"Pesuruh?"Ada kilatan terkejut di mata Hizam."Iya, pesuruh, Pak." Wanita ketus itu masih menjawab dengan nada suara yang sama.Hizam mengerutkan keningnya, agak bingung.“Pesuruh?” Hizam agak kurang yakin. “Tapi sepertinya dia tadi masuk ke gedung ini dengan dandanan … yang nggak mirip pesuruh.”Sementara wanita petugas front desk itu memberi kode melalui matanya ke rekan yang menjawab Hizam, si rekan malah mendelik agar petugas front desk diam saja.“Yah, dia emang suka dandan lebay di sini, Pak. Bapak ini siapanya Dania? Pacarnya juga?” Wanita itu begitu frontal ketika menanyakan itu.Hizam tentu saja terkejut. Tapi dia lekas menguasai dirinya dan tersenyum.“Aku bukan pacarnya, kok. Aku … kebetulan salah satu temanku berkencan dengan Dania dan aku hanya ingin tau apakah Dania wanita baik-baik dan layak untuk temanku.”Dengan lancarnya Hizam memburaikan karangan bebas.“Oh! Bilang ke teman kamu, Pak, lupakan Dania. Dia itu pacarnya di mana-mana! Bahkan kami curiga dia lagi menggod
"Sayang, kami sangat merindukanmu!" seru Sofia, matanya berkaca-kaca.Dia peluk erat- erat putrinya sambil air mata sudah mulai menggenang di pelupuk mata.Levi pun bergabung dalam pelukan hangat itu. "Putri kecil kami di sini sudah semakin cantik dan keren hanya dalam hitungan bulan saja," ujarnya dengan nada bangga.Dania masih terkejut, namun dia membalas pelukan orang tuanya. Berbagai pertanyaan berkecamuk di benaknya. Apakah mereka tidak sibuk di Zeralandia? Ada urusan apa datang ke Morenia? "Kok Papa dan Mama nggak mengabari aku kalau mau datang?" tanya Dania setelah pelukan mereka terlepas.Dia sedikit berlakon merajuk.Levi tertawa kecil. "Memangnya kami tak boleh menemui putri kesayangan kami? Kami ingin memberimu kejutan."Dania akhirnya tersenyum, meski belum tuntas mengucapkan semua pertanyaannya. Dia mempersilakan orang tuanya duduk kembali di sofa sementara dia mengambil minuman untuk mereka."Jadi, apa yang bikin Papa dan Mama datang ke Ivory?" tanya Dania sambil menua
"Pesta ... gala?" tanya Dania, sekedar memastikan pendengarannya tidak salah.Yohan mengangguk.Dia menarik napas dalam sebelum mulai berbicara, "Begini, Dania, lusa malam ada pesta gala di Ivory. Tepatnya di ballroom Hotel Grandeur, hotel bintang lima yang sangat terkenal itu."Dania mengangguk, menunggu Yohan melanjutkan."Pesta ini diadakan oleh Grup Berliana untuk merayakan 100 tahun bisnis mereka di Morenia. Tapi bukan hanya itu," Yohan berhenti sejenak, "mereka juga mengadakan pesta ini untuk menyambut kedatangan orang tuamu. Tentunya kamu sudah bertemu mereka, bukan?"Dania mengangguk sebagai respon pertanyaan terakhir Yohan. Hanya saja mengenai....Mata Dania melebar mendengar informasi ini. "Papa dan Mama? Apa hubungannya mereka dengan Grup Berliana?""Mereka berkawan baik secara personal maupun bisnis." Yohan menjelaskan secara singkat.Dania merenungkan terlebih dahulu ajakan Yohan. Apakah dia perlu mengiyakan?"Aku ingin kamu menemaniku ke pesta ini, sebagai wakil dari Nex
"Aku tidak peduli hendak diperkenalkan sebagai asisten maupun sekretaris, terserah Pak Yohan saja." Dania menjawab dari samping. "Yang penting aku bisa tetap berada di Nexus dan belajar dari kalian."Yohan angguk-anggukkan kepala dengan puas akan jawaban Dania."Ayo, Dania." Yohan turun dari mobil dan mengulurkan tangan untuk Dania, yang disambut oleh gadis itu.Ballroom Hotel Grandeur dipenuhi kemewahan dan gemerlap. Para tamu undangan dari kalangan elit bisnis dan sosialita berkumpul, menciptakan suasana yang meriah namun tetap elegan. Saat Dania dan Yohan memasuki ruangan, banyak mata tertuju pada mereka, terutama pada sosok Dania yang begitu memesona.Yohan dengan bangga mulai memperkenalkan Dania kepada rekan-rekan bisnisnya. "Perkenalkan, ini Dania, asisten merangkap sekretaris pribadi saya yang sangat kompeten," ujarnya dengan senyum ramah.Dania tersenyum sopan dan menjabat tangan para tamu dengan anggun. Dia bisa merasakan tatapan penasaran dan kagum dari orang-orang di sekit
Dania memutar matanya sambil membatin, ‘Duh, kenapa dia nyadar kalau ini aku, sih?’Hizam mau tak mau berhenti dan menoleh ke Dania yang ditunjuk Leona. Dia agak terkejut melihat kecantikan Dania malam itu, tapi tentu saja tidak dia perlihatkan secara terang-terangan."Well, well, well," Leona memulai dengan nada manis yang dibuat-buat. "Lihat siapa yang kita temui di sini. Dania, Zam!"Suasana pesta yang semula menyenangkan bagi Dania, perlahan berubah menjadi tegang saat Leona, dengan langkah anggun namun penuh intimidasi, mendekati Dania. Mata Leona menyipit, seolah mengonfirmasi kecurigaannya bahwa wanita cantik di hadapannya ini adalah Dania, mantan istri tunangannya.Dania, yang sedang berbincang dengan beberapa tamu, merasakan tubuhnya menegang. Dia berbalik perlahan, berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya. "Selamat malam, Nona...?""Oh, please, jangan pura-pura nggak kenal aku, sweetie," Leona tersenyum sinis. “Kita pernah ketemu sewaktu kamu dan pelayan sedang menyiapkan
Alina menatap Dania dari atas ke bawah dengan pandangan merendahkan. "Masih mencoba peruntungan di kalangan atas, rupanya? Apa kamu nggak malu, Dania? Setelah dicampakkan anakku, kamu katanya semakin menggila dari satu pria kaya ke pria kaya lainnya? Ckckck!"Sepertinya Alina tidak mengikuti adegan ketika Dania berhasil menampar Leona dengan kata-katanya dikarenakan fitnahan serupa.Zila menambahkan dengan nada sinis, "Yah, setidaknya kali ini dia berhasil masuk ke pesta elit. Peningkatan yang cukup signifikan, kan Ma?"Sudah jelas kentara, dari apa yang diucapkan Alina dan Zila, itu menunjukkan bahwa kedua wanita itu sudah mendapatkan ucapan beracun Hizam dan Leona mengenai Dania.“Nggak aku sangka, perempuan jelek sepertimu bisa jadi seperti ini. Hebat sekali dokter operasi plastikmu!”Sambil mencibir, Zila menunjukkan sedikit rasa tak terima ketika melihat Dania bisa memakai gaun yang dia ketahui harganya mencapai ratusan juta rupiah. Belum lagi perhiasannya. Gaun di lemarinya tak
“Maksudnya?” tanya Sofia Hadid pada Alina.Sofia mengerutkan kening sambil matanya memicing heran atas apa yang diucapkan Alina.Karena ingin mengesankan Sofia, Alina tertawa kecil basa-basi untuk membuka ucapan, “Dia ini … mantan menantu saya, Nyonya Hadid.”Tangan Alina mengarah ke Dania.Sedangkan Dania hanya menarik napas dalam-dalam, sepertinya Alina memang tak bisa diselamatkan lagi. Berani sekali Alina menuding dan bicara buruk mengenai dia di depan ibu kandungnya?“Ada apa dengan Dania? Maksudku … pekerja kami?” Sofia melirik Dania yang sedang menarik napas dalam-dalam.Dari tingkah putrinya saja, Sofia langsung paham bahwa Alina merupakan orang yang bermasalah dengan sang putri di awal pertemuan mereka saat hujan lebat dan dingin malam itu.“Nyonya, izinkan saya memberi peringatan pada Anda, bahwa pesuruh di kantor cabang Anda ini merupakan wanita berbahaya,” ucap Alina menggunakan suara bisikan yang dilebih-lebihkan.Beberapa orang yang menonton pun semakin tertarik dan ingi
‘Haruskah aku mengatakannya di sini juga?’ Dania bertanya-tanya di dalam hatinya.Dania menatap Yohan dengan tenang, meskipun pertanyaannya begitu telak. Dia menarik napas dalam sebelum menjawab."Pak Yohan, aku sangat menghargai kepercayaan Pak Yohan selama ini." Dania memulai dengan suara mantap. "Dan karena itulah, aku mohon untuk terus mempercayaiku. Ada banyak hal yang perlu aku jelaskan, tapi kurasa pesta ini bukanlah tempat yang tepat untuk membicarakannya."Yohan mengangguk, menyadari kebenaran dalam kata-kata Dania. Terlalu banyak orang lalu-lalang di dekat mereka dan tentu saja akan menimbulkan ketidaknyamanan."Bagaimana jika kita membahas ini secara menyeluruh pada hari Senin di kantor? Aku berjanji akan menjelaskan semuanya kepada Pak Yohan." Dania melanjutkan. "Yang bisa kukatakan sekarang adalah, apapun yang terjadi di masa lalu, nggak akan mempengaruhi profesionalisme dan dedikasi aku terhadap pekerjaanku di Nexus Holdings."Pancaran mata tegas Dania menyiratkan keseri