Dania terkejut sesaat, tapi refleks bela dirinya segera mengambil alih. Dengan cepat, dia menonjok dagu Hizam dari bawah, lalu ketika Hizam lengah, cengkeramannya di rambut Dania bisa mengendur sehingga dia bisa memutar pergelangan tangannya hingga Hizam mengerang kesakitan.Dalam gerakan yang cepat dan lancar, Dania mengangkat lututnya, menghantam selangkangan Hizam dengan keras, membuat mantan suaminya terhuyung ke belakang dan jatuh berlutut sambil memegangi pangkal pahanya yang sakit.“Pecundang laknat!” desis Dania, matanya penuh amarah namun tetap tenang.Hizam mengerang, menahan rasa sakit yang menusuk di batang kebanggaannya. Dia memandang Dania dengan tatapan benci, tetapi ada kilatan ketakutan di matanya yang tidak bisa dia sembunyikan.“Arrghh … urrghh ….” Hizam mengaduh, masih berlutut membungkuk mirip udang.Dania mendekat, merunduk sedikit untuk memastikan bahwa kata-katanya tertangkap jelas oleh Hizam. “Cobalah itu lagi, Hizam, dan aku pastikan punyamu nggak akan bisa b
Keesokan paginya, setelah Dania selesai mengurus beberapa berkas di ruangannya, dia melirik jam. Sudah waktunya datang ke ruang rapat. “Oke aku siap!” ucapnya pada diri sendiri sambil bersiap keluar dari sana.Mengenakan setelan formal berwarna gelap yang memancarkan aura kewibawaan, Dania melangkah dengan percaya diri menuju ruang rapat utama di lantai atas. Setiap langkahnya terdengar tegas, seolah-olah dia sudah siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.“Permisi.” Dania mengatakannya dengan suara mantap tanpa ragu.Ketika pintu ruang rapat terbuka, Dania melihat ayahnya, Levi, sudah duduk di ujung meja besar, mengawasi seisi ruangan dengan tatapan yang tajam. Di sebelah Levi, Yohan tampak tenang namun serius, sementara beberapa eksekutif senior yang juga dikenal sebagai orang-orang kepercayaan Levi duduk di sekeliling meja. Mereka semua menatap Dania ketika dia masuk, tetapi tidak ada satu pun yang berbicara.‘Astaga, kenapa atmosfirnya setegang ini, sih? Padahal mau ngebahas gosip
“Ini adalah rekaman dari kamera pengawas di lobi utama beberapa hari lalu. Tim saya mendapatkannya kemarin.”Kemudian, Dania memutar rekaman ketika Hizam datang seorang diri ke front desk lobi utama, kemudian dia datang lagi dengan Leona.Semua orang di ruang itu terkejut.“Ini … apa maksudnya, Nona Dania?” tanya Evelyn, salah satu eksekutif Nexus.“Dia mantan suami saya, Bu Evelyn.” Dania sambil menunjuk ke Hizam yang ada di layar putih.“Bukankah dia … pewaris Zenith?” Eksekutif lain mengerutkan kening sambil matanya terpicing, berusaha fokus dengan rekaman kamera pengawas.Dania mengangguk. “Benar, dia memang Hizam Grimaldi, pewaris Zenith Group. Dan wanita yang datang bersamanya itu bernama Leona, dia pewaris Delight Company. Mereka bertunangan dan sama-sama tidak menyukai saya tanpa alasan jelas.”Dari penjelasan itu saja, kini semakin jelas apa yang sebenarnya terjadi.“Ternyata ini hanya masalah personal yang mereka coba tarik ke ranah profesional? Sungguh dua anak muda yang ti
“Hihi, oke Ma, oke. Aku datang segera, Bu Bos!” goda Dania.Dania menutup telepon dan merasa sedikit was-was. Meskipun Sofia sangat dicintai dan dihormati oleh para karyawan dan direksi di Nexus Holdings, kehadiran ibunya di kantor bisa memancing reaksi dari orang lain.‘Gosipku di Nexus udah bejibun. Kalau aku pergi dengan Mama, cuma bakal memberikan bahan baru ke mereka. Tapi, apa boleh buat? Mama kalau udah berkeinginan, jarang bisa dibantah, sih!’Dia tahu persis bagaimana ibunya.Dengan cepat, Dania merapikan barang-barangnya di meja dan melangkah keluar dari ruang rapat. Dia berjalan dengan kepala tegak melewati beberapa rekan kerja yang tampaknya sudah menunggu di lorong, mungkin berharap menangkap sepotong informasi atau melihat lebih banyak drama.Dania hanya memberikan senyum tipis kepada mereka dan terus melangkah. Dia merasa tatapan mereka mengikutinya, penuh rasa ingin tahu dan sedikit dengki.Setelah mencapai ruangan ayahnya, Dania ibunya duduk menunggu dengan sabar. Mel
“Haahh!” Zila berteriak, terkejut bukan main.Dania menuangkan air di akuarium mini itu ke kepalanya.“Siapa tau kamu butuh didinginkan kepalanya karena mulai meracaukan fitnah.”Alina lekas bereaksi dengan memukul Dania. Namun, karena Dania belajar bela diri, dia hanya perlu menangkis dengan satu tangan.Akibatnya, tangan lembek Alina yang seumur hidupnya hanya tahu bersenang-senang tanpa pernah olah tubuh, terkena tulang keras terlatih Dania.“Argh… aduh… kamu menyakiti aku, yah! Kamu udah berani menyakiti orang tua ini!” teriak Alina.Dania memiringkan kepalanya dengan tatapan heran.“Jelas-jelas Anda yang memukulku duluan. Bahkan harusnya aku bisa melapor ke polisi atas tuduhan serangan fisik.” Dania membalas Alina sambil menunjuk ke kamera pengawas yang terpasang di atas mereka. “Kalau tubuh Anda lemah dan nggak kuat saat memukul, apa harus korban Anda—yang kebetulan kuat—yang harus disalahkan?”Balasan Dania sungguh menampar Alina dan Zila meski dia tak perlu melakukannya secara
“Hah?! Yang benar, Kak? Ada dua karyawati yang dipecat gara-gara kasus penyebaran gosipku?” Dania hampir tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Iya, Bu Tiza baru saja memberi tahu saya. Mereka tertangkap basah sedang menyebarkan gosip tentang Anda dan Pak Yohan. Tim HR langsung mengambil tindakan, dan mereka dipecat pagi ini,” Melody menjelaskan.Dania menghela napas panjang. “Aku nggak menyangka masalah ini akan berujung seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, yah! Itu juga salah mereka sendiri, sih!”“Jangan terlalu dipikirkan, Nona Dania. Ini tentu saja bukan salah Anda kalau mereka bergosip yang tak pantas. Mereka melanggar aturan perusahaan, dan Nexus tidak main-main soal integritas,” Melody menambahkan dengan tegas.“Ya, aku mengerti. Makasih udah memberi tau soal ini, Kak Mel,” ujar Dania sambil tersenyum.Meskipun berusaha untuk tetap tenang, ada perasaan cemas yang mulai merayap di benaknya. Dua karyawati dipecat gara-gara gosip tentang dirinya—apakah ini akan memp
Dania melihat surat dengan kop instansi polisi dan membukanya."Kayaknya dua wanita itu masih nggak mau melepaskan aku." Dania sambil membaca isi surat itu. "Ya udah, ayo aja! Antarkan aku ke kantor polisi. Eh, tapi ternyata aku dimintanya datang besok. Oke, siapa takut!" Mata Dania sudah lebih teliti melihat tanggal dan hari dirinya diharuskan datang ke kantor polisi. Ketika Dania keluar ruangan sekedar ingin ke toilet, orang-orang di dekatnya mulai menyingkir dengan tatapan takut. Dania bingung."Emangnya aku ini hantu apa gimana, sih? Kok pada takut dan minggir gitu begitu aku datang?" heran Dania ketika dia menyaksikan beberapa karyawati yang sedang di toilet untuk memperbaiki riasan, langsung pergi setelah kedatangannya.Ketika Dania kembali ke ruangannya, dia mengatakan menceritakan hal itu ke Melody."Itu karena mereka takut dengan kemampuan Anda dalam bela diri, Nona." Melody menanggapi."Apalagi gerakan tajam Nona di rekaman yang viral itu, siapa yang berani cari gara-gara
Penyidik menulis beberapa catatan sebelum kembali menatap Dania. “Apakah ada hal lain yang ingin Anda tambahkan, Saudari Dania?”Dania menggigit bibirnya sebentar, kemudian berbicara dengan nada yang lebih lembut. “Saya tahu dua wanita itu marah karena mereka dipecat dari perusahaan kami. Tapi saya tidak pernah menyangka bahwa mereka akan melakukan hal seperti ini. Saya hanya ingin mempertahankan diri, Pak.”Setelah beberapa saat, penyidik menutup berkasnya. “Baik, pernyataan Anda telah dicatat. Kami akan melanjutkan penyelidikan ini dengan memverifikasi semua informasi dan bukti yang ada. Jika diperlukan, kami akan memanggil Anda kembali untuk memberikan keterangan tambahan.”Wildan berdiri dan mengulurkan tangan pada Dania untuk mengisyaratkan bahwa mereka sudah selesai di sini. “Terima kasih, Pak. Kami akan kooperatif dalam proses penyelidikan ini.”Setelah keluar dari ruang interogasi, Melody dan Sebastian langsung mendekati Dania, memastikan bahwa dia baik-baik saja. “Kak Mel, Se