Ukuran kamar tak terlalu luas, tak ada sofa juga seperti kamar hotel pada umumnya.Apa lagi kamar mandi yang transparan, hingga membuat Serena kesal bukan main.Kamar seperti apa yang di persiapkan untuk dirinya, mawar bertaburan dimana-mana semakin membuat emosinya meledak-ledak.Andai jika menikah dengan pria yang di cintai maka lain halnya, pastinya saat ini akan bahagia. Merasa indah dengan jantung yang berdebar."Apa kamu memesan kamar aneh seperti ini? Gimana mau pipis kalau toiletnya begini?" Serena menunjuk kamar mandi dengan diding kaca transparan.Demi apa?Ini sangat tidak menarik sama sekali."Gimana mau keluar, kalau dingin toiletnya kaca jelas menerawang begini? Seharusnya sekalian tidak usah menggunakan dinding kaca ini, buang-buang waktu dan uang saja.""Bisa tidak untuk tidak menuduh ku! Aku tahu kau tidak suka pada ku. Tapi, ingat jangan pernah lupa aku ini suami mu! Aku tidak suka di rendahkan!" Bayu menutup pintu dan berjalan ke arah ranjang, merebahkan dirinya u
Gelap gulita kini berganti dengan terang, cahaya masuk melalui celah-celah kecil.Serena membuka mata saat mentari menyentuh wajahnya, bertapa shock dirinya melihat Bayu yang begitu dekat di sampingnya.Dengan cepat dirinya duduk dan menatap di sekitarnya, ternyata bantal guling sudah jatuh di lantai.Apa lagi barusan dirinya yang memeluk Bayu, tentunya malu sekali jika saja Bayu.Bayu pun bergerak membuat Serena khawatir, berdoa semoga saja Bayu tak tahu jika dirinya semalam memeluk suami sialannya itu.Tunggu.Memeluk?Semalam?Apa semalaman memeluk Bayu?Serena menepuk jidat, berharap tidak benar dan kalaupun ia semoga Bayu tak menyadarinya."Puas memeluk ku semalam?" Terdengar suara Bayu yang parau khas bangun tidur.Serena menutup mata mendesus lesu, ternyata Bayu menyadarinya.Tapi bukan Serena namanya jika tidak mau mengelak.Karena, pada kenyataannya tak berniat sama sekali memeluk Bayu."Aku nggak meluk kamu, kalau pun iya aku pasti nggak sadar! Mungkin juga karena, aku pikir
Adam pun membuang bantal dari tangan Kinanti dan memeluk istrinya dengan erat."Kamu tahu kenapa Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke?"Kinanti terdiam dan tak menyangka Adam bisa memberikannya tebak-tebakan, bukankah suaminya itu pendiam dan sedingin es balok."Kenapa?""Ditanya, malah nanya balik!""Yang ngasih pertanyaan nggak jelas!""Karena, kalau dari nikah paksa sampai cinta beneran itu kita, sayang," jawab Adam."Mas tahu kenapa bumi itu bentuknya bulat?""Kenapa?""Kalau bentuknya love hati Kinanti buat Mas!" Jawab Kinanti."Kamu itu sudah pandai rupanya, ya," Adam pun menghimpit Kinanti dengan eratnya.Tak menyangka jika istrinya yang suka malu-malu kucing itu malah membuatnya panas dingin bila bersama."Ahahahhaha........" Tawa Kinanti menggelegar saat melihat wajah kesal Adam, "Mas juga aneh, yang pengantin baru itu Serena. Kok malah kita yang pagi-pagi olah raga.""Ya, tapi nggak papa. Pasti kedua sahabat mu itu juga sedang olah raga pagi. Maklum namanya pengantin bar
Akhirnya malam ini acara makan malam bersama di kediaman Serena dan Bayu pun di langsungkan.Kinanti dan Adam pun ikut hadir meramaikan acara perayaan dalam ikatan keluarga yang baru terjalin setelah pernikahan Serena dan Bayu terjadi.Tak lupa Zidan juga hadir, meskipun pikirannya tak pernah berada di sana.Selesai dengan makan malam berlanjut dengan pesta barbeque, meskipun malam semakin larut tak serta ada yang menolak.Malam ini di halaman rumah dengan penerangan lampu dan juga bintang bertaburan di langit menambah kesan keindahan tersendiri.Kecuali Serena yang sibuk bermain dengan Fikri, dirinya sangat tidak menikmati pesta barbeque di malam ini.Setelah Bayu mengatakan bahwa pernikahan mereka tidak main-main, padahal Serena berharap bisa bercerai dengan Bayu setelah beberapa Bulan kedepan.Lagi pula entah mengapa Bayu tiba-tiba mengatakan bahwa pernikahan mereka ini serius tanpa permainan.Sedangkan keduanya saja saling membenci jadi, bagaimana bisa berubah menjadi saling menci
Bayu terbangun dari tidurnya, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tiga subuh. Mungkin karena, obat yang diberikan oleh Serena membuatnya terlelap dan beruntung rasa mulesnya sudah hilang.Tanpa sengaja matanya melihat Serena yang terlelap di sampingnya, tiba-tiba mata Bayu melihat Serena bangun dan mencium bibirnya.Bayu pun shock dan tersadar itu hanyalah khayalan saja.Entah mengapa kini pikirannya semakin kacau, semakin berdekatan dengan Serena semakin membuatnya aneh.Belum lagi Serena yang tak suka memakai selimut saat terlelap, membuat pakaiannya tersingkap hingga menampakkan pahanya mulus.Otak Bayu kembali tak dapat dikondisikan lagi dan lagi.Demi mengendalikan diri Bayu turun dari ranjang dan menuju teras menghirup udara dingin, terlihat sudah sepi. Mungkin keluarga sudah pulang saat dirinya tertidur.Karena udara semakin dingin Bayu pun kembali masuk, percuma saja berada di luar karena, tak dapat meredam getaran aneh saat melihat Serena.Akhirnya Bayu pun memutuskan
Seperti janji yang sudah dikatakan oleh Bayu, saat pulang bekerja dirinya akan menjemput Serena dan dan mereka langsung menuju showroom mobil baru.Awalnya Serena tak percaya tapi pada kenyataannya kini mereka sudah sampai juga."Tau-tau kredit, terus nggak ada uang buat bayar cicilan, belum lagi kontrakan," ejek Serena.Bayu pun masuk terlebih dahulu di ikuti oleh Serena dibelakangnya.Mulut Serena terus saja komat-kamit karena, tak yakin Bayu mampu membelikannya mobil baru.Tubuh tegap, tinggi, baju dinas tertutup jaket kulit berwarna hitam semakin membuat siapa saja akan terpesona saat melihat Bayu.Bayu pun duduk di sofa dan menunggu Serena memilih sesuai dengan keinginannya.Serena sebenarnya ragu untuk memilih akan tetapi, harus memberikan sedikit pelajaran pada Bayu karena, kini sudah berani meminta haknya.Mungkin juga ini cara Bayu untuk menyogoknya dan luluh begitu saja.Tidak mungkin!"Yang itu," Serena menunjukan sebuah mobil mewah berwarna kuning.Serena pun tak tahu apa
Dari sore hari tadi Serena mogok bicara, bahkan malam ini saja dirinya memilih tidur di sofa. "Aku bawakan makan," Bayu membawa sepiring nasi dan segelas mineral."Aku nggak mau!" Tolak Serena.Bayu pun meletakkannya di atas meja, kemudian keluar, mungkin Serena akan memakannya setelah sendirian saja.Perut Serena sudah sangat lapar, sebenarnya ingin makan tapi, tak mau mengingat gengsi yang masih begitu besar.Tak lama kemudian Bayu pun kembali masuk, melihat makan masih utuh membuatnya mendesus."Kamu mau makan apa? Kamu mau makan yang lainnya?" Tawar Bayu, "besok aku akan ke luar kota dalam beberapa hari, kamu jangan lupa makan."Bayu pun naik ke atas ranjang dan berbaring, sedangkan Serena memilih tidur di sofa. Andai saja Dara tidak ada mungkin Serena akan tidur di luar saja.Setelah sore tadi Bayu menegaskan bahwa pernikahan mereka bukan main-main, dirinya kesal bukan main.Tak lama berselang terdengar suara benda jauh, Serena mengingat Bayu pernah mengatakan bahwa rumah terseb
Selesai membantu Dara memasak Serena pun bersiap-siap untuk berangkat bekerja, seperti biasanya dirinya harus merawat Fikri. Bocah imut hasil dari kerja sama antara Kinanti dan Adam.Bocah lucu itu kini sudah semakin pintar saja, semakin banyak kosa kata yang keluar dari mulutnya. Belum lagi kelakuannya yang menggemaskan membuat Serena semakin menyayanginya."Kamu berangkat naik mobil baru kamu?" Tanya Dara saat melihat Serena memesan sebuah taxi online."Nggak Ma, soalnya Serena belum memperpanjang SIM. Takutnya ada tilang.""Ya sudah, hati-hati. Langsung pulang kalau sudah jam pulang, Mama di rumah sendiri.""Serena berangkat ya Ma, sebelum magrib nanti udah pulang." Pamit Serena.Bertapa indahnya dunia terasa bila Bayu tiada, wajah Serena bersinar dengan terangnya. Andai saja Bayu pergi dan tak usah kembali, pastinya akan lebih membahagiakan lagi.Bagaimana bisa kini Bayu meminta dirinya, bisa tidak Bayu berpikir jernih dan tenang. Mereka belum lama kenal, belum memiliki kedekata
Hay semuanya.Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan sang pencipta.Saya ucapkan terima kasih kepada semua para pembaca setia saya, dimana kalian sudah mengikuti cerita ini sampai selesai.Sedikit bercerita tentang buku ini.Saya tidak pernah menyangka bahwa novel ini bisa mendapatkan banyak pembaca.Menurut saya pribadi, pembaca sampai 3M itu tidak sedikit dan tidak semua orang bisa mendapatkannya.Di buku ini banyak kekurangannya, mulai dari tulisan dan juga mungkin isi yang kurang berkenan di hati pembaca setia saya ucapkan maaf kepada kalian semua.Namun, saya juga ingin mengatakan bahwa, saya bukan seorang penulis hebat.Saya pun tidak pernah hobi dalam menulis, begitu juga dengan membaca.Kedua hal ini sangat saya hindari sejak dulu.Tetapi, mendadak hati saya tertantang karena pernah membaca novel yang menurut saya tidak masuk akal.Hingga saya pun memutuskan untuk menuliskan sebuah buku.Dari sana saya mulai berpikir bahwa menulis tidak seburuk dan melelahkan seperti yan
Kinanti berdiri di balkon kamarnya, malam terasa semakin dingin. Namun, matanya engan terpejam, bayang-bayang luka penuh dengan nestapa membuatnya kembali pada masa lalu yang sudah lama terkubur dalam.Kejadian itu yang menyeretnya masuk pada kehidupan Adam, keinginan ingin pergi jauh dan melupakan apa yang terlah terjadi justru semua tidak sesuai dengan harapan.Nyatanya, semakin mencoba untuk menjauh, semakin banyak pula rintangan yang dia lalui.Hingga, akhirnya benar-benar tak bisa lepas dari jerat Adam.Semuanya tak sampai dengan baik-baik saja, nyatanya luka berbalut air mata begitu menusuknya hingga seperti tidak tahu lagi harus berbuat apa.Karena, kenyataan terus saja memaksa, meskipun luka yang tertusuk sudah tak mampu lagi untuk di tahan."Sayang."Kehadiran Adam membuat Kinanti pun tersadar dari lamunanya.Lamunan yang membuatnya hanyut dalam masa lalu untuk sejenak saja.Sejenak namun cukup membuat dirinya merasa kembali pada masa lalu itu."Mas, udah pulang?""Udah, dari
Bulir-bulir air mata pun jatuh dari pelupuk mata, Mentari begitu terharu saat dokter mengatakan dirinya tengah berbadan dua.Bahkan kehamilannya sudah memasuki 6 Minggu.Selama ini sering kali merasa tidak nyaman pada bagian perutnya, tapi Mentari memilih tidak perduli.Hingga akhirnya jatuh pingsan saat sedang memeriksa pasiennya.Bertapa dirinya begitu terkejut bercampur bahagia karena mendengarkan hasil pemeriksaan dokter.Di saat beneran bulan yang lalu program kehamilan yang telah di jalaninya gagal, membuat harapannya seakan berakhir pula dengan putus asa."Sayang, kamu baik-baik saja?"Fikri yang baru saja sampai di buat bingung karena melihat tingkah istrinya.Dirinya sengaja meninggalkan rapat karena mengetahui keadaan Mentari yang sempat tidak sadarkan diri."Abang, Tari hamil," Mentari langsung menghambur memeluk suaminya.Rasanya sungguh sangat luar biasa dan membuat bahagia tanpa bisa di tutupi sama sekali.Begitu pun juga dengan Fikri yang begitu terkejut mendengarnya."
"Tidak usah terbebani dengan yang saya katakan, ya sudahlah. Karena, kalian pun sudah menikah dan Mami minta hadiah aja dari kalian. Cepat berikan Mami cucu ya," ujar Zahra.Membuat Sarah terkejut mendengarnya, sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya tentang semua itu.Bahkan Zahra sendiri yang meminta padanya, Zahra menyadari keterkejutan yang dirasakan oleh Sarah.Tapi Zahra tidak perduli sama sekali, karena menantunya dan juga anaknya harus meminta maaf padanya."Kalian berdua harus berjuang keras untuk cucu, kalau tidak Mami pingsan lagi."Mata Sarah pun melebar mendengarnya, sungguh ini adalah sesuatu yang teramat sangat tidak pernah terlintas di benaknya."Tante, jangan pingsan lagi. Saya akan merasa bersalah nanti," kata Sarah dengan panik."Tante?"Zahra pun bertanya karena kesal Sarah memanggilnya dengan sebutan --Tante--Sarah yang terlalu panik, kini bercampur bingung hanya bisa diam karena tidak mengerti."Mami! Kamu panggil saya, Mami. Seperti suami mu!" Tegas Zahra.
Sarah pun melihat Dava dengan wajah cemas, perasaannya masih saja tidak tenang karena memikirkan keadaan Zahra.Merasa bersalah karena membuat Zahra sampai jatuh pingsan, bahkan kedua tangannya saling meremas.Bertambah lagi keringat dingin yang terus saja membanjiri tubuhnya."Mami, mau ketemu sama kamu."Dava pun memegang tangan Sarah, berniat untuk pergi bersama dengan dirinya menunju kamar kedua orang tuanya.Dimana Zahra sudah menunggu di sana, sungguh Sarah sangat tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini.Rasa bersalah terlalu besar di hatinya, hingga dirinya menjadi demikian."Kenapa?" Dava pun mengurungkan langkah kakinya saat akan melangkah.Karena, Sarah yang hanya tampak diam. Sepertinya tidak ingin untuk ikut dengan dirinya."Pak Dava, aku pulang aja, ya," kata Sarah dengan ragu."Kenapa? Mami, mau bertemu dengan kamu.""Sarah, nggak berani, Pak. Sarah, takut."Dava pun memilih untuk menatap wajah Sarah dengan serius, dirinya mengerti dengan keadaan Sarah saat ini."Kam
"Mami, abis mimpi. Mimpi aneh, dalam mimpinya kamu tiba-tiba pulang bawa istri," Zahra pun memijat kepalanya yang masih terasa pusing.Dirinya melihat Dava yang berdiri tak jauh dari ranjangnya.Seakan wanita itu benar-benar terbangun dari tidur dan juga mimpi buruknya yang cukup menyeramkan itu."Gimana bawa istri? Menikah juga belum, Mami pusing kenapa bisa bermimpi seperti itu? Mungkin, karena terlalu lelah. Mami, butuh istirahat, soalnya mimpinya seperti nyata," Zahra pun mengusap wajahnya hingga beberapa kali.Menenangkan diri setelah terbangun dari hal yang dia anggap adalah sebuah mimpi.Lantas bagaimana dengan Dava setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Zahra?Dava pun berjalan ke arah Zahra, kemudian duduk di sisi ranjang berdekatan dengan sang Mami.Dava ingin berbicara dengan serius, berharap pula tidak lagi pingsan. Bagaimana pun dirinya memang salah, menikah tanpa meminta izin kepada orang tuanya sama sekali. Sangat tidak dibenarkan.Maka dari itu Dava ingin dimaafkan
Sarah mendadak menghentikan langkah kakinya saat berada di depan pintu utama rumah milik kedua orang tua Dava.Membuat Dava pun ikut berhenti melangkah dan melihat Sarah."Ayo masuk.""Pak Dava, Sarah tunggu di luar aja, kali ya."Dava pun bingung mendengar keinginan Sarah, lagi pula tidak mungkin juga dirinya berada di luar bukan?"Kenapa?""Nggak papa, sih, Pak. Cuman, Sarah segan aja.""Segan?" alasan yang konyol menurut Dava, "kita akan menemui Mami, ayo masuk!" tanpa menunggu jawaban dari Sarah, Dava langsung menarik lengan Sarah.Hingga akhirnya Sarah pun harus mengikuti langkah kaki Dava.Sarah terus saja melihat sekitarnya, dirinya memang tidak asing melihat rumah mewah.Karena, rumah Nada juga tidak kalah mewah dari rumah Dava Hanya saja kali ini lain cerita, sebab Dava adalah suaminya.Tentunya ada rasa minder juga tidak nyaman untuk berinteraksi dengan keluarga Dava."Kamu duduk dulu," Dava pun menuntun Sarah untuk duduk di sofa.Tepatnya kini mereka berada di ruang keluar
Dava pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari seseorang yang tak lain adalah istrinya.Pagi tadi wanita itu bersikap aneh, bahkan berangkat ke kampus dengan sangat terburu-buru.Bahkan alasannya karena ada kelas, takut tak diijinkan masuk jika dosennya sudah masuk duluan.Membuat Dava hanya terdiam mendengar penjelasan Sarah.Sehingga kini dirinya benar-benar mencari keberadaan wanita tersebut, sebab dirinya ingin memastikan apakah Sarah sudah sampai di kampus ataupun belum.Sarah kini sudah menjadi istrinya, sehingga tidak ada lagi kata tanya mengapa dan kenapa Dava mencari wanita tersebut.Jika pun tak ada alasan pastinya, tetap saja terbilang wajar.Mengingat status yang sudah memiliki sebuah ikatan yang sakral.Hingga akhirnya Dava pun melihat Sarah yang duduk berdekatan dengan seorang pria, sepertinya wanita itu belum sadar jika posisinya kini adalah istri dari dosennya sendiri."Kamu," Dava pun menunjuk Sarah yang sedang melihatnya juga."Saya, Pak?" tanya Sar
"Lho, kamu nggak sama Dava?" Tanya Nada saat melihat Sarah turun dari sepeda motornya."Nggak, aku buru-buru, aku langsung pergi aja tadi. Soalnya aku ada kelas."Nada pun menatap Sarah dengan penuh tanya, dirinya mungkin memikirkan sesuatu sehingga melakukan itu."Kamu ngapain ngeliatin aku gitu banget?""Terus, kalau kamu pergi duluan. Dia kamu tinggal, kamu bisa langsung masuk kelas?""Iya, aku takut telat."Nada mencubit lengan Sarah cukup kuat, bahkan hingga meringis menahan sakit."Sakit!""Berarti kamu nggak lagi tidur!" kesal Nada."Iya, iyalah. Kita udah di kampus. Jadi, ini nggak mimpi," gerutu Sarah yang tak kalah kesal.Sambil menggosok tangannya yang cukup sakit karena cubitan Nada."Dasar tolol! Dosennya masih di rumah kamu, ngapain kamu buru-buru ke kampus?" akhirnya Nada pun menyadarkan Sarah.Benar saja, seketika itu juga Sarah tersadar dari keanehannya."Oh, iya. Dosennya, Pak Dava, kan?"Sarah pun melihat Nada dengan bingung, karena kini dirinya tahu penyebab Nada