“Kamu yakin bisa membuatku terbebas dari Arka? Bagaimana caranya?” Tamara mencecar Adam dengan tatapan berbinar dan penuh harap.
“Tentu saja aku bisa melakukannya. Tapi, tetap aku memerlukan bantuan Jason ... aku tak bisa bertindak sendirian dan aku memerlukan kekuasaan Jason untuk membantumu,” sahut Adam yakin.
Wajah Tamara langsung tertegun. Jason, adalah orang yang paling merasa bersalah. Bagaimana dirinya berhadapan dengan sepupunya itu?
“Kenapa? Kamu ragu atau tak percaya padaku?” tanya Adam menyadari raut wajah Tamara tampak murung.
Hampir saja Tamara tersentak. Suara Adam seolah menginterupsi dan meragukan dirinya. Wanita cantik itu menghela napas sebentar sebelum menatap tak berdaya pada pria tampan di hadapannya.
“Ada satu cara untuk bisa menyelamatkan Tamara dari kejaran Arka selain memastikan dia berada di pihak kita,” ucap Jason disusul senyuman penuh keyakinan.“Benarkah? Bagaimana caranya?” Adam langsung bertanya dengan raut wajah penasaran. Ia bahkan merubah posisi duduknya lebih dekat dengan sahabatnya.Senyuman Jason lantas berubah menjadi menggoda. Sontak saja Adam langsung mengerutkan dahinya. Pria itu bahkan memasang wajah curiga.Tentu saja Adam sudah mengenal Jason sejak dulu. Walaupun ia terkenal dingin dan angkuh semenjak di bangku SMA dulu, tetapi Jason sering menggoda dan menjahilinya. Sama seperti tatapan sahabatnya sekarang.“Jason, kita sedang berbicara masalah serius!” Adam menegur, mencoba mengingatkan serta memastikan sahabatnya tak melakukan hal aneh.“Aku tahu, Adam. Karena itulah aku punya satu cara untuk menyelamatkan Tamara dan mengumpulkan banyak bukti … jika yang kamu katakan benar, selama ini Tamara tunduk pada Arka karena kesalahannya. Seharusnya dia juga punya
“Adam, dengarkan aku! Om Alex itu bukanlah orang tua yang kolot ... dia sama seperti papaku. Jika papaku saja sekarang terbuka matanya dan melihat kemampuanmu, kenapa tidak dengan om Alex, papanya Tamara?” Jason mencoba terus meyakinkan sahabatnya.Adam hanya terdiam. Raut ragu dan cemas masih terlihat jelas meninggi. Kemudian Jason bangkit dari duduknya dan menepuk pundak Adam.“Aku tetap saja takut, Jason. Tidak! Lebih tepatnya aku memilih sadar diri, benarkan?” ucap Adam lirih.Akan tetapi, Jason memilih menggeleng. “Itu tidak benar, Adam. Kamu harus memperjuangkan cintamu!” tegasnya dengan tatapan meyakinkan, tetapi Adam kembali menunduk. Wajah gelisahnya semakin jelas.“Masih banyak waktu, Adam. Kamu bisa pikirkan baik-baik!
“Selamat datang Dokter Yuna dan Tuan Dimas!” Brian menyambut kedatangan kedua tamu undangannya bersama dengan Jason.Dokter cantik itu tampak anggun dengan gaun satin berwarna biru dongker. Rambutnya yang disanggul rapi, menampilkan tulang selangkanya hingga terkesan anggun nan seksi. Make up yang didominasi warna gold tipis pada kelopak matanya, menambah kesan anggun dan berkelas.“Panggil Dimas saja, Tuan Brian! Jangan terlalu formal, rasanya tak pantas ... saya mendapatkan perlakuan sopan dari Anda, Tuan,” sahut Dimas merendah.Bukan merendah, Dimas memang benar-benar merasa sungkan. Ia terlalu malu dan merasa rendah d
Jason dan Dimas sigap memindahkan tubuh Brian ke kamarnya sesuai instruksi Yuna. Untunglah dokter cantik itu selalu membawa tas kerjanya di dalam mobil ke mana pun ia pergi. Yuna langsung bergegas mengambil tas perlengkapan dokternya di dalam mobil lalu berlari cepat menuju kamar Brian yang tak jauh dari meja makan. Dokter cantik itu gesit memberikan pertolongan pada Brian. Sementara Jason langsung mengumpulkan semua pekerja yang berada di rumah papanya. Tentu saja ia harus memastikan penyebab Brian tiba-tiba tak sadarkan diri. Apa lagi dirinya pernah mengalami hal serupa. “Siapa yang bertugas memasak dan menyiapkan obat untuk papa?” tanya Jason dengan tatapan tegas menahan amarahnya. Dua asisten rumah tangga, supir pribadinya Brian dan sekuriti rumah, semuanya pekerjanya papanya serentak menunduk. Tentu saja mereka mendengar hal yang menimpa lelaki paruh baya itu. Sontak saja melihat mereka yang terdiam membuat Jason tak bisa mengontrol amarahnya. “Jawab!” bentak Jason dengan sua
“Jason, tungg! Mereka tidak bersalah!” Yuna berkata seraya menghampiri Jason.Pria tampan itu baru saja selesai mengintrogasi keempat pekerja rumahnya Brian secara bergantian. Wajah keempatnya langsung berseri mendengar ucapan Yuna. Dokter cantik itu lantas meletakan toples kopi temuannya di atas meja hadapan mereka semua.“Tuan Brian selalu mengkonsumsi kopi ini, benar? Tuan Arka atau nyonya Elsa yang memerintahkannya?” tanya Yuna langsung. Ia mengabaikan tatapan Jason.Akan tetapi, Jason memilih diam dan menyerahkan semuanya pada Yuna. Ia yakin dokter cantiknya menemukan kecurigaan dengan kondisi papanya. Ia memilih fokus pada keempat karyawan Brian menunggu jawaban mereka.“Tuan Arka, Dokter,” jawab asisten rumah tangganya Brian yang bernama bi Imas. “Kamu yakin, Bi?” tanya Jason tanpa jeda dan langsung dijawab anggukan wanita berusia sekitar 55 tahun tersebut.Yuna dan Jason saling bertukar pandang. Kemudian Jason mengangguk, memberi isyarat agar Yuna lah yang meneruskan interoga
“Katakan aku yang memberi perintah, kirimkan ambulan dan minta ruangan khusus untuk pasien darurat!” perintah Yuna pada Jason seraya memberikan ponselnya dalam keadaan mode memanggil.Yuna lantas berlari menuju kamar menghampiri Brian dan langsung diikuti oleh Dimas. Jason yang panik memilih menurut. Ia segera menempelkan ponsel tersebut pada daun telinganya.“Halo, dokter Yuna memberi perintah untuk kirimkan ambulan ke rumah saya dan siapkan ruangan khusus pasien darurat!” Jason melafalkan semua perintah Yuna tanpa ada yang ditambahkan atau dikurangi setelah sambungan telepon tersambung.“Tuan Jason?” tanya suara dari balik telepon. Tak lain Rina, asisten perawat Yuna dulu sekaligus sahabatnya.Jason sedikit terkejut. Tentunya ia tak mengenali orang yang sedang berbicara di balik telepon. “I—iya, saya Jason. Alamatnya—“ Suara Jason mendadak gagap dan langsung terpotong.“Saya tahu, Tuan. Akan saya kirimkan ambulan secepatnya dan memastikan semuanya rahasia ... dokter Yuna dan dokter
“Hasil lab dari kopinya sudah keluar. Benar sesuai dugaanmu, Yuna ... ini sama seperti sampel kopi yang kamu bawa dulu,” jelas Rina, perawat rumah sakit sekaligus sahabat baiknya Yuna. “Campurannya takaran kopi dan kadar arseniknya sama. Sepertinya memang mereka berencana untuk membuat tuan Brian mati secara perlahan, dan bisa saja kematiannya direkayasa karena sebuah penyakit ... yang sebenarnya efek dari racun arsenik tersebut,” tambahnya seraya menyerahkan selembar kertas hasil pemeriksaan tersebut.Tentu saja Yuna langsung menerimanya dan meneliti rincian data pada lembaran kertas tersebut. Sesekali keningnya mengkerut dan kedua bola matanya menyipit, mengartikan seberapa bahayanya dampak racun tersebut jika digunakan dalam jangka panjang. Tiba-tiba Rina yang sedari tadi memandangi wajah cantik Yuna langsung tersentak, hingga perawat cantik itu menutup mulutnya.“Ada apa?” tanya Yuna terkejut dengan raut wajah sahabatnya.“Y—yuna, jika kopi beracun yang kamu terima dulu sama denga
“Dokter Yuna, saya Jamal. Tuan Jason memberitahu saya kalau Dokter akan datang.” Seorang polisi berusia 40 tahun langsung menghadang Yuna yang baru saja turun dari mobil di parkiran gedung tahanan.Hampir saja Yuna terkejut. Namun, ia segera memasang senyuman ramah pada polisi tersebut. Bukan karena dia menyebut nama Jason, tetapi Yuna ingat saat di rumah sakit ... Adam menyebut nama petugas polisi bernama Jamal.“Ada apa, Pak Jamal? Sepertinya ada berita buruk,” tebak Yuna cemas. Terlihat jelas dari wajah Jamal yang tampak jelas panik.“I—itu, nona Vina mengalami pendarahan di klinik tahanan. Dokter jaga kami sudah pulang sekitar satu jam yang lalu,” jelas Jamal gagap dan sedikit terburu seraya menunjuk ke arah dalam bangunan di belakangnya.Kedua bola mata Yuna refleks membulat sempurna. Tentu saja Yuna panik. “Bawa aku ke kliniknya!” pinta Yuna langsung. Yuna lantas meminta untuk mengambil tas kerjanya di bagasi belakang mobilnya sebelum mengikuti polisi tersebut memasuki gedung t
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman