada layar ponselnya yang masih menyala. Anggun mulai bergetar ketika melihat tanggal yang tertera di gambar tersebut. Itu artinya, foto ini di ambil saat Ares meninggalkan Anggun di rumah ayah mertua.“Bukankah ini ... em?” Anggun nampak berpikir. “Ini ... ini wanita yang sempat datang ke apartemen beberapa bulan yang lalu. Aku lupa namanya.”Saat Anggun hendak melempar ponselnya di ruang kosong di samping ia duduk, ponsel tersebut tiba-tiba berdering. Nomor yang baru saja mengirim gambar tersebut menelpon.Anggun menelan lud

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 54

    Pagi hari, Ares menyempatkan diri menengok ayahnya. Beliau sudah mendingan karena hari ini sudah bisa ikut sarapan bersama. Wajahnya pun terlihat sudah tidak terlalu pucat.“Ayah sudah sehat?” tanya Anggun.“Tentu saja sehat. Kau pikir suamiku akan sakit terus?!” Ana menyerobot menjawab. “Atau kau suka kalau mertuamu sakit?”Anggun terdiam sambil mencengkeram tangan Ares di bawah meja.“Istriku. Jangan membuat kegaduhan, Anggun hanya bertanya. Toh selama aku sakit, dia yang sering membantuku,” timpal Bian.“Apa maksudmu? Jadi kamu pikir Mareta juga tidak membantu?” Ana melirik tajam ke arah Anggun.Ares mungkin marah, tapi dia sedang menahannya dan menunggu reaksi apa yang akan terjadi selanjutnya.“Kau coba tanya saja pada Mareta. Aku tidak mau membeda-bedakan menantuku, tapi karena kau selalu memancingku, aku juga bisa marah.”Pagi di ruang makan mulai terlihat kacau. Bian baru saja sembuh dan sang istri justru memanggil kegaduhan.“Jangan memancing amarahku di ruang makan!” gertak

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 53

    Sekitar pukul sepuluh malam Ares sampai di rumah lagi. Suasana rumah sudah sepi, lampu-lampu di lantai bawah pun sudah di matikan. Hanya terlihat satu sinar terang dari arah dapur. Karena haus, Ares pun berbelok ke arah dapur. Ia pikir Anggun ada disana, karena sering kali malam-malam Anggun merasa lapar.“Kau?” pekik Ares saat yang ia jumpai di dapur bukanlah Anggun melainkan Mareta.Mareta menoleh sambil memegang gelas berisi air mineral. “Hai, Ares. Kau baru pulang?”“Hem.” Ares memilih acuh.Meski Mareta berniat menghalangi jalan dengan berdiri di depan meja konter, tapi Ares terap maju untuk meraih sepoci air mineral yang ada di belakang Mareta.“Awas, aku mau ambil minum,” kata Ares.“Oh, maaf.” Mareta menyingkir, tapi mendadak kakinya terkilir.Ares yang belum sempat meraih gelas lebih dulu menangkap tubuh Mareta yang sudah miring dan hampir jatuh. Gelas yang Mareta pegang masih aman, tapi air di dalamnya sudah tumpah membasahi lantai.“Kalian sedang apa?” tanya Anggun yang tib

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 52

    Sore harinya, Anggun dan Ares kembali ke rumah. Bukan untuk bermalam, tapi rencananya hanya untuk memberikan buah yang tadi sempat dibeli di pasar. Namun, karena mendadak Ares mendapat panggilan dari Nando, Ares terpaksa harus meninggalkan Anggun di rumah ini.“Aku tinggalkan kau sebentar tak apa kan?” tanya Ares. “Aku mau mengajakmu, tapi takutnya nanti sampai larut malam.”“Tidak apa-apa. Aku sudah biasa di rumah ini kan?”“Kalau Mareta mengganggumu, kau bisa telpon aku. Oh atau nanti aku akan suruh Mareta datang. Bagaimana?”Melihat ekspresi Ares yang terlihat begitu khawatir, Anggun jadi ingin tertawa. Namun, karena tak mau membuat Ares marah, Anggun mengumpat tawa dengan cara memeluk tubuh Ares.“Tidak usah, aku akan baik-baik saja di sini. Tidak ada yang akan menyakitiku.”Setelah obrolan singkat itu, pada akhirnya Ares benar-benar meninggalkan Anggun. Kalau saja tempat tujuannya searah dengan jalur ke apartemen, mungkin Ares akan mengantar Anggun pulang dulu. Namun, karena jar

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 51

    Sayangnya kepindahan mereka ke luar kota harus tertunda. Ayah mendadak sakit dan tidak mengijinkan Ares untuk pindah lebih dulu. Ares sempat jengkel karena semua rencana membawa Anggun pergi dari kota ini gagal. Namun, sebagai sang istri, Anggun tentunya mencoba membujuk supaya Ares mau bertahan di sini sampai ayah sembuh."Kita tunggu sampai ayah sembuh, Sayang." Kalau sudah dipanggil dengan sebutan sayang, mendadak perasaan Ares menjadi lumer."Tapi aku tak mau tinggal di rumah itu," kata Ares."Iya. Kan kita tinggal di sini." Anggun merangkul lengan, lantas mendaratkan kepala di pundak Ares. "Kita siap-siap."Ares menunduk mencari wajah Anggun. Memberi satu kecupan di bibir sembari mengelus kening Anggun. “Kau tidak boleh dekat-dekat dengan Mareta.”Anggun mengangguk. “Ya sudah aku ganti baju dulu.” Anggun lantas berdiri.Setelah semua sudah beres, Anggun dan Ares kemudian meninggalkan apartemen dan pergi menjenguk ayahnya di rumah.“Suamiku, harusnya kau tidak usah mencegah Ares u

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 50

    “Sampai sini saja. Ini sudah malam juga,” kata Ares saat dua koper besar sudah di depan pintu apartemen. “Kau antar Rena pulang.” Ares berkata pada Nando.“Baik, Tuan.” Nando mengangguk.“Kabari aku kalau kau sudah beneran pindah ke rumah baru,” kata Rena.Ares tersenyum. “Pasti.”Setelah Nando dan Rena pergi, Ares segera masuk ke dalam. Menyeret koper bergantian, kemudian Ares meletakkannya di samping lemari besar di dekat rak TV. Setelah itu, Ares menghela napas sambil menyugar rambutnya ke belakang. “Melelahkan juga ternyata.”“Apa Anggun sudah tidur?” gumam Ares. Didapati jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Perlahan-lahan, Ares membuka pintu kamar. Lampu masih menyala terang. Ares menutup pintu kemudian berbalik dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Berhenti di gazebo di dekat jendela, Ares mendapati sosok Anggun tengah meringkuk dengan kedua telapak tangan terhimpit di antara paha.Ares mendekat. Tak mau sampai Anggun terbangun, Ares mulai men

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 49

    Sebelum kembali ke rumah, Ares mampir terlebih dulu ke restoran. Rencananya Ares akan menelpon Nando, tapi berhubung ponselnya tertinggal di apartemen, pada akhirnya Ares terpaksa menemui Nando di restoran.Sampai di sana—di ruang khusus menejer—Ares dikejutkan dengan adanya Rena di dalam sana. Rena tengah duduk tak jauh dari Nando di atas sofa.“Kau di sini?” tanya Ares pada Rena. Rena meringis. “Jangan bilang kalian?”Mereka berdua saling pandang sebelum akhirnya sama-sama meringis menatap Ares.Ares nampak menghela napas, lalu memutar bola malas. “Baguslah. Aku senang ada yang kau sama Rena.”“Apa!”“Pfff!”Jika Rena melotot, Nando justru sedang mengumpat tawa.“Kau menertawakanku, ha?” sembur Rena“Aduh!” jerit Nando saat telapak tangan mendarat di pundaknya. “Sakit tahu!”Saat mereka berdua hendak mulai adu mulut dan saling memukul, Ares sudah lebih dulu menyela. “Diamlah!”Sesaat keduanya langsung diam. Meski sempat saling mencebik dan lirik, tapi kemudian mereka berdua foku

DMCA.com Protection Status