Home / Romansa / Istri Idaman Tuan Ares / 10. Membahas Pernikahan

Share

10. Membahas Pernikahan

Author: Irma W
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mobil sudah memasuki pekarangan rumah. Saat sudah terparkir dengan benar, para penghuninya pun segera beranjak keluar melalui pintu masing-masing.

“Hei kau!” panggil Ares saat Anggun sedang berdiri sambil mengamati bangunan rumah mewah tersebut.

Anggun menoleh dengan cepat, hingga kedua kepang rambutnya terkibas sampai di atas pundak.

“Ada apa, Tuan?” tanya Anggun.

“Jangan membuatku malu. Ingat!” Ares mengacungkan jari telunjuk dengan sorot mata tajam.

“Memangnya aku membuat malu dalam hal apa?” tanya Anggun polos.

“Hei!” Ares menarik ujung kepang Anggun lagi. “Kau itu calon istriku, jadi bersikaplah layaknya wanita papan atas. Lihatlah dirimu! Aku menyuruhmu berdandan rapi kau tetap saja mengepang rambutmu. Dan bajumu itu, sungguh norak!”

Anggun merengut sambil mengamati tampilannya sendiri. “Sepertinya tidak ada yang salah kan?” gumam Anggun.

Ares mencebik lalu memutar pandangan ke arah Nando. “Bawa dia ke kamarku. Nanti aku menyusul.”

Nando mengangguk dan mempersilahkan Anggun untu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Idaman Tuan Ares   11. Wanita Biasa Saja

    Semua keluarga dari pihak kakak maupun adik Bian sudah berkumpul di ruang makan. Hanya tinggal Ares dan Anggun yang belum turun.Ares yang awalnya sudah berada di lantai Satu pun naik lagi ke lantai dua untuk melihat apakah Anggun sudah siap atau belum.“Apa belum selesai Bibi?” tanya Ares pada Bibi Rani saat sedang merias wajah Anggun.Ares menutup pintu kamar kemudian menghampiri Bibi Rani dan Anggun. Dan betapa terkejutnya Ares saat melihat Anggun yang sama sekali belum bersiap.“Astaga! apa-apaan ini?” pekik Ares.Anggun menunduk, pun dengan Bibi Rani.“Kenapa Anggun belum dandan, Bibi?” tanya Ares pada Bibi Rani. “Semua orang sudah bersiap di bawah.”“Anu, Tuan. Nona Anggun, e—” Bibi Rani bingung harus berkata apa.“Anu apa?” hardik Ares.“Aku tidak mau di dandani,” Anggun yang menyahuti.“Apa maksudmu?” Ares sudah mendelik begitu dekat ke arah Anggun yang masih duduk di depan meja rias “A-aku, aku tidak mau berdandan. Aku tidak suka mengubah wajahku hanya sekedar untuk acara ma

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   12. Semua Karena Ada Alasan

    Melihat Ares sudah beranjak pergi, bukan Anggun yang mengejarnya, melainkan Rena. Anggun masih dalam posisi duduknya dengan perasaan yang entah seperti apa karena sulit dijelaskan.“Ares, tunggu!” Rena menyusul Ares ke lantai dua.Rena berhasil meraih tangan Ares sebelum berhasil masuk kamar. “Tunggu sebentar!” tekan Rena.Ares membuang napas. Mengusap wajahnya sambil berdecak lalu berjalan ke arah balkon. Di belakang, Rena mengikuti.“Dia sungguh calon istrimu?” tanya Rena.“Iya. Apa? Kau mau bilang kau dia itu jelek kan?” sungut Ares sebal.Rena terhenyak. Sebelum bersandar pada fondasi pembatas, Rena menaikkan satu ujung bibirnya kemudian menoyor pelipis Ares.“Siapa bilang dia jelek?” sahut Rena. “Dia cantik, Cuma ... em—” Rena terlihat mengusap-usap dagu.“Halah! Bilang saja kalau dia jelek!” sungut Ares. “Semua orang pasti akan berkata begitu.”“Menurutku dia tidak jelek. Dia jauh lebih enak dipandang daripada Mareta,” kata Rena lagi.Ares memutar kepala dengan lirikan tajam. “J

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   13. Aku Kesal Denganmu

    Pagi rupanya sudah datang lagi. Membangun rumah tangga dengan Anggun .adalah hal yang tidak pernah Ares bayangkan sebelumnya.Bersama Anggun, benarkah? Ares termenung di tepian ranjang dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Matanya masih sayu menahan kantuk yang masih sedikit menempel erat.Berdiri, kemudian Ares menguap. “Bahkan aku sampai malam mau ngapa-ngapain,” desah Ares sambil menuju ke arah kamar mandi.Sementara Ares sedang mandi, tiga orang sedang bercengkerama di ruang makan.“Apa pernikahanku akan dilangsungkan bersamaan dengan pernikahan Ares?” tanya Rangga.“Ayah belum tahu,” sahut Bian. “Ares bilang, dia ingin acara pernikahannya dilangsungkan sendiri.”“Dia ingin pernikahan yang sangat mewah dan paling megah,” timpal Ana dengan nada sinis.“Benarkah begitu?” Rangga nampak terkejut.Ana menaikkan kedua alisnya. “Coba kau tanya ayahmu!” Ana melirik ke arah sang suami yang sedang mengelap bibir menggunakan tisu.“Ayah,” panggil Rangga secara perlahan namun penuh p

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   14. Sebuah Ciuman

    Ares mengejar Anggun masuk ke dalam rumah. Beruntung untuk mereka berdua karena tak ada siapa pun di rumah ini. Mungkin semua penghuni masih sibuk bekerja. Ah, tidak juga. Yang bekerja hanya ayah. Kalau yang lain, entahlah pergi ke mana.“Tunggu!” panggil Ares. “Kau kira aku akan kasihan padamu kalau menangis?”Anggun tak peduli. Anggun terus saja menangis dan berjalan masuk ke dalam rumah.“ANGGUN!” panggil Ares dengan penuh penekanan. “Berhenti atau kau mau kuhajar!”Masih mengemis-emis, Anggun pun berhenti. Pria di belakang Anggun saat ini sungguh terlihat kejam. Suaranya yang menggelegar seperti sebuah petir di siang bolong.“Berhentilah membentakku,” pinta Anggun masih dalam posisi memunggungi Ares.Satu tangan Anggun sudah memegang knop pintu dan hampir membukanya.Ares berdecak. “Kau sendiri yang membuatku membentakmu!” Ares membalikkan tubuh Anggun hingga berhadapan.Entah kenapa, saat dua bola matanya mendapati Anggun yang sedang menangis, ada rasa iba di dada Ares. Dua bibi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   15. Kecupan

    Keesokan harinya, seseorang datang membawa bungkusan di dalam paperbag berukuran besar. Tidak tahu siapa itu, karena orangnya hanya mengatakan kalau dirinya diperintahkan membawa hadiah untuk Nona Anggun.“Benarkah ini untuk Anggun?” tanya Tika tidak percaya.Pengantar barang itu mengangguk kemudian pamit pergi.“Banyak sekali ...,” gumam Tika.Tanpa rasa sopan, Tika memasukkan satu tangannya lalu membolak-balik sesuatu yang ada di dalam paperbag.Bukan dibawa kepada si penerima yang asli, Tika justru membongkar bungkusan tersebut sesampainya di ruang tengah.“Apa itu, sayang?” tanya Maya.“Kiriman untuk Anggun katanya,” sahut Tika.Maya mendekat dan langsung ikut mengecek isi bungkusan itu. Sementara di belakang mereka, Anggun yang sempat mendengar pembicaraan itu berjalan mendekat.“Apa yang dimaksud untukku, ibu?” tanya Anggun.“Tidak ada. Tidak ada apa-apa untukmu,” timpal Tika sinis.Dua lembar baju sudah terbuka oleh ulah tika. Sementara Maya juga sedang mengamati Tika yang seda

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   16. Acara Apa Ini?

    Anggun sudah merengut ketika mendadak Ares meminta Anggun untuk berganti pakaian. Ares sungguh ingin muntah melihat tampilan Anggun yang bahkan menurutnya lebih baik dari seorang pembantu.“Kau boleh mengepang rambutmu. Terserah aku tidak peduli itu! Tapi tolong, pakailah baju yang layak.” Ares bahkan sampai berbicara dengan nada memelas.“Apa kau memang berniat membuatku malu?” Ares ternganga. “Astaga!” Ares terlihat frustrasi.“Maaf ....” hanya itu yang keluar dari mulut Anggun.“Cepat, masuk!” perintah Ares.Tanpa menunggu persetujuan Anggun, Ares menarik lengan Anggun dan membawanya masuk ke dalam kamar.“Diam di situ!” perintah Ares lagi.Anggun mematung dengan jemari saling meremas. Sesekali Anggun menggigit bibir untuk menghilangkan rasa gugup.“Pakai ini!” Ares melempar baju dalam bungkusan tepat di wajah Anggun.Anggun lantas menangkap dengan gelagapan. “Apa Tuan serius?” tanya Anggun tak yakin.“Itu baju ibuku. Kau pakai, cepat!”Anggun berjinjit kaget. Dengan tangan gemetar

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   17. Menghadiri Sebuah Acara

    “Acara apa ini?” tanya Anggun lagi. Tanpa sadar, Anggun menarik-narik kerah lengan baju Ares.“Jangan banyak tanya!” hardik Ares sambil mendelik. Kepalanya miring supaya tak terlihat banyak orang. “Lebih baik kau diam dan berkata seperlunya saja.”Menggigit bibir, Anggun mengangguk pasrah.“Sudah kubilang, jangan menggigit bibir di depanku!” bentak Ares lagi.Pada akhirnya, Anggun merasa serba salah. Bepergian dengan sekumpulan orang-orang elit memang tidaklah menyenangkan. Sudah datang bersama pria galak, ditambah lagi tak ada satu orang pun yang Anggun kenal.Saat berjalan melalui kerumunan hingga sampai ke dekat panggung setinggi setengah meter, Anggun mendapati Paman Bian dan Bibi Ana sedang bercengkerama yang sepertinya si tuan rumah. Ada Rangga dan Mareta juga di sana.“Ares!” panggil Bian saat mendapati Ares berjalan mendekat. Tangannya masih melambai hingga Ares berhenti di hadapan mereka.“Ini pasti Ares kan?” tebak Paman Pram si tuan rumah. “Ares si pemilik Gareesa resto?”

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   18. Membawa Ke Apartement

    Ares ternyata tidak membawa Anggun pulang, melainkan membawanya ke sebuah apartemen.“Kenapa kita ke sini?” tanya Anggun heran. “Bukankah ini apartemen?” tanyanya lagi.“Memang kau pikir apa? Taman hiburan?” seloroh Ares enteng.Ares melangkah masuk sambil memutar-mutar kontak mobil di tangannya kemudian melempar pada seorang satpam. Ketika sampai di ambang pintu, Ares mendadak berhenti. Pandangannya memutar mencari sosok Anggun yang ternyata masih berdiri termenung.“Kenapa diam di situ?” tanya Ares.“Kenapa kita ke sini?” Anggun tak kunjung beranjak. Jujur saja pikirannya sedang berjalan-jalan membayangkan sesuatu hal yang rumit.Ares berdecak sebal lalu mendekati Anggun dan menyeret lengannya. “Sudah aku katakan, kau tidak usah berpikiran macam-macam.Anggun menelan saliva lalu terpaksa mengikuti langkah Ares. Setelah menaiki lift hingga berhenti di entah lantai berapa karena memang Anggun tak mengamati, Anggun mendadak mulai merasa jantungnya terasa berdegup lebih kencang. Apalagi

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 57 (Tamat)

    Sesuai saran Rena, pelan-pelan Ares mendekati Anggun yang saat ini sedang menangis di sudut ranjang. Anggun menyembunyikan wajahnya di balik lutut dan kedua tangannya yang terlipat.Dari jarak beberapa meter saja, Ares bisa mendengar dengan jelas kalau Anggun masih terus menangis hingga tubuhnya bergetar.“Anggun,” panggil Ares dengan sangat pelan.Anggun mendongak sekilas sebelum akhirnya menelungkup lagi. Ares hampir saja menjerit saat melihat wajah Anggun yang sembab, tapi kemudian memilih membisu dan mendekat.Ares tak peduli jika nanti Anggun marah atau berteriak, tapi Ares tetap maju dan ikut naik ke atas ranjang. Anggun tak bergerak selain tetap menelungkup.“Anggun ... maafkan aku,” kata Ares. Ares hampir meraih siku Anggun, sayangnya lolos karena Anggun menyingkir.“Maafkan aku, Anggun. Aku hanya cemburu.” Ares kian mendekat dan kali ini berhasil merengkuh tubuh Anggun.“Lepaskan aku!” Anggun berontak, tapi Ares tetap mendekapnya.“Tidak sebelum kau memaafkan aku,” Ares kian

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 56

    Hampir setengah jam Ares mondar mandir di ruang tamu. Menunggu Anggun yang tak kunjung pulang, membuat Ares meradang. Ares marah, tapi juga khawatir. Nomor Anggun berulang kali ia hubungi juga tak kunjung tersambung.“Kau di mana?” gumam Ares masih dengan mondar-mandiri.Cekleeek ...Seketika Ares berbalik badan dan mendongak. Pintu terbuka dan seseorang menyembul dari baliknya.Melihat siapa yang datang, Ares seketika menggeram keras sambil mengepalkan kepalan di udara. Rena yang terkejut lantas masuk dengan perasaan bingung.“Kau kenapa?” tanya Rena saat sudah mendekat.Rena meraih pundak Ares dan bertanya lagi. “Heh, kau kenapa?”Ares meraup wajah lalu menghempas duduk di atas sofa. Rena yang masih belum mengerti, angkat bahu kemudian ikut duduk.“Ada apa?” Rena bertanya lagi. “Ada masalah?”“Anggun belum pulang,” jawab Ares.“Ha?” Anggun ternganga. “Belum pulang? Memangnya Anggun kemana?”Ares tidak menjawab dan hanya mendesah.Tak lama kemudian, pintu terbuka lagi. Keduanya mendo

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 55

    Klunting!Satu pesan singkat masuk ke ponsel Anggun yang berada di atas pangkuan. Anggun yang kala itu sedang duduk bersantai sambil menonton televisi, segera meraih ponselnya lalu membuka pesan masuk tersebut.“Nomor siapa ini?” batin Anggun. Karena penasaran, Anggun pun menggeser lagi layar ponselnya. Dan saat itu juga muncullah serentetan pesan bergambar.Anggun menutup mulutnya yang terbuka dengan satu telapak tangan. Matanya berkedut tanpa beralih pandangan pada layar ponselnya yang masih menyala. Anggun mulai bergetar ketika melihat tanggal yang tertera di gambar tersebut. Itu artinya, foto ini di ambil saat Ares meninggalkan Anggun di rumah ayah mertua.“Bukankah ini ... em?” Anggun nampak berpikir. “Ini ... ini wanita yang sempat datang ke apartemen beberapa bulan yang lalu. Aku lupa namanya.”Saat Anggun hendak melempar ponselnya di ruang kosong di samping ia duduk, ponsel tersebut tiba-tiba berdering. Nomor yang baru saja mengirim gambar tersebut menelpon.Anggun menelan lud

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 54

    Pagi hari, Ares menyempatkan diri menengok ayahnya. Beliau sudah mendingan karena hari ini sudah bisa ikut sarapan bersama. Wajahnya pun terlihat sudah tidak terlalu pucat.“Ayah sudah sehat?” tanya Anggun.“Tentu saja sehat. Kau pikir suamiku akan sakit terus?!” Ana menyerobot menjawab. “Atau kau suka kalau mertuamu sakit?”Anggun terdiam sambil mencengkeram tangan Ares di bawah meja.“Istriku. Jangan membuat kegaduhan, Anggun hanya bertanya. Toh selama aku sakit, dia yang sering membantuku,” timpal Bian.“Apa maksudmu? Jadi kamu pikir Mareta juga tidak membantu?” Ana melirik tajam ke arah Anggun.Ares mungkin marah, tapi dia sedang menahannya dan menunggu reaksi apa yang akan terjadi selanjutnya.“Kau coba tanya saja pada Mareta. Aku tidak mau membeda-bedakan menantuku, tapi karena kau selalu memancingku, aku juga bisa marah.”Pagi di ruang makan mulai terlihat kacau. Bian baru saja sembuh dan sang istri justru memanggil kegaduhan.“Jangan memancing amarahku di ruang makan!” gertak

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 53

    Sekitar pukul sepuluh malam Ares sampai di rumah lagi. Suasana rumah sudah sepi, lampu-lampu di lantai bawah pun sudah di matikan. Hanya terlihat satu sinar terang dari arah dapur. Karena haus, Ares pun berbelok ke arah dapur. Ia pikir Anggun ada disana, karena sering kali malam-malam Anggun merasa lapar.“Kau?” pekik Ares saat yang ia jumpai di dapur bukanlah Anggun melainkan Mareta.Mareta menoleh sambil memegang gelas berisi air mineral. “Hai, Ares. Kau baru pulang?”“Hem.” Ares memilih acuh.Meski Mareta berniat menghalangi jalan dengan berdiri di depan meja konter, tapi Ares terap maju untuk meraih sepoci air mineral yang ada di belakang Mareta.“Awas, aku mau ambil minum,” kata Ares.“Oh, maaf.” Mareta menyingkir, tapi mendadak kakinya terkilir.Ares yang belum sempat meraih gelas lebih dulu menangkap tubuh Mareta yang sudah miring dan hampir jatuh. Gelas yang Mareta pegang masih aman, tapi air di dalamnya sudah tumpah membasahi lantai.“Kalian sedang apa?” tanya Anggun yang tib

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 52

    Sore harinya, Anggun dan Ares kembali ke rumah. Bukan untuk bermalam, tapi rencananya hanya untuk memberikan buah yang tadi sempat dibeli di pasar. Namun, karena mendadak Ares mendapat panggilan dari Nando, Ares terpaksa harus meninggalkan Anggun di rumah ini.“Aku tinggalkan kau sebentar tak apa kan?” tanya Ares. “Aku mau mengajakmu, tapi takutnya nanti sampai larut malam.”“Tidak apa-apa. Aku sudah biasa di rumah ini kan?”“Kalau Mareta mengganggumu, kau bisa telpon aku. Oh atau nanti aku akan suruh Mareta datang. Bagaimana?”Melihat ekspresi Ares yang terlihat begitu khawatir, Anggun jadi ingin tertawa. Namun, karena tak mau membuat Ares marah, Anggun mengumpat tawa dengan cara memeluk tubuh Ares.“Tidak usah, aku akan baik-baik saja di sini. Tidak ada yang akan menyakitiku.”Setelah obrolan singkat itu, pada akhirnya Ares benar-benar meninggalkan Anggun. Kalau saja tempat tujuannya searah dengan jalur ke apartemen, mungkin Ares akan mengantar Anggun pulang dulu. Namun, karena jar

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 51

    Sayangnya kepindahan mereka ke luar kota harus tertunda. Ayah mendadak sakit dan tidak mengijinkan Ares untuk pindah lebih dulu. Ares sempat jengkel karena semua rencana membawa Anggun pergi dari kota ini gagal. Namun, sebagai sang istri, Anggun tentunya mencoba membujuk supaya Ares mau bertahan di sini sampai ayah sembuh."Kita tunggu sampai ayah sembuh, Sayang." Kalau sudah dipanggil dengan sebutan sayang, mendadak perasaan Ares menjadi lumer."Tapi aku tak mau tinggal di rumah itu," kata Ares."Iya. Kan kita tinggal di sini." Anggun merangkul lengan, lantas mendaratkan kepala di pundak Ares. "Kita siap-siap."Ares menunduk mencari wajah Anggun. Memberi satu kecupan di bibir sembari mengelus kening Anggun. “Kau tidak boleh dekat-dekat dengan Mareta.”Anggun mengangguk. “Ya sudah aku ganti baju dulu.” Anggun lantas berdiri.Setelah semua sudah beres, Anggun dan Ares kemudian meninggalkan apartemen dan pergi menjenguk ayahnya di rumah.“Suamiku, harusnya kau tidak usah mencegah Ares u

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 50

    “Sampai sini saja. Ini sudah malam juga,” kata Ares saat dua koper besar sudah di depan pintu apartemen. “Kau antar Rena pulang.” Ares berkata pada Nando.“Baik, Tuan.” Nando mengangguk.“Kabari aku kalau kau sudah beneran pindah ke rumah baru,” kata Rena.Ares tersenyum. “Pasti.”Setelah Nando dan Rena pergi, Ares segera masuk ke dalam. Menyeret koper bergantian, kemudian Ares meletakkannya di samping lemari besar di dekat rak TV. Setelah itu, Ares menghela napas sambil menyugar rambutnya ke belakang. “Melelahkan juga ternyata.”“Apa Anggun sudah tidur?” gumam Ares. Didapati jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Perlahan-lahan, Ares membuka pintu kamar. Lampu masih menyala terang. Ares menutup pintu kemudian berbalik dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Berhenti di gazebo di dekat jendela, Ares mendapati sosok Anggun tengah meringkuk dengan kedua telapak tangan terhimpit di antara paha.Ares mendekat. Tak mau sampai Anggun terbangun, Ares mulai men

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 49

    Sebelum kembali ke rumah, Ares mampir terlebih dulu ke restoran. Rencananya Ares akan menelpon Nando, tapi berhubung ponselnya tertinggal di apartemen, pada akhirnya Ares terpaksa menemui Nando di restoran.Sampai di sana—di ruang khusus menejer—Ares dikejutkan dengan adanya Rena di dalam sana. Rena tengah duduk tak jauh dari Nando di atas sofa.“Kau di sini?” tanya Ares pada Rena. Rena meringis. “Jangan bilang kalian?”Mereka berdua saling pandang sebelum akhirnya sama-sama meringis menatap Ares.Ares nampak menghela napas, lalu memutar bola malas. “Baguslah. Aku senang ada yang kau sama Rena.”“Apa!”“Pfff!”Jika Rena melotot, Nando justru sedang mengumpat tawa.“Kau menertawakanku, ha?” sembur Rena“Aduh!” jerit Nando saat telapak tangan mendarat di pundaknya. “Sakit tahu!”Saat mereka berdua hendak mulai adu mulut dan saling memukul, Ares sudah lebih dulu menyela. “Diamlah!”Sesaat keduanya langsung diam. Meski sempat saling mencebik dan lirik, tapi kemudian mereka berdua foku

DMCA.com Protection Status