“Apa Anda yakin file itu benar? Bisa saja itu sudah direkayasa untuk menjatuhkan Tuan Arka ... bukankah Anda dan Tuan Arka bersaudara, bagaimana bisa Tuan Jason berniat mencoreng nama baik saudaranya serta menyingkirkannya juga.” Tuan Bima, anggota dewan yang membela Arka mencibir Jason.Tentu saja Jason hanya bisa tersenyum tipis. Ia sama sekali tak tersinggung, apalagi amarahnya terpancing. Sejak awal pun Jason sudah tahu kalau lelaki itu berusaha mencari kesalahannya.“Tuan Bima, ini adalah rapat darurat membahas perkembangan bisnis perusahaan bukan rapat keluarga! Bagi saya, jika karyawan perusahaan ini mencoreng nama baik perusahaan ... wajib ditindak tegas, sekalipun dia adalah anggota keluarga saya!” papar Jason lugas, bahkan ia sengaja memberikan penekanan pada setiap katanya. Jason menunjukkan ketegasannya sebagai seorang pemimpin.“Ah, saya hampir lupa. Karena Tuan Bima menyangkut pautkan tentang keluarga, saya harus bertanya ... bagaimana sikap Anda dulu saat rapat darurat
“Prof. Liam Demos membalas email-ku? Hampir saja aku melupakan tentang dokter spesialis terapi kelumpuhan paraplegik yang dialami Jason,” ucap Yuna tak bisa menyembunyikan rasa girang.Benar, Yuna hampir lupa dirinya meminta bantuan untuk penjelasan terapi yang dilakukan Prof. Liam Demos, dokter spesialis yang menangani kelumpuhan saat di masa depan. Yuna mencari informasi tentang penanganan proses terapi itu dari pengalamannya di masa depan. Mungkin karena sewaktu di Hongkong ia dibantu oleh dokter Aaron.Akan tetapi, berbagai sumber informasi yang didapatnya adalah ilmu. Yuna membacanya dengan teliti, hingga profesor tersebut memberinya beberapa video tentang penjelasan terapinya. Senyuman Yuna semakin mengembang.“Aku yakin Jason akan segera bisa berjalan,” guman Yuna seraya memutar
“Apa yang harus aku lakukan, Jason?” tanya Yuna pada Jason.Kali ia menunggu keputusan lelaki tersebut. Yuna sudah menyerahkan hidupnya pada Jason, jadi biarkan lelaki itu yang menentukan jalannya. Jason terdiam sebentar dengan wajah berpikir. Tentu saja semua konsekuensi dari tindakannya harus diperhitungkan secara matang.“Panggil pemadam kebakaran untuk membantu evakuasi!” perintah Jason pada Adam. “Undur waktu jumpa pers dam minta para wartawan untuk membantu mengawal penyelamatan Vina!” tambahnya.Kemudian Jason pun menatap pada Yuna. “Kamu bisa membujuknya?” tanyanya.“Aku tidak yakin, tapi akan kuusahakan,” jawab Yuna menunjukkan kesungguhannya.Jason mengangguk memberikan persetujuan. Adam langsung bergegas keluar dan menjalankan perintah atasannya. Sebelum Yuna keluar meninggalkan Jason, ia memastikan mesin infrared-nya berfungsi dengan baik.“Aku mengaturnya dengan waktu 15 menit, cukup untuk membuat saraf pada kakimu rilex! Jangan bergerak dulu sampai waktunya habis, menger
Petugas damkar yang berada di dekat Vina lebih sigap. Ia merah lengan Yuna hingga tubuh keduanya tak terjun bebas dan menggantung di udara. Para petugas yang lainnya saling bahu membahu bergegas menyelamatkan keduanya.“Bertahanlah, Nona!” teriak salah satu petugas pada Yuna.Suara teriakan orang-orang yang menyaksikan mereka menggema. Jantung Yuna hampir terlepas karena terlalu syok. Ia menatap wanita di bawahnya, Vina terus berontak.“Lepaskan aku, Vina! Biarkan aku mati!” teriak Vina terdengar frustasi.Yuna yakin sekali, wanita itu hanya mendrama. Ia ingat sekali, wanita itu mencengkram baju depannya saat terpejam. “Kamu pasti ingin mati bersamaku atau sengaja menarikku untuk membunuhku,” batinnya. Akan tetapi, saat ini tak ada waktu untuk Yuna menyimpulkan pemikirannya saat ini. Nyawanya di ambang bahaya karena sahabat munafiknya itu. Jujur saja, Yuna ingin melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Vina, tapi ia masih punya hati nurani. Yuna memilih fokus mendengarkan instruk
“Apa kamu puas, Yuna?” Suara Ryan terdengar menginterupsi, menghentikan langkah Yuna dan Jason.Keduanya baru saja melewati ruang staf karyawan. Tak ada karyawan lain selain lelaki itu, sisanya mereka menyaksikan proses penyelamatan Vina. Entah Ryan sengaja menunggu keduanya melintas atau memang ia adalah karyawan yang rajin sudah kembali ke ruang kerjanya lebih dulu.“Apa maksudmu?” tanya Yuna menahan kesal setelah membalas tatapan mantan kekasihnya yang kini sudah berada tepat di hadapannya.“Kamu pura-pura tak mengerti atau memang bodoh?” celetuk Ryan dengan nada mengejek.Jason hendak menyela, tetapi Yuna menahan bahunya. Kali ini adalah masalahnya dengan bajingan di hadapannya. Yuna tak ingin melibatkan Jason.“Aku akan tunggu di depan lift,” ucap Jason mengerti tindakan Yuna.Yuna menoleh sebentar pada lelakinya lalu tersenyum. “Terima kasih, aku tak akan lama,” ujarnya.Dokter cantik itu menunggu Jason sedikit menjauh sebelum menatap lelaki di hadapannya. Wajah Ryan tampak terb
“Maafkan aku, Tuan Jason,” ucap Ryan seraya menundukkan wajahnya, menyembunyikan tatapan penuh amarahnya.“Aku khilaf dan terbawa emosi karena sahabat baikku hampir meninggal,” sambung Ryan beralasan. Walaupun ia tahu, Jason tak akan menerimanya.Jason mencibir. Tampaknya Ryan menyadari gertakannya bukanlah hanya sekedar ancaman. Ia menatap tajam lelaki di hadapannya yang sama sekali tak merubah posisinya, menunduk dan memasang wajah penuh sesal.Sadar Jason terus menatapnya, Ryan lantas berpindah pada Yuna. Ia menundukkan kepalanya lebih dalam pada dokter cantik itu. “Maafkan aku, Dokter Yuna. Aku kehilangan kendali,” ucapnya pelan sekali.Yuna menoleh pada Jason. Gertakan Jason lebih ampuh, pikirnya. Kemudian ia menggeleng saat Jason
“Wanita bodoh! Kamu tak bisa berakting, padahal aku memintamu berpura-pura seolah dokter cantik itu yang mendorongmu jatuh ... tapi kamu malah menariknya secara jelas.” Arka mengoceh heran seraya memperhatikan komentar yang tertera dalam situs berita dalam laptopnya. Ya, lelaki itu tengah menyaksikan berita tentang Vina yang menarik tubuh Yuna saat proses penyelamatannya. Semua hujatan dan celaan ditujukan pada wanita itu. Tentu saja semua itu adalah perintahnya untuk meredam berita skandal tentang dirinya. “Tapi, aku tak peduli. Yang berita tentang skandalku hilang,” gumamnya diikuti senyuman puas. Arka tertawa lantang penuh kemenangan. “Sekarang bagaimana caranya aku bisa kembali memasuki perusahaan ABR Company Group? Aku tak terima pria cacat itu mempermalukanku,” ujarnya seraya memangku dagunya. Dendamnya pada Jason semakin meninggi. Sementara itu Jason yang mendapatkan tatapan penuh tanya dari Yunda dan Adam tersenyum simpul. Akan dan logikanya menjawab semua keganjilan pada
“Jujur, saya sedih dengan kejadian tadi. Akan tetapi, saya tetap harus memberikan klarifikasi tentang kejadian tersebut, apa lagi terjadi di lingkungan perusahaan saya,” sambung Jason lagi.Namun, ia menjeda sebentar memastikan semua wartawan menyimak ucapannya. Tak ada yang menyela, mereka semua menunggu Jason melanjutkan penjelasannya. Bukan pada mereka saja fokus Jason, tetapi lelaki itu menangkap sebuah mobil jeep berisi para lelaki berpakaian serba hitam di depan pintu masuk gedung. Sadar mereka mendapatkan perhatian Jason mobil tersebut langsung melaju. langsung pun kembali menatap para wartawan. Entah siapa mereka? Yang jelas saat ini ia harus fokus melanjutkan klarifikasinya.“Memang benar wanita yang melakukan percobaan bunuh diri itu adalah karyawan perusahaan saya … karena itu saya ingin memohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian tersebut,” pungkas Jason seraya menundukkan kepalanya dalam, sebagai isyarat penyesalan dan permintaan maaf.
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman